Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat mengikuti rapat kerja dengan Bandan Anggaran DPR RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Makroekonomi

BI Pertahankan BI Rate di 6 Persen, Rupiah Menguat

  • Sejalan dengan keputusan tersebut, suku bunga deposit facility tetap di tingkat 5,25%, sementara suku bunga lending facility tetap di level 6,75%.

Makroekonomi

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) di tingkat 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 15-16 Oktober 2024.

Sebagai informasi, pada RDG sebelumnya, BI telah menurunkan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) hingga mencapai 6%.

Sejalan dengan keputusan tersebut, suku bunga deposit facility tetap di tingkat 5,25%, sementara suku bunga lending facility tetap di level 6,75%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, keputusan untuk mempertahankan BI rate di level 6% ini sejalan dengan kebijakan moneter yang bertujuan untuk menjaga inflasi tetap terkendali dalam target 2,5% dengan toleransi plus minus 1% pada tahun 2024 dan 2025. Serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Perry mengungkapkan, saat ini BI tetap fokus pada stabilitas nilai tukar rupiah, terutama di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Ke depan, BI akan terus mengawasi kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan sambil tetap mempertimbangkan prospek inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi.

“Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Perry.

Kebijakan makroprudensial yang longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Di sisi lain, kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk mendukung pertumbuhan, khususnya di sektor perdagangan, baik yang besar maupun ritel serta UMKM. Ini juga bertujuan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas adopsi digitalisasi dalam sistem pembayaran.

Rupiah Menguat

Pada penutupan perdagangan Rabu, 16 Oktober 2024, rupiah menguat sebesar 0,50% (setara dengan 78,5 poin) dan berada di level Rp15.510 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, berdasarkan data dari Yahoo Finance, rupiah mengalami penguatan sebesar 69 poin atau 0,44%, menjadi Rp15.505 per US$.

Menurut analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar.

“Keputusan ini tepat di tengah dinamika global yang terus berkembang,” katanya.