<p>Gedung Bank Indonesia</p>
Pasar Modal

BI: Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan III-2021 Surplus US$10,7 miliar

  • BI: Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan III-2021 Surplus US$10,7 miliar
Pasar Modal
Vega Aulia

Vega Aulia

Author

JAKARTA – Bank Indonesia merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2021 yang tercatat surplus US$10,7 miliar atau sekitar Rp152,27 triliun (asumsi kurs Rp14,231 per dolar AS), setelah mengalami defisit US$0,4 miliar pada triwulan sebelumnya. 

Erwin Haryono, Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI mengatakan, kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus (berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat defisit) serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat.

Pada triwulan III 2021, surplus transaksi modal dan finansial tercatat sebesar US$6,1 miliar (2% dari PDB), lebih tinggi dari capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar US$1,6 miliar (0,6% dari PDB). Surplus tersebut bersumber dari aliran masuk neto (net inflows) investasi langsung yang tetap terjaga sebesar US$3,3 miliar. 

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September 2021 mencapai US$146,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan US$137,1 miliar pada akhir Juni 2021. 

“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional,” ujar Erwin dalam keterangan resmi, Jumat, 19 November 2021.

BI merilis data transaksi berjalan pada triwulan III 2021 yang berbalik surplus US$4,5 miliar (1,5% dari PDB), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit US$2,0 miliar (0,7% dari PDB). 

“Kinerja positif tersebut terutama dikontribusikan oleh surplus neraca barang yang makin meningkat, didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional,” jelas Erwin. 

Selain itu, defisit neraca jasa tercatat lebih rendah, antara lain disebabkan oleh perbaikan kinerja jasa transportasi yang didukung oleh meningkatnya penerimaan jasa freight sejalan dengan peningkatan aktivitas ekspor. 

Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi langsung yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja korporasi berbasis sumber daya alam (SDA).

“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” tutup Erwin.