Ilustrasi aset kripto Bitcoin.
Fintech

Biaya Menambang Bitcoin Melonjak, Indikasi Masih Tingginya Optimisme Para Penambang

  • Menurut analis kripto dari Reku, Fahmi Almuttaqin, situasi saat ini menunjukkan bahwa biaya untuk menambang Bitcoin telah mengalami kenaikan yang cukup mencolok.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Terdapat indikasi optimisme yang signifikan dalam pasar kripto, terutama terlihat dari tingginya biaya rata-rata untuk menambang Bitcoin. 

Menurut analis kripto dari Reku, Fahmi Almuttaqin, situasi saat ini menunjukkan bahwa biaya untuk menambang Bitcoin telah mengalami kenaikan yang cukup mencolok. 

Data dari macromicro.me bahkan mencatat bahwa biaya rata-rata untuk menambang satu Bitcoin setelah halving pada tanggal 20 April mencapai kisaran US$90 ribu atau sekitar Rp1,5 miliar. 

Ini menunjukkan bahwa meskipun reward untuk menambang Bitcoin berkurang setelah halving, para penambang tetap optimis dan terus melakukan aktivitas penambangan. 

Fahmi menekankan bahwa biaya menambang yang lebih tinggi dari harga pasar Bitcoin mengindikasikan optimisme yang tinggi dari para penambang. Meskipun ada alat hardware terbaru untuk menambang Bitcoin dengan biaya listrik yang lebih rendah, profitabilitasnya masih negatif. 

Namun, keberlangsungan hash rate yang tinggi menunjukkan bahwa para penambang tetap bertahan dalam situasi ini, yang pada gilirannya dapat meningkatkan optimisme pasar terhadap keamanan blockchain Bitcoin.

"Masih relatif terjaganya hash rate atau kekuatan komputer yang menambang Bitcoin di situasi yang seperti ini turut menggambarkan resiliensi para miner yang juga dapat berimbas pada optimisme pasar terhadap kekuatan keamanan blockchain Bitcoin,” ujar Fahmi kepada TrenAsia, Minggu, 12 Mei 2024. 

Menurut Fahmi, jika tren ini berlanjut dan biaya rata-rata menambang tetap stabil di sekitar US$100 ribu, maka ini dapat menjadi indikasi positif bagi harga Bitcoin di masa depan.

Baca Juga: Bitcoin Ambruk 14,76 Persen selama April 2024, Simak Prospek ke Depannya di Sini

Hal ini karena harga Bitcoin cenderung mengikuti pola pergerakan biaya rata-rata menambang dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, situasi ini bisa menjadi momentum menarik bagi investor pemula yang ingin mulai mengeksplorasi aset kripto.

Fahmi juga menyarankan agar investor memanfaatkan momentum saat ini dengan memahami perkembangan data dan trend yang ada. 

Investor dapat memantau dan memetakan momentum pasar, terutama dengan memperhatikan indikasi tren bullish seperti biaya menambang yang lebih tinggi dari harga pasar Bitcoin saat ini. 

Meskipun hasilnya mungkin tidak terlihat secara signifikan dalam enam bulan ke depan, menyiapkan investasi selama periode ini akan lebih mudah dibandingkan dengan saat pasar sedang dalam kondisi bearish.

Selain itu, Fahmi menekankan pentingnya evaluasi strategi investasi secara berkala. Investor perlu memantau efektivitas dan akurasi dari strategi yang mereka terapkan. 

Untuk memudahkan hal ini, investor dapat menggunakan fitur Investment Insight yang tersedia di platform seperti Reku. Fitur ini memberikan ringkasan performa portofolio investasi, termasuk detail alokasi aset, periode penahanan, harga rata-rata pembelian, serta kalender untung dan rugi, tanpa memerlukan pencatatan manual.

Dengan memahami dan memanfaatkan data serta fitur yang tersedia, investor pemula dapat lebih siap menghadapi volatilitas pasar kripto dan memaksimalkan potensi keuntungan mereka. 

Dengan tingginya optimisme pasar dan resiliensi para penambang, pasar kripto dapat mengalami reli yang lebih luas, dan Bitcoin sebagai aset kripto terbesar akan tetap menjadi acuan utama bagi para investor. 

Oleh karena itu, dengan pemahaman yang baik tentang tren pasar dan evaluasi strategi investasi yang teratur, investor dapat meningkatkan kesempatan mereka untuk meraih kesuksesan dalam pasar kripto yang dinamis ini.