Biden Ingatkan Ukraina: Rusia Kemungkinan Menyerang Februari
- Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memperingatkan Presiden Ukraina bahwa ada kemungkinan Rusia mengambil tindakan militer terhadap Ukraina pada Februari 2022.
Nasional
WASHINGTON-Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memperingatkan Presiden Ukraina bahwa ada kemungkinan Rusia mengambil tindakan militer terhadap Ukraina pada Februari 2022.
Berita itu muncul ketika Kremlin juga mengeluarkan nada suram pada Kamis 27 Januari 2022 dengan mengatakan mereka melihat sedikit landasan untuk optimisme dalam menyelesaikan krisis setelah Amerika menolak tuntutan utama Rusia.
Para pejabat Rusia mengatakan dialog masih mungkin untuk mengakhiri krisis. Tetapi Biden kembali memberikan peringatan keras bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan memberikan lampu hijau untuk invasi lebih lanjut ke wilayah Ukraina dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Emily Horne mengatakan Biden menyampaikan peringatan itu kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pembicaraan telelpon. Dalam pembicaraan tersebut Bioden kembali menegaskan kesiapan Amerika untuk menanggapi dengan tegas jika Rusia menyerang Ukraina.
- Tingkatkan Kecepatan Internet, Jokowi Bangun Kabel Bawah Laut Langsung ke AS
- Kurs Dolar Hari Ini: AS Rilis Data PDB, Rupiah Tak Bertenaga
- Bursa Mulai Membaik, Tahun 2022 Momentum Tepat Perusahaan untuk IPO
Sebelumnya pada hari Kamis utusan Amerika untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan bahwa pemerintahan Biden ingin membahas krisis Ukraina. “Rusia telah terlibat dalam tindakan destabilisasi yang ditujukan ke Ukraina dan merupakan ancaman nyata bagi perdamaian dan keamanan internasional serta Piagam PBB,” kata Greenfield dikutip Al Jazeera..
Hubungan antara Rusia dan Barat memburuk setelah Moskow mengerahkan puluhan ribu tentara di perbatasannya dengan Ukraina. Kremlin telah membantah rencananya untuk menyerang tetapi menuntut jaminan keamanan yang luas, termasuk jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah diizinkan bergabung dengan NATO. Baik Amerika maupun NATO secara resmi telah menolak tuntutan tersebut.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa tanggapan dari Amerika dan NATO meninggalkan sedikit landasan untuk optimism. Tetapi dia menambahkan bahwa selalu ada prospek untuk melanjutkan dialog. “itu demi kepentingan berdua (Rusia dan Ukraina) dan Amerika” katanya.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov juga mengisyaratkan pembukaan dialog dengan mengatakan bahwa tanggapan Amerika mengandung beberapa elemen yang dapat mengarah pada awal pembicaraan serius tentang isu-isu sekunder.
Tetapi Lavrov juga menekankan bahwa dokumen itu tidak berisi tanggapan positif tentang masalah utama yakni tuntutan Moskow agar NATO tidak berkembang dan bahwa aliansi tersebut menahan diri untuk tidak mengerahkan senjata yang mungkin mengancam Rusia.
Sementara itu Biden dan Kanselir baru Jerman Olaf Scholz diperkirakan akan membahas krisis Ukraina selama pertemuan bulan depan di Washington, DC. Penolakan Jerman untuk bergabung dengan Amerika dan anggota NATO lainnya dalam menyediakan senjata ke Ukraina telah mengganggu beberapa sekutu dan menimbulkan pertanyaan tentang tekad Berlin untuk melawan Moskow.
Pipa Nord Stream 2
Namun Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan pemerintahnya sedang mengoordinasikan kebijakannya dengan sekutunya. Berbagai opsi juga akan dipertimbangkan jika Rusia benar-benar menyerang termasuk tindakan terhadap pipa gas Nord Stream 2.
Pipa, yang belum mulai beroperasi itu dibangun untuk memompa gas alam dari Rusia ke Jerman. Tetapi Berlin secara bertahap mundur dari proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan dengan Moskow.
Baerbock mengatakan bahwa meski Jerman menolak memasok senjata ke Ukraina, mereka akan terus memberikan dukungan ekonomi ke Kiev. Para ahli mengatakan posisi Jerman sebagian berakar pada sejarah agresinya selama abad ke-20.
Al Jazeera melaporkan dari Berlin bahwa pemerintah Jerman akan menekan Rusia dengan menjatuhkan sanksi, dan bukan dengan memberikan persenjataan ke Ukraina. Pemerintah Jerman telah mengatakan siap menerima konsekuensi dari penolakan untuk mengaktifkan pipa gas Nord Stream 2. Ini memang akan menghabiskan banyak uang bagi Jerman dan ekonomi Eropa. Tetapi di sini jika pasokan gas Rusia dimatikan sepenuhnya itu juga akan merugikan ekonomi Rusia US$200 juta per hari.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani juga dijadwalkan tiba di Washington pada Senin 1 Februari 2022 di mana ia kemungkinan akan membahas pasokan gas ke Eropa , jika Moskow melintasi perbatasan untuk menyerang Ukraina.
- Mulai Konstruksi, Proyek Smelter Amman Mineral Ditargetkan Selesai 2023
- Setelah Emtek, Grab dan Singtel Resmi Masuk ke Bank Fama
- Pakai Sains, Jeff Bezos Cari Cara Buat Lawan Kematian
Rusia sejauh ini belum mengendorkan otot militernya. Mereka telah meluncurkan serangkaian latihan militer yang melibatkan unit infanteri dan artileri di Rusia barat daya, pesawat tempur di Kaliningrad di Laut Baltik, puluhan kapal perang di Laut Hitam dan Kutub Utara, serta jet tempur dan pasukan terjun payung Rusia di Belarusia.
Kementerian dalam negeri Ukraina juga telah menggelar pelatihan tentang bertindak dalam situasi darurat dengan penekanan pada penanganan bahan peledak. NATO sendiri mengatakan pihaknya memperkuat pencegahannya di wilayah Laut Baltik, dan Amerika telah memerintahkan 8.500 tentaranya dalam siaga lebih tinggi untuk kemungkinan penyebaran ke Eropa.
Semua mata kini tertuju pada Putin yang akan memutuskan bagaimana Rusia akan merespons di tengah kekhawatiran bahwa Eropa dapat kembali terjerumus ke dalam perang. Dia telah memperingatkan akan ada langkah-langkah teknis-militer yang tidak ditentukan jika Barat menolak mengindahkan tuntutan tersebut.