<p>Suasana bongkar muat barang di Terminal Petikemas Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

BI Prediksi Neraca Perdagangan RI Mei Surplus Besar

  • JAKARTA – Bank Indonesia memprediksi neraca perdagangan pada Mei 2020 akan berbalik surplus besar setelah sebelumnya defisit akibat tingginya angka impor. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan surplus pada Mei bakal menopang perbaikan defisit transaksi berjalan menjadi di bawah 2% dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini. “Neraca perdagangan Mei diperkirakan […]

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Bank Indonesia memprediksi neraca perdagangan pada Mei 2020 akan berbalik surplus besar setelah sebelumnya defisit akibat tingginya angka impor.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan surplus pada Mei bakal menopang perbaikan defisit transaksi berjalan menjadi di bawah 2% dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini.

“Neraca perdagangan Mei diperkirakan akan mengalami surplus signifikan, sejalan dengan proyeksi BI yang memprakirakan defisit transaksi berjalan 2020 akan menurun menjadi di bawah 2% PDB dari prakiraan sebelumnya 2,5%-3% dari PDB,” kata dia dilansir Antara, Jumat, 12 Juni 2020.

Pada April 2020, neraca perdagangan masih defisit US$344,7 juta lantaran ekspor US$12,19 miliar, lebih rendah dari impor US$12,54 miliar.

Kendati demikian, Nanang belum menjelaskan penyebab surplus neraca perdagangan Mei 2020. Namun, dia meyakini surplus neraca transaksi perdagangan mancanegara yang akan menurunkan defisit transaksi berjalan akan menjadi sentimen penguatan rupiah di tengah kekhawatiran pelaku pasar global dengan potensi terjadinya gelombang kedua pandemi COVID-19.

“Rupiah masih memiliki ruang menguat karena current account akan turun dan inflasi terjaga,” kata dia.

Kurs rupiah pada akhir pekan, Jumat, 12 Juni 2020, ditutup melemah 113 poin sebesar 0,81% menjadi Rp14.133 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.020 per dolar AS.

BI sebelumnya menjelaskan pelemahan rupiah pada akhir pekan ini bakal terjadi sementara. Pelemahan terjadi lantaran sentimen pasar global menyusul anjloknya saham Amerika Serikat.

Kepanikan pasar terjadi di AS lantaran kekhawatiran terjadinya gelombang kedua wabah COVID-19. Virus corona tercatat telah menjangkiti sekitar 2 juta orang di Negeri Paman Sam.

Nanang menegaskan, BI akan terus menjaga stabilitas kurs rupiah dengan intervensi di pasar spot dan menyediakan likuiditas untuk pasar domestic non delivery forward (DNDF).

Bank sentral juga akan melakukan stabilisasi pasar surat berharga negara (SBN) jika terjadi pelepasan yang massif oleh investor asing. “Hal ini untuk mencegah pelemahan rupiah yang terlalu tajam yang bisa mengganggu kestabilan ekonomi dan sistem keuangan nasional,” tegasnya.