Aktivitas penawaran umum PT Kino Indonesia Tbk.jpeg
Pasar Modal

Biaya Bahan Baku Melonjak, Harga Saham KINO Kian Terpuruk

  • Membaiknya perekonomian Indonesia ternyata tidak sejalan dengan kinerja bisnis PT Kino Indonesia Tbk (KINO)

Pasar Modal

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Membaiknya perekonomian Indonesia ternyata tidak sejalan dengan kinerja bisnis PT Kino Indonesia Tbk (KINO).  

Besarnya biaya bahan baku dan lonjakan ongkos pengiriman barang menjadikan peruntungan KINO di kuartal III-2022 menguap. Laporan keuangan selama sembilan bulan 2022 mencatat, KINO mengalami rugi bersih hingga Rp245,78 miliar, berbanding laba bersih Rp82,80 miliar pada periode sama 2021.

Memburuknya bisnis KINO menjadikan sahamnya di Bursa Efek Indonesia terus terkoreksi. Akhir pekan lalu, saham KINO ditutup di level Rp 1.660 per saham (18/11). Harga itu sudah terkoreksi lebih dari 67% dibandingkan harga tertingginya di kisaran Rp 5.150 per saham pada 25 April 2022.

Mengulik laporan keuangannya, hingga kuartal III-2022, KINO mencatat penjualan sebesar Rp2,83 triliun, turun tipis dibandingkan September 2021 sebesar Rp2,93 triliun. Sementara beban penjualan perseroan justru melaju dari Rp1,55 triliun pada kuartal III-2021 menjadi Rp1,762 triliun di periode sama tahun ini. 

Lonjakan ini terutama disebabkan oleh biaya pembelian bahan baku dan pengemas yang naik dari Rp1,15 triliun (kuartal III-2021) menjadi Rp1,44 triliun di kuartal III-2022.

Selain biaya bahan baku yang tinggi, KINO juga harus membayar lebih mahal biaya jasa pengiriman barang. Hingga kuartal III-2022, total biaya pengiriman mencapai Rp179,38 miliar, melesat daripada perioda sama 2021 sebesar Rp100,98 miliar.  

Secara segmen bisnis, para 2022, penjualan KINO banyak ditopang oleh bisnis minuman sebesar Rp1,58 triliun naik daripada kuartal III-2021 sebesar Rp1,40 triliun. Kemudian bisnis perawatan tubuh kontribusinya menurun menjadi Rp941,35 miliar dari sebelumnya Rp1,17 triliun di periode sama 2021.

Sementara bisnis makanan mencatat penjualan Rp282, 11 miliar berbanding Rp304,80 miliar, bisnis farmasi hanya menghasilkan Rp19,54 miliar dari Rp46,22 miliar di kuartal III-2021. Yang menarik adalah kenaikan penjualan makanan hewan dari Rpĺ171,52 juta (kuartal III-2021) menjadi Rp5,66 miliar (kuartal III-2022).

Penurunan kinerja KINO yang berdampak pada merosotnya harga saham membuat nilai saham investornya juga menyusut dalam. Harry Sanusi, pendiri KINO yang memiliki 12,61% saham, nilai sahamnya turun dari Rp927,95 miliar (April 2022) menjadi Rp299,10 miliar pekan lalu. 

Pada periode sama, nilai saham pengendali KINO (67,20%) yaitu PT KINO Investindo menyusut dari Rp 4,94 triliun menjadi Rp1,59 triliun.
Mengutip data RTI Business, kapitalisasi pasar KINO juga anjlok dari Rp7,35 triliun (April 2022) menjadi tinggal Rp2,37 triliun pekan lalu. 

Jumlah investornya pun kian menipis. Per Oktober 2021 jumlah pemegang saham KINO masih mencapai 3.400 pihak, sementara di akhir Mei 2022 hanya tersisa 1.843 pihak.