Ilustrasi Kereta Cepat Inggris
Dunia

Biaya Melejit, Proyek Kereta Cepat Inggris Tuai Kontroversi

  • Anggaran pembangunan kereta cepat di Inggris yang direncanakan menghubungkan London dengan Birmingham, Manchester, dan Leeds mengalami peningkatan biaya yang signifikan.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Anggaran pembangunan kereta cepat di Inggris yang direncanakan menghubungkan London dengan Birmingham, Manchester, dan Leeds mengalami peningkatan biaya yang signifikan. Bahkan, peningkatan biaya ini terjadi sebelum tingkat inflasi di Inggris mencapai dua digit pada akhir 2022 hingga awal 2023.

Pada tahun 2015, perkiraan biaya pembangunan kereta cepat di Inggris hanya sekitar 55,7 miliar pound, setara dengan US$68 miliar atau sekitar Rp1.062 triliun (dengan kurs Rp15.626 per dolar AS). Namun, pada tahun 2019, anggaran tersebut mengalami peningkatan menjadi 98 miliar pound. 

Kemudian, pada tahun 2020, biayanya meningkat lagi menjadi 106 miliar pound. Peningkatan biaya tersebut mendapat kritik dari Menteri Keuangan Inggris, Jeremy Hunt. Menurutnya, peningkatan biaya tersebut benar-benar tidak masuk akal.

“Itu benar-benar tidak dapat diterima. Jika kita melanjutkan dengan peningkatan biaya seperti ini, dampak praktisnya adalah kita tidak akan memiliki dana yang cukup untuk mengalokasikan ke bagian lain dari proyek infrastruktur perkeretaapian,” ujar Hunt.

Perdana Menteri Rishi Sunak sedang mempertimbangkan apakah proyek ini akan dilanjutkan atau tidak. Tindakan ini diambil setelah Rishi Sunak, dalam konferensi tahunan Partai Konservatif di Manchester beberapa waktu lalu, merasa mendapatkan tekanan dari sektor bisnis/usaha dan anggota partainya untuk membuat keputusan tentang masa depan proyek tersebut.

Sunak akan membuat keputusan yang tepat mengenai masalah ini. Sementara itu, para pemimpin industri kereta api berpendapat, peningkatan biaya dalam proyek kereta api di Inggris adalah hal yang wajar. Menurut mereka, semakin lama proyek ini ditunda, biaya pembangunannya akan semakin meningkat.

Peningkatan biaya proyek pembangunan kereta cepat tidak hanya terjadi di Inggris, tetapi juga pernah terjadi dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Menurut Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, berdasarkan kesepakatan antara Indonesia dan China, nilai peningkatan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mencapai US$1,2 miliar atau sekitar Rp18,24 triliun (asumsi kurs Rp15.200 per dolar AS) dari anggaran awal.