Biden Wariskan Sanksi Terakhir dan Terberat bagi Minyak Rusia, Apakah akan Berefek?
- Rusia diyakini akan melakukan segala upaya untuk menghindari sanksi ini. Namun, pejabat Amerika meyakini tindakan pencegahan tidaklah murah.
Dunia
JAKARTA- Beberapa hari sebelum mengakhiri pemerintahannya, Presiden Amerika Joe Biden memberlakukan paket sanksi terluas dan terberat sejauh ini yang menargetkan pendapatan minyak dan gas Rusia. Sebuah upaya untuk memberi Kyiv dan tim baru Donald Trump pengaruh guna mencapai kesepakatan perdamaian di Ukraina.
Langkah tersebut dimaksudkan untuk memotong pendapatan Rusia guna melanjutkan perang di Ukraina. Daleep Singh, penasihat ekonomi dan keamanan nasional Gedung Putih mengatakan tindakan tersebut adalah sanksi paling signifikan sejauh ini terhadap sektor energi Rusia. Sektor yang sejauh ini merupakan sumber pendapatan terbesar bagi perang Presiden Vladimir Putin.
Departemen Keuangan Amerika menjatuhkan sanksi pada Gazprom Neft dan Surgutneftegas. Dua perusahaan yang melakukan eksplorasi, produksi, dan penjualan minyak. Sanksi juga diberikan kepada 183 kapal yang telah mengangkut minyak Rusia. Banyak di antaranya merupakan bagian dari apa yang disebut armada bayangan. Kapal tanker tua yang dioperasikan oleh perusahaan non-Barat. Sanksi tersebut juga mencakup jaringan yang memperdagangkan minyak bumi.
- BUMI, PTBA dan ITMG Masih Diandalkan Di Tengah Bayang-bayang Transisi Energi
- PDIP Resmi Dukung Pemerintah, Berikut Sejarah Hubungan Mega-Prabowo
- Prospek Emiten Menara 2025, TOWR, MTEL, dan TBIG Bersaing Ketat
Banyak dari kapal tanker tersebut telah digunakan untuk mengirim minyak ke India dan China. Seperti diketahui akibat pembatasan harga yang diberlakukan oleh negara-negara G7 pada tahun 2022 telah mengalihkan perdagangan minyak Rusia dari Eropa ke Asia. Beberapa kapal tanker telah mengirim minyak Rusia dan Iran. Departemen Keuangan juga mencabut ketentuan yang mengecualikan intermediasi pembayaran energi dari sanksi terhadap bank-bank Rusia.
Seorang pejabat Amerika sebagaimana dikutip Reuters mengatakan, sanksi tersebut akan merugikan Rusia miliaran dolar per bulan jika ditegakkan secara memadai. Tidak ada satu langkah pun dalam rantai produksi dan distribusi yang tidak tersentuh dalam sanksi ini. Rusia diyakini akan melakukan segala upaya untuk menghindari sanksi ini. Namun, pejabat Amerika meyakini tindakan pencegahan tidaklah murah.
“Rusia harus terus-menerus beradaptasi dan mengubah arah rantai pasokannya. Hal itu menciptakan inefisiensi, ketidakpastian dan kompleksitas. Bisa digambarkan sanksi yang diberikan seperti pasir yang ditumpahkan ke roda gigi mesin perang Rusia,” katanya.
Tindakan tersebut memungkinkan periode penghentian hingga 12 Maret bagi entitas yang terkena sanksi untuk menyelesaikan transaksi energi. Sementara Gazprom Neft mengatakan sanksi itu tidak dapat dibenarkan dan tidak sah. Mereka menegaskan akan terus beroperasi. Meski demikian, sumber di perdagangan minyak Rusia dan penyulingan minyak India mengatakan sanksi tersebut akan menyebabkan gangguan parah pada ekspor minyak Rusia ke pembeli utamanya, India dan China.
Harga Minyak
Harga minyak dunia melonjak lebih dari 3% menjelang pengumuman sanksi dengan minyak mentah Brent mendekati 80 dolar amerika per barel. Geoffrey Pyatt, asisten Menteri Amerika untuk sumber daya energi di Departemen Luar Negeri mengatakan, ada volume minyak baru yang diharapkan akan datang tahun ini. Mereka adalah dari AS, Guyana, Kanada, Brasil, dan mungkin dari Timur Tengah. Pasokan ini akan menggantikan minyak Rusia yang hilang.
Langkah terakhir tersebut menyusul sanksi Amerika pada bulan November terhadap sejumlah bank termasuk Gazprombank. Saluran terbesar Rusia ke bisnis energi global. Awal tahun 2024 lalu sanksi juga diberikan kepada puluhan kapal tanker yang membawa minyak Rusia .
Pemerintahan Biden yakin bahwa sanksi bulan November membantu mendorong rubel Rusia ke level terlemahnya sejak awal invasi. Selain itu juga mendorong bank sentral Rusia untuk menaikkan suku bunga kebijakannya ke level rekor lebih dari 20%. Pejabat Amerika menduga penargetan langsung sektor energi akan memperburuk tekanan terhadap ekonomi Rusia yang telah mendorong inflasi hingga hampir 10%. Selain itu memperkuat prospek ekonomi yang suram untuk tahun 2025 dan seterusnya.
Salah satu pejabat Biden mengatakan bahwa sepenuhnya tergantung pada Presiden terpilih Trump yang akan menjabat pada 20 Januari. Termasuk apakah akan mencabut sanksi yang dijatuhkan selama era Biden. Namun untuk melakukannya, dia harus memberi tahu Kongres dan memberinya kewenangan untuk mengambil suara. Sementara banyak anggota Kongres dari Partai Republik telah mendesak Biden untuk menjatuhkan sanksi pada hari Jumat. Dengan demikian orang-orang Trump tidak bisa begitu saja datang dan diam-diam mencabut semua yang baru saja dilakukan Biden. Kongres harus terlibat.
- LK21 dan Layarkaca21 Ilegal, Ini 7 Alternatif Nonton Film dan Drama Legal
- Reli Saham GOTO Berlanjut, Transaksi Capai 67 Juta Lot, Simak Prediksi Pekan Ini
- Rekomendasi Saham Bank 2025: BBCA, BMRI, dan BRIS Masih Overweight
Amerika menunggu hingga hari-hari terakhir pemerintahan untuk mengenakan sanksi sebagian karena keadaan pasar minyak global. Sekaligus dampak potensial terhadap ekonomi Amerika. Invasi Rusia ke Ukraina pada awal tahun 2022 memicu kekhawatiran akan gangguan pasokan besar-besaran dari salah satu produsen minyak terkemuka dunia. Harga minyak sempat melonjak hingga US$130 per barel pada bulan Maret 2022. Situasi yang berkontribusi terhadap krisis inflasi di seluruh ekonomi Amerika, dan mendorong harga bensin ke titik tertinggi sepanjang masa.
Pejabat senior Amerika mengakui selama sebagian besar perang ini, pasokan global terbatas dan berisiko tidak memenuhi permintaan. Hal kemungkinan akan meningkatkan pendapatan Rusia. Selain tentu saja menaikkan harga di tingkat konsumen di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Kini, kata pejabat tersebut pasar minyak dan ekonomi Amerika berada dalam kondisi yang jauh lebih baik.
Amerika Serikat memproduksi lebih banyak minyak daripada negara mana pun dalam sejarah dunia. Ini memaksa OPEC untuk mengurangi pasokan. Harga minyak relatif tenang sebagian karena produksi AS yang memecahkan rekor.