Biden Berambisi Bawa AS Kembali Pimpin Industri Manufaktur Dunia
- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berusaha mendorong kebangkitan manufaktur di negaranya. Hal itu dilakukan dengan menciptakan pekerjaan dengan gaji yang baik dan membawa rantai pasokan kembali ke AS.
Dunia
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berusaha mendorong kebangkitan manufaktur di negaranya. Hal itu dilakukan dengan menciptakan pekerjaan dengan gaji yang baik dan membawa rantai pasokan kembali ke AS. Upaya tersebut bakal digeber sambil memacu upaya negara untuk memerangi perubahan iklim.
Hal itu disampaikan Biden, dilansir dari Business Times, Kamis 10 Agustus 2023. “Untuk waktu yang lama, kami harus menyerah pada manufaktur Amerika. Itu tidak bisa terjadi lagi. Amerika pernah memimpin dunia di bidang manufaktur. Kami akan melakukannya lagi,” tegasnya.
Proyek ambisius itu disampaikan Biden yang berencana mencalonkan kembali pada pemilihan umum berikutnya. Biden berusaha meyakinkan para pemilih bahwa ekonomi berada di posisi yang kuat di bawah kepemimpinannya.
Dalam Undang-Undang CHIPS dan Science, Pemerintah AS menghasilkan dana sebesar US$52 miliar untuk meningkatkan manufaktur semikonduktor dalam negeri dan melawan dominasi industri China.
- Keterbukaan Perusahaan Indonesia dengan ESG Masih di Bawah 50 Persen
- 3 Langkah Baru Pemerintah untuk Sebarkan 'Virus' ESG
- 2000 Pelaku UMKM, Siap Meriahkan Nasional Expo 2023 di Kota Solo
Salah satu langkah untuk menggerakkan mesin manufaktur adalah mengubah sejumlah fasilitas yang sebelumnya ditutup menjadi pabrik manufaktur menara angin. Politikus Partai Demokrat itu menyatakan pabrik Arcosa merupakan bukti terbaru bahwa AS berada di ambang “ledakan” manufaktur energi bersih.
Hal itu sebagian didorong oleh kredit pajak miliaran dolar yang termasuk dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA), yang disahkan di Kongres tanpa dukungan suara dari pihak Partai Republik tahun lalu.
Dilansir dari Reuters, Kamis, Biden sedang dalam perjalanan melintasi tiga negara bagian di Amerika Serikat bagian Barat untuk menghidupkan kembali upayanya dalam pencalonan ulang dengan mempromosikan perekonomian dan proyek infrastruktur baru kepada masyarakat Amerika yang masih merasa tidak puas dengan arah negara tersebut.
- Jadi Tersangka, Ini Peran Eks Dirjen Minerba Ridwan Djamaludin dalam Kasus Korupsi Nikel
- IHSG Diprediksi Bergerak Sideways, 7 Saham Ini Layak Dicermati
- Keterbukaan Perusahaan Indonesia dengan ESG Masih di Bawah 50 Persen
Biden menyebut pemerintahan sebelumnya telah berjanji untuk berinvestasi dalam manufaktur AS. Namun akhirnya pekerjaan dan modal berpindah ke luar negeri. Dia mengklaim investasi bersejarah dari Undang-Undang IRA, yang dikombinasikan dengan persyaratan ketat untuk mendorong perusahaan membangun rantai pasokan di dalam negeri, telah membalikkan tren tersebut. "Saya memutuskan bahwa kami akan berinvestasi di Amerika," kata Biden.
Antonio Carrillo, CEO Arcosa (ACA.N), mengatakan bahwa perusahaannya dan industri energi angin sedang mengalami kesulitan sebelum mendapatkan infus dana baru dari Washington. Setelah IRA disahkan, ia mengatakan perusahaannya mendapatkan pesanan terbesar untuk menara angin.
Gedung Putih dan kampanye Biden sangat ingin memenangkan hati orang Amerika yang skeptis tentang efektivitas kebijakannya untuk meningkatkan perekonomian dan melawan pemanasan global.
Hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan ada penurunan tingkat kepuasan meskipun perekonomian AS telah menghindari resesi dengan tingkat pengangguran terendah sepanjang sejarah, kenaikan upah yang kuat, dan pertumbuhan GDP yang lebih baik dari perkiraan.
Beberapa warga Amerika yang memilih Biden pada tahun 2020 mengatakan mereka percaya perekonomian telah berkinerja buruk di bawah kepemimpinan Biden. Mereka mungkin tidak akan memilihnya dalam pemilihan 2024, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis pekan lalu.
Sekitar setengah dari responden yang memilih Biden pada tahun 2020 mengatakan bahwa mereka hanya tahu sedikit atau bahkan tidak tahu sama sekali tentang inisiatif kebijakan utamanya untuk mengurangi inflasi atau meningkatkan pengeluaran pada infrastruktur.