<p>Nasabah melakukan transaksi penarikan uang Rupiah di Jakarta, Kamis, 18 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

BI Proyeksi Kredit Perbankan Tumbuh 6 Persen Tahun Ini

  • Bank Indonesia (BI) memprediksi penyaluran kredit perbankan pada 2021 tumbuh di kisaran 4%-6% year on year (yoy).
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memprediksi penyaluran kredit oleh perbankan pada 2021 tumbuh di kisaran 4%-6% year on year (yoy). Pertumbuhan kredit ini ditopang oleh menurunnya persepsi risiko oleh perbankan terhadap kreditur.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penyaluran kredit juga didorong otoritas moneter melalui kebijakan suku bunga acuan 3,5% yang diklaim akomodatif untuk nasabah perbankan. Apalagi, sejumlah sektor usaha mendapat berkah dari tingginya tingkat ekspor Indonesia.

“Permintaan kredit dari dunia usaha meningkat seiring peningkatan mobilitas dan suku bunga kredit yang terus menurun,” jelas Perry dalam konferensi pers, Selasa, 21 September 2021.

Suku bunga acuan BI itu, mau tidak mau, memaksa industri perbankan menurunkan suku bunga kredit.

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) tercatat menurun dari 8,82% pada Juni menjadi 8,82% pada Juli 2021. Namun demikian, penurunan suku bunga kredit itu masih terbatas.

Untuk itu, Perry mengingatkan industri perbankan untuk terus memberlakukan suku bunga yang akomodatif untuk pemulihan ekonomi Indonesia.

“Seiring menurunnya persepsi risiko oleh perbankan, BI mengharapkan perbankan menurunkan suku bunga kredit,” tegas Perry.

BI mencatat intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit melanjutkan pertumbuhan positif 1,16% yoy pada Agustus 2021. Segmen konsumsi menjadi motor utama pertumbuhan kredit perbankan pada Agustus 2021, dengan pertumbuhan 2,84% yoy.

“Kredit konsumsi ini menjadi sinyal meningkatnya permintaan kredit, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Kita berharap hal ini bisa memberikan multiplier effect terhadap sektor lain,” papar Perry.

Selain itu, ada pula penyaluran kredit segmen modal kerja serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tumbuh masing-masing 1,27% yoy dan 2,70% yoy.

Rasio kredit bermasalah (Non performing loan/NPL) gross dan net tetap terkendali di angka 3,35% dan 1,09%. Perrry berharap penyaluran kredit terus dipacu oleh perbankan karena industri ini tengah memiliki likuiditas yang melimpah.

Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Juli 2021 tetap tinggi sebesar 24,57%. Adapun dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2021 mengalami pertumbuhan 8,81% yoy.

Kokohnya likuiditas perbankan juga bisa ditilik dari rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) pada Agustus 2021 yang menembus 32,7%. Apalagi, BI juga turun tangan memberi tambahan likuiditas melalui Quantitative Easing (QE) Rp122,3 triliun hingga 17 September 2021.

“Kondisi likuiditas cenderung melimpah, didorong kebijakan yang akomodatif serta pulihnya mobilitas masyarakat,” kata Perry.

Likuiditas perekonomian juga mengalami peningkatan. Perry bilang uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) mengalami pertumbuhan 9,8% yoy dan 6,9% yoy pada Agustus 2021.

Dalam mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi, BI melakukan langkah-langkah berikut ini:

1.      Melanjutkan kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar;

2.      Melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan moneter akomodatif;

3.      Memperkuat kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman asesmen transmisi SBDK dan SB Kredit baru per jenis kredit berdasarkan Kelompok Bank  (Lampiran);

4.      Mendorong akselerasi perluasan merchant QRIS khususnya di pasar-pasar, pusat perbelanjaan, dan tempat ibadah, untuk meningkatkan integrasi ekosistem ekonomi dan keuangan digital sekaligus mendukung protokol kesehatan;

5.      Memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah terkait pelaksanaan uji coba digitalisasi bansos dan elektronifikasi transaksi pemerintah untuk mendorong realisasi belanja pemerintah;

6.      Memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta melanjutkan sosialisasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan instansi terkait. Pada September dan Oktober 2021 akan diselenggarakan promosi investasi dan perdagangan di Jepang, Tiongkok, dan Inggris.