Biang Kerok KFC Rugi Semester I-2020 Hingga Rp142,23 Miliar
Memang, manajemen Fast Food telah memprediksi pendapatan perseroan bakal merosot 25%-50% akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak wabah COVID-19 melanda Tanah Air. Bahkan, Fast Food juga batal menerbitkan 350 juta saham baru (rights issue) akibat pandemi wabah COVID-19.
Industri
JAKARTA – Emiten pengelola waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) membukukan rugi periode berjalan mencapai Rp142,23 miliar sepanjang semester I-2020. Perolehan ini berbanding terbalik dengan semester I-2019 yang mampu meraup laba hingga Rp157,52 miliar.
Mengutip dari laporan keuangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 9 September 2020, kerugian itu terjadi karena perusahaan pengelola restoran cepat saji ini mengalami penurunan pendapatan pada semester pertama ini. Tercatat, pendapatan perseroan pada periode tersebut sebesar Rp2,51 triliun.
Perolehan itu merosot 25,42% secara tahunan. Sedangkan, pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan perusahaan bersandi sahama FAST itu sebesar Rp3,37 triliun. Alhasil, pada enam bulan pertama tahun ini perseroan memiliki rugi per saham sebesar Rp36.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Jika ditelisik, terkontraksinya pendapatan perseroan pada periode tersebut lantaran sejumlah pos penerimaan mengalami penurunan. Pada segmen pendapatan makanan dan minuman turun 25,17% (year on year/yoy) menjadi sebesar Rp2,48 triliun.
Layanan Antar Terjungkal
Di segmen lainnya pun terjadi hal serupa. Segmen yang mengalami kontraksi paling dalam yaitu jasa layanan antar, nilainya melorot hingga 52,28%. Hingga Juni 2020, segmen itu hanya mampu menyumbang sebesar Rp1,98 miliar.
Kemudian disusul oleh segmen penjualan konsinyasi CD, pos penerimaan ini merosot 40,16% yoy menjadi Rp27,19 miliar. Sementara, periode sebelumnya perseroan mampu meraup pendapatan Rp45,44 miliar dari segmen ini.
Penurunan juga terjadi pada akun penghasilan operasional lainnya. Pada periode itu pendapatan dari segmen ini tercatat sebesar Rp20,73 miliar turun tipis 5,77% secara tahunan.
Tak hanya pos penerimaan, akun beban juga turut berkontribusi terhadap kerugian perseroan. Meski perusahaan waralaba itu berhasil menekan pengeluaran pada sejumlah akun beban, namun ada beberapa pos beban yang masih meningkat pada periode tersebut.
Pos pengeluaran yang mengalami peningkatan antara lain beban umum dan administrasi. Beban ini naik tipis 0,29% menjadi Rp289,11 miliar. Kemudian, akun yang mendorong kerugian perseroan adalah beban operasional lainnya. Beban tersebut membengkak hingga 126,59% yoy dari Rp3,61 miliar menjadi Rp8,18 miliar.
Sesuai Prediksi
Memang, manajemen Fast Food telah memprediksi pendapatan perseroan bakal merosot 25%-50% akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak wabah COVID-19 melanda Tanah Air. Bahkan, Fast Food juga batal menerbitkan 350 juta saham baru (rights issue) akibat pandemi wabah COVID-19.
Direktur Fast Food Indonesia Dalimin Juwono mengatakan perseroan memutuskan untuk menunda rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Penundaan dilakukan dari target awal pada April 2020 hingga waktu yang belum ditentukan.
“Perseroan menunda rencana pelaksanaan penambahan modal dengan HMETD tersebut dengan memperhatikan jangka waktu yang berlaku,” kata dia.
Sepanjang tahun ini, manajemen emiten bersandi saham FAST itu berencana membuka 20-30 gerai KFC baru dan memperbaiki 100 toko lama. Untuk kebutuhan dana ekspansi tersebut, KFC membutuhkan dana senilai Rp450 miliar.
Akan tetapi, di tengah pandemi COVID-19 ini rencana ekspansi pun harus tertunda. Bahkan, selama pandemi terdapat 97 gerai KFC yang ditutup lantaran mal/plaza harus tutup untuk mengantisipasi penyebaran wabah corona.
Seperti diketahui, saham FAST digenggam oleh PT Gelael Pratama (43,84%), PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (25,84%), dan masyarakat (20,32%).
Gelael Pratama adalah perusahaan yang dimiliki oleh mendiang Dick Gelael, kakek dari pembalap F3 Sean Gelael, yang menaungi waralaba KFC di Indonesia sejak 1978.
Pada perdagangan Rabu, 9 September 2020, saham FAST ditutup menguat 0,53% sebesar 5 poin ke level Rp945 per lembar. Kapitalisasi pasar saham FAST mencapai Rp3,7 triliun. (SKO)