<p>Bank Indonesia (BI) mencatat, hingga minggu ketiga November 2020, aliran modal asing yang keluar atau capital outflow mencapai Rp141,13 triliun. / Foto: Ismail pohan &#8211; Tren Asia</p>
Industri

BI Optimistis Kredit Bank Tumbuh 6 Persen Meski Dibayangi Tappering Off

  • Bank Indonesia (BI) memprediksi penyaluran kredit perbankan pada tahun ini tumbuh positif 4%-6% year on year (yoy).

Industri

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi penyaluran kredit perbankan pada tahun ini tumbuh positif 4%-6% year on year (yoy). Otoritas moneter itu memprediksi akan ada peningkatan permintaan kredit pada semester II-2021 seiring perbaikan kondisi makro ekonomi Indonesia. 

Kendati demikian, pertumbuhan kredit ini masih dibayangi adanya shock akibat tapering off The Fed. Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Muhamad Nur mengatakan BI bisa menekan pasar keuangan di Indonesia, meski dampaknya tidak akan sebesar taper tantrum 2013. 

“Sejumlah tantangan tetap perlu diwaspadai, termasuk rencana kebijakan tapering The Fed. Bank Indonesia akan terus mencermati dinamika perekonomian dan perkembangan penyebaran COVID-19 dalam merumuskan langkah-langkah kebijakan lanjutan yang diperlukan,” kata Nur dalam buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK), Selasa, 5 Oktober 2-21.

Permintaan pembiayaan yang mulai meningkat seiring dengan membaiknya kinerja korporasi dan Rumah Tangga (RT). Selama semester I-2021, kredit tumbuh perlahan hingga berhasil mencapai angka positif 0,59% yoy.

Menginjak semester II-2021, Nur menyebut Indonesia memasuki fase akselerasi pemulihan ekonomi. Hal ini dimulai sejak kuartal II atau akhir semester I-2021 dengan mencatatkan pertumbuhan ekonomi 7% year on year (yoy). 

Ketidakpastian ekonomi yang semakin berkurang disebut Nur akan meningkatkan permintaan kredit. Untuk likuiditas, BI turut memberikan suntikan dalam bentuk Quantitative Easing (QE) hingga Rp845 triliun pada 2020-Agustus 2021.

“Prakiraan kinerja penyaluran kredit tahun 2021 ini didukung oleh optimisme terhadap kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit,” jelas Nur.

Dalam menjaga ritme permintaan kredit yang semakin menanjak, Nur menyebut kebijakan suku bunga acuan BI saat ini sangat akomodatif. Seperti diketahui, hingga kini BI masih menahan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate 3,5%. Otoritas moneter juga menahan suku bunga deposit facility sebesar 2,75% dan lending facility 4,25%.

Tidak hanya itu, BI juga menyebut penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) diprediksi tumbuh lebih agresif, yakni 6%-8% yoy pada 2021. Selain menyiapkan tantangan menghadapi tapering off, BI juga telah siaga dengan skenario industri keuangan pasca pandemi COVID-19.

“Untuk mendorong intermediasi, termasuk untuk menjawab tantangan peradaban baru pasca pandemi COVID-19. Untuk itu Bank Indonesia akan terus melakukan Inovasi di aspek digital, inklusi ekonomi dan keuangan, serta ekonomi hijau,” tegas Nur.