BI Rate Turun, Ramai-ramai Bank Pangkas Bunga
JAKARTA – Setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (DRRR) ke level terendah 4,25%, perbankan juga bakal menyesuaikan bunga dalam waktu dekat. Peneliti Bidang Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menilai penurunan suku bunga kredit bank tidak mendesak untuk dilakukan. “Meskipun […]
Industri
JAKARTA – Setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (DRRR) ke level terendah 4,25%, perbankan juga bakal menyesuaikan bunga dalam waktu dekat.
Peneliti Bidang Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menilai penurunan suku bunga kredit bank tidak mendesak untuk dilakukan.
“Meskipun BI-7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sudah turun menjadi 4,25%, tetapi saat ini bank tidak harus menurunkan suku bunga kredit,” ujarnya kepada TrenAsia, Rabu, 24 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurutnya, likuiditas perbankan masih cukup baik dibuktikan oleh laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) bank yang berada di kisaran 22% per Mei 2020.
Ketua OJK Wimboh Santoso mengungkapkan, kondisi likuiditas tersebut masih cukup di tengah pandemi COVID-19.
“Dari likuiditas, dapat kami sampaikan secara umum, secara market likuiditas masih cukup,” ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin, 22 Juni 2020.
Wimboh merinci, realisasi outstanding restrukturisasi kredit yang ditangani 102 bank di Indonesia hingga 15 Juni 2020 mencapai Rp655,84 triliun kepada 6,27 juta debitur. Dari jumlah tersebut, outstanding untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mencapai Rp298,8 triliun kepada 5,17 juta debitur, sedangkan non UMKM mencapai Rp356,98 triliun untuk 1,1 juta debitur.
Selain kecukupan likuiditas, Abdul juga menyebut kebijakan BI berupa bunga 1,5% untuk penempatan Giro Wajib Minimum (GWM) dapat membantu kondisi bank saat ini. Menurutnya, pemberian bunga jasa kepada bank tersebut merupakan bentuk berbagi beban kepada pelaku ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
Di sisi lain, lanjut Abdul, tidak banyak bank yang menyalurkan kredit saat situasi sulit seperti sekarang. Berdasarkan laporan OJK, pertumbuhan kredit bank baru mencapai 5,73% pada April 2020.
Meskipun demikian, sejumlah bank tetap menyambut baik kebijakan BI yang menurunkan suku bunga acuan menjadi 4,25%.
Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Vera Eve Lim mengungkapkan, perusahaannya akan melakukan penyesuaian suku bunga kredit pada tahun ini.
Suku bunga BBCA, lanjutnya, telah mengalami penurunan sebesar 25 basis poin year-on-year (yoy) pada kuartal I-2020.
“Per 1 April 2020, BCA juga telah menurunkan suku bunga kredit rupiah sebesar 50 basis poin. Suku bunga rata-rata kredit per segmen turun sejalan dengan penurunan suku bunga acuan,” kata Vera secara terpisah.
Per akhir Maret 2020, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BBCA diketahui dalam kondisi stabil terjaga, yakni 6,1%.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI juga merespons baik penurunan suku bunga acuan tersebut. Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, penurunan suku bunga kredit terlihat hampir di semua segmen, mulai dari mikro hingga korporasi.
“Pada segmen mikro misalnya, khusus KUR (kredit usaha rakyat) sudah turun 100 basis poin menjadi 6% sejalan dengan kebijakan pemerintah,” ujar Haru pada kesempatan berbeda.
Selain itu, untuk segmen usaha kecil menengah (UKM) lainnya, Haru menjelaskan perusahaannya juga tengah mengkaji penurunan suku bunga sebagai bagian dari skema restrukturisasi kredit.
Tahun ini, lanjutnya, BRI menargetkan NIM berada di kisaran 5,5% untuk menjaga kecukupan dana perseroan. Selain itu, emiten pelat merah ini juga menerapkan sejumlah strategi dari sisi pendapatan dan biaya, seperti fokus pada penyaluran kredit UKM dan optimalisasi layanan digital. (SKO)