<p>Layar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 14 Oktober 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di atas 5.000 dan parkir di zona hijau dengan menguat 0,85 persen ke level 5.176,099 pada akhir sesi. Sebanyak 213 saham menguat, 217 terkoreksi, dan 161 stagnan, IHSG mengalami penguatan seiring dengan sentimen Omnibus Law dan langkah Bank Indonesia untuk pemulihan ekonomi. Selain itu, rencana merger bank BUMN syariah turut mendorong saham-saham perbankan lainnya, dan mengisi jajaran top gainers hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

BI Rate Terendah Sepanjang Sejarah 3,75 Persen, IHSG Bisa Meroket Kembali ke Level 6.000

  • IHSG pada awal tahun sempat berada di level 6.283,58. Dengan penutupan perdagangan kemarin yang ditutup menguat ke posisi 5.557,51, maka IHSG masih membutuhkan kenaikan 11,55% lagi untuk bisa sampai ke level awal tahun.

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate (7-DRRR) menjadi 3,75%. BI Rate itu terendah sepanjang sejarah setelah turun 25 basis poin dibandingkan dengan Oktober 2020 yang masih di level 4%.

Dengan penurunan ini, maka total penurunan suku bunga acuan sejak awal tahun telah turun sebesar 125 basis poin. Penurunan ini di luar prediksi sejumlah analis yang sebelumnya memperkirakan bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya mengingat kinerja kredit perbankan yang masih belum stabil.

Tak pelak dengan penurunan suku bunga itu, prediksi analis atas pergerekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun turut berubah. Kali ini, nada optimisme lebih terpancar dari analisa para ekspertis pasar modal.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji menyebut, dengan penurunan BI 7-DRRR itu maka kemungkinan besar IHSG bisa kembali ke level 6.000 pada awal 2021.

“Target saya IHSG pada 2021 adalah 6.010,” kata Nafan kepada TrenAsia.com, Kamis, 19 November 2020.

Tren Ekonomi Positif

Nafan melihat penurunan BI 7-DRRR ini, jelas menunjukkan adanya optimisme dari pemerintah bahwa ekonomi Indonesia akan segera pulih. Optimisme juga kian membuncah mengingat tren ekonomi Indonesia yang mulai semakin stabil dalam sebulan terakhir.

Beberapa faktor optimisme ini dipicu oleh stabilnya angka inflasi, menguatnya nilai rupiah, hingga pergerakan neraca perdagangan yang positif. Di luar itu, BI dan pemerintah juga terus menunjukkan komitmennya untuk memicu pertumbuhan ekonomi dengan sejumlah stimulus yang dimiliki.

“BI terus berkomitmen dalam meningkatkan likuiditas dengan meningkatkan program QE (Quantitive Easing),” ungkap dia.

Sebagaimana diketahui, IHSG pada awal tahun sempat berada di level 6.283,58. Dengan penutupan perdagangan kemarin yang ditutup menguat ke posisi 5.557,51, maka IHSG masih membutuhkan kenaikan 11,55% lagi untuk bisa sampai ke level awal tahun. (SKO)