BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2023 Tembus 5,3 Persen
- Perekonomian Indonesia pada kuartal II 2023 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan sebelumnya meski di tengah ketidakpastian global.
Makroekonomi
JAKARTA - Perekonomian Indonesia pada kuartal II 2023 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan sebelumnya meski di tengah ketidakpastian global. Bank Indonesia (BI) bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini dapat menembus angka 5,3%.
Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga meningkat didorong oleh naiknya mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan, dan terkendalinya inflasi.
Peningkatan konsumsi juga berasal dari perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) serta pemberian gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara. Investasi juga ikut meningkat, terutama investasi non bangunan yang sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan berlanjutnya hilirisasi.
Sayangnya, ekspor barang diperkirakan melambat sejalan ekonomi global yang melemah. Sedangkan ekspor jasa tumbuh tinggi dipengaruhi oleh kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
- Penerapan ESG Genjot Nilai Perusahaan
- Simak Strategi ESG di Bidang Lingkungan yang Diterapkan oleh Merdeka Battery
- Pupuk Kaltim dalam Pembicaraan Akuisisi Perusahaan Pupuk Asal Australia
Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor penting seperti Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Informasi dan Komunikasi. Sedangkan secara spasial, kunci pertumbuhan ekonomi ditopang pertumbuhan wilayah Kalimantan dan Jawa yang masih kuat sejalan dengan terjaganya permintaan domestik.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan sederet perkembangan tersebut diprediksi membawa pertumbuhan ekonomi 2023 mencapai kisaran 4,5-5,3%. "Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan,” jelas Perry dalam keterangan pers, dikutip Rabu 26 Juli 2023.
Namun Indonesia mendapatkan tantangan ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi global 2023 diperkirakan tetap sebesar 2,7%, meski disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.
Pertumbuhan Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara maju di Eropa diperkirakan lebih baik. Hal ini karena konsumsi rumah tangga yang berjalan seiring dengan perbaikan upah dan keyakinan konsumen. Sementara pertumbuhan ekonomi Jepang diprediksi masih kuat karena dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang membaik.
Namun, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan lebih rendah sejalan dengan tertahannya konsumsi dan investasi khusunya sektor properti. Tekanan inflasi di negara maju masih relatif tinggi karena adanya pengaruh perekonomian yang lebih kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat.
Hal tersebut diprediksi akan menyebabkan kenaikan lebih lanjut suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR). Perkembangan tersebut juga dapat mendorong aliran modal ke negara berkembang lebih selektif serta meningkatkan tekanan nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan penguatan respons kebijakan untuk mencegah risiko rambatan global. Meski demikian, Perry optimistis inflasi di Indonesia semakin terkendali. “Targetnya, inflasi dapat kembali dalam sasaran 3+-1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5+-1% pada 2024,” ujarnya.