Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Makroekonomi

BI: Neraca Pembayaran RI Defisit Rp113 Triliun di Triwulan II

  • Bank Indonesia (BI) menyatakan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2023 defisit US$7,4 miliar atau setara Rp113,39 triliun (asumsi kurs Rp15.324 per dolar AS). Hal itu tak lepas dari defisit transaksi berjalan serta transaksi modal dan finansial.

Makroekonomi

Rizanatul Fitri

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2023 defisit US$7,4 miliar atau setara Rp113,39 triliun (asumsi kurs Rp15.324 per dolar AS). Hal itu tak lepas dari defisit transaksi berjalan serta transaksi modal dan finansial.  

Adapun posisi cadangan devisa pada akhir Juni tercatat tinggi yakni US$137,5 miliar atau Rp2.107 triliun. Pada triwulan II 2023, transaksi berjalan tercatat defisit US$1,9 miliar atau sekitar Rp29,11 triliun (0,5% dari PDB), setelah membukukan surplus US$3,0 miliar atau sekitar Rp45,97 triliun (0,9% dari PDB) pada triwulan sebelumnya. 

Surplus neraca perdagangan non migas juga masih tinggi meski lebih rendah dari triwulan sebelumnya.  Kondisi ini dipengaruhi ekspor non migas yang menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global, semantara impor menurun terbatas di tengah kondisi membaiknya aktivitas ekonomi domestik. 

Defisit neraca perdagangan migas meningkat karena dipengaruhi oleh tingginya konsumsi BBM sebagai dampak naiknya mobilitas dan kebutuhan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer juga tercatat lebih tinggi sejalan dengan peningkatan ekonomi domestik dan pola pembayaran dividen pada periode laporan. 

BI menyatakan kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali, ditopang oleh investasi langsung di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. 

“Investasi langsung tetap solid sehingga tetap mampu membukukan surplus sebagai cerminan dari tetap terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Wariyo dalam keterangan resmi dikutip pada Rabu, 23 Agustus 2023.

Untuk investasi portofolio dan investasi lainnya juga tercatat defisit sejalan dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global, serta peningkatan pembayaran global bonds dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo sesuai pola kuartalan. 

Dengan perkembangan tersebut, transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2023 mencatat defisit US$5,0 miliar atau sekitar Rp76,63 triliun (1,4% dari PDB), setelah pada triwulan sebelumnya mencatat surplus US$3,7 miliar atau sekitar Rp56,70 triliun (1,1% dari PDB).

Meski demikian, Bank Indonesia masih menilai kinerja NPI triwulan II 2023 terjaga dan mampu terus menopang ketahanan eksternal Indonesia. 

“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” katanya.