Calon pimpiman Angkatan Laut AS, Lisa Franchetti (kiri).
Dunia

Biden Calonkan Perempuan jadi Pimpinan Angkatan Laut AS

  • Franchetti bakal menjadi perempuan pertama yang memimpin angkatan tersebut dan juga menjadi anggota Dewan Staf Gabungan.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mencalonkan Laksamana Lisa Franchetti untuk memimpin Angkatan Laut (AL) negara tersebut pada akhir pekan lalu. Langkah tersebut diyakini bakal mengatasi hambatan gender di militer AS. 

Hal ini karena Franchetti bakal menjadi perempuan pertama yang memimpin angkatan tersebut dan juga menjadi anggota Dewan Staf Gabungan. Keputusan Biden bisa dibilang mengejutkan. 

Para pejabat Pentagon secara luas mengharapkan calonnya adalah Laksamana Samuel Paparo, pemimpin Angkatan Laut di Pasifik dan memiliki pengalaman menghadapi tantangan yang semakin meningkat dari China.

Meski demikian, Franchetti, yang saat ini menjabat sebagai wakil kepala operasi Angkatan Laut, termasuk dalam daftar kandidat yang dipercaya bersaing untuk posisi tersebut. Franchetti selama ini cukup dihormati dan memiliki pengalaman luas, termasuk sebagai komandan Pasukan Angkatan Laut AS di Korea..

Dilansir dari Reuters, Senin 24 Juli 2023, Biden mencatat Franchetti memiliki pengalaman selama 38 tahun. “Sepanjang kariernya, Franchetti telah menunjukkan keahlian yang luas baik dalam bidang operasional maupun kebijakan,” ujar Biden dalam sebuah pernyataan.

Tahun lalu, Biden memilih Laksamana Linda Fagan untuk memimpin Penjaga Pantai AS, menjadikannya komandan perempuan pertama di sana. Namun, Penjaga Pantai tidak secara resmi merupakan bagian dari Departemen Pertahanan, melainkan berada di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Franchetti akan menjadi perempuan pertama yang memimpin salah satu layanan militer di dalam Departemen Pertahanan dan menjadi anggota Dewan Staff Gabungan, kelompok delapan anggota puncak angkatan bersenjata yang memberi nasihat kepada presiden mengenai masalah militer.

Biden juga mempromosikan Paparo, mencalonkannya menjadi komandan seluruh pasukan militer AS di Pasifik. Dia memilih Laksamana Madya Stephen “Web” Koehler untuk menggantikan Paparo sebagai komandan Armada Pasifik AS.

Pengumuman Biden datang pada saat ada penundaan atas semua calon militer AS di Kongres oleh Senator Tommy Tuberville. Tuberville diketahui sedang melakukan protes terhadap kebijakan Departemen Pertahanan yang memberikan penggantian biaya bagi anggota layanan yang melakukan perjalanan untuk mendapatkan aborsi.

Dampak Luas

Pencalonan militer tingkat senior harus mendapatkan persetujuan dari Senat. Meskipun tinjauan prosesnya biasanya berjalan rutin, seorang senator dapat menunda proses dengan menahan pencalonan tersebut, sehingga memaksa setiap pencalonan untuk dipertimbangkan satu per satu dan memakan banyak waktu berjam-jam.

Penundaan oleh Tuberville dapat berdampak luas di seluruh angkatan bersenjata, memengaruhi pasukan dan keluarga mereka, dan akhirnya mengakibatkan kehilangan bakat-bakat militer AS.

Angkatan militer saat ini sudah harus mengatur ulang staf untuk mengisi posisi kepemimpinan tingkat atas setelah komandan Korps Marinir, salah satu anggota Dewan Staff Gabungan, mengundurkan diri pada tanggal 10 Juli.

Pentagon menyatakan bahwa orang nomor dua telah mengambil alih, tetapi penundaan dalam promosi telah menyebabkan Korps Marinir tanpa pemimpin yang telah dikonfirmasi dalam posisi tersebut untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu abad.

Biden mengatakan penundaan itu merusak keamanan nasional. “Dengan apa yang dilakukan Senator Tuberville, bukan hanya salah, tapi juga berbahaya,” kata Biden dalam pernyataannya. “Ia mengancam kemampuan kita untuk memastikan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat tetap menjadi kekuatan tempur terbesar dalam sejarah dunia," tukas Biden.