Biden: Dunia di Bawah Ancaman Armageddon Nuklir Paling Berbahaya Sejak Krisis Rudal Kuba
- Presiden Amerika Joe Biden mengatakan dunia sedang menghadapi ancaman "Armageddon" nuklir terbesar sejak zaman Presiden Kennedy dan Krisis Rudal Kuba.
Dunia
WASHINGTON- Presiden Amerika Joe Biden mengatakan dunia sedang menghadapi ancaman "Armageddon" nuklir terbesar sejak zaman Presiden Kennedy dan Krisis Rudal Kuba.
Berbicara di acara penggalangan dana Partai Demokrat di New York, komentarnya tersebut tidak direkam kamera tetapi oleh wartawan Gedung Putih.
Komentar itu muncul ketika para pejabat Rusia memperingatkan kemungkinan menggunakan senjata nuklir taktis setelah mengalami kemunduran militer dalam invasi ke Ukraina. Sebelumnya Amerika menyatakan hingga saat ini tidak ada tanda-tanda Vladimir Putin akan menggunakan senjata tersebut.
- Terapkan Strategi GREEN Jadi Langkah PLN Aplikasikan ESG
- Tren Istilah Bisnis: Apa Itu Return on Investment (ROI)?
- Kementerian ESDM Tengah Siapkan 7 Aturan Turunan Perpres EBT
Menggambarkan Vladimir Putin, Presiden Biden mengatakan “Saya mengenal pria itu dengan cukup baik. Putin tidak bercanda ketika dia berbicara tentang penggunaan senjata nuklir taktis, atau senajta biologi atau kimia. Ini karena militer Rusia bisa dibilang berkinerja sangat buruk,” katanya dikutip dari Al Jazerra Jumat 7 Oktober 2022.
Dan dia menjelaskan kekhawatirannya bahwa jika senjata seperti itu dikerahkan, itu akan dengan cepat meningkat menjadi konflik nuklir dunia.
Dia menegaskan pertama kali sejak krisis rudal Kuba, Amerika mendapat ancaman langsung dari penggunaan senjata nuklir jika faktanya hal-hal terus berlanjut di jalur yang mereka tuju.
"Saya mencoba mencari tahu apa yang dimaksud dengan Putin?" tambah Biden, “Di mana dia menemukan jalan keluar? Di mana dia menemukan dirinya dalam posisi bahwa dia tidak hanya kehilangan muka tetapi kehilangan kekuatan yang signifikan di Rusia?”
Biden mengaku mencoba mencari tahu apa yang menjadi kelemahan Putin? Di mana dia menemukan jalan keluar? Di mana dia menemukan dirinya dalam posisi bahwa dia tidak hanya kehilangan muka tetapi juga kehilangan kekuatan yang signifikan di Rusia.
Krisis rudal Kuba
Selama krisis 1962, Amerika Serikat di bawah Presiden John Kennedy dan Uni Soviet di bawah Nikita Kruschev nyaris menggunakan senjata nuklir karena kehadiran rudal Soviet di Kuba. Pertikaian 13 hari pada tahun 1962 terjadi setelah Amerika menemukan Uni Soviet secara diam-diam mengerahkan senjata nuklir ke Kuba.
Kurchev mengambil tindakan in untuk menanggapi kehadiran rudal balistik Amerika di Italia dan Turki, serta Invasi Teluk Babi Kuba yang gagal pada tahun 1961.
Sebagai tanggapan, presiden Amerika saat itu John F Kennedy memerintahkan blockade laut untuk mencegah pengiriman rudal lebih lanjut ke Kuba.
Setelah beberapa hari ketegangan, Kennedy dan Kruschev mencapai kesepakatan bahwa Soviet akan membongkar senjata mereka di Kuba. Sementara Kennedy menyatakan Amerika tidak akan menyerang Kuba lagi. AS juga diam-diam setuju untuk membongkar semua rudal balistik jarak menengahnya di Turki.
Hal ini juga mengakibatkan pembentukan hotline Moskow-Washington untuk memungkinkan komunikasi langsung antara kedua negara adidaya.
- 5 Aset Kripto Ini Diprediksi Bullish Menjelang Awal Oktober 2022
- 15 Perusahaan Start Up Terbaik Tahun 2022 Versi LinkedIn
- Tren Istilah Bisnis: Apa Itu Stakeholder?
Para pejabat Amerika telah memperingatkan selama beberapa bulan terakhir tentang prospek Rusia menggunakan senjata pemusnah massal di Ukraina. Putin disebut semakin tersudut dan tidak punya banyak pilihan setelah banyak kemunduran strategis di medan perang.
Putin dan para pejabat Rusia juga telah berulang kali menyinggung penggunaan persenjataan nuklir. September lalu, ketika dia mengumumkan mobilisasi parsial dia mengingatkan bahwa Rusia memiliki berbagai cara penghancuran. Dan ketika integritas teritorial negara terancam, Rusia pasti akan menggunakan semua cara yang mereka miliki. Ancaman ditutup dengan kalimat tegas “Ini bukan gertakan”
Sementara itu pada hari Kamis Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa Putin memahami dunia tidak akan pernah memaafkan jika melakukan serangan nuklir. Putin mengerti bahwa setelah penggunaan senjata nuklir dia tidak akan mampu lagi untuk melestarikan kekuatannya.
Salah satu alasan Putin mengeluarkan ancaman adalah untuk menghentikan dukungan Eropa dan NATO ke Ukraina. Khususnya senjata. Tetapi barat terbukti tidak mundur dengan caranya.
Hanya beberapa hari setelah ancaman dikeluarkan Amerika justru menggelontorkan bantuan senjata baru termasuk sistem HIMARS ke Ukraina.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga telah mengkonfirmasi bahwa negara-negara Eropa akan mengirim lebih banyak peralatan militer ke Ukraina untuk melawan Rusia. Senjata baru, yang akan mencakup lebih banyak howitzer tipe Caesar Prancis.
Pekan lalu Rusia juga menganeksasi secara sepihak wilayah Donestk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia Ukraina yang mewakili sekitar 15% dari negara itu. Ini menjadikan Rusia kini akan menempatkan dirinya sebagai pihak yang diserang. Artinya kemungkinan penggunaan nuklir semakin besar karena serangan terhadap empat wilayah tersebut bisa dianggap mengancam negara.
Tetapi itu juga tidak membuat Ukraina menghentikan serangan baliknya. Bahkan beberapa hari setelah aneksasi diumumkan, Rusia justru kehilangan sejumlah wilayah penting termasuk Lyman. Kota yang menjadi jalur utama penyaluran logisitk bagi pasukan Rusia yang bertempur di Donbass.
Ukraina juga terus maju di wilayah Kherson dengan merebut banyak wilayah. Pasukan mereka kini mengarah ke Kota Kherson.