Gedung BRI di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. / Bri.co.id
Industri

Bila Rights Issue Dicaplok Seutuhnya, Bos BRI Janji Kredit Ultra Mikro Tumbuh 14 Persen

  • Sunarso mengatakan aksi korporasi ini memang ditujukan untuk penguatan bisnis perseroan di segmen ultra mikro.
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Emiten pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjanjikan peningkatan kinerja bila investor mencaplok seluruh aksi penambahan modal melalui skema rights issue. Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso memang target peningkatan penyaluran kredit segmen ultra mikro tumbuh rata-rata 14% per tahun.

Sunarso mengatakan aksi korporasi ini memang ditujukan untuk penguatan bisnis perseroan di segmen ultra mikro. Adanya entitas baru, yakni PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM membuat Sunarso optimistis bisa mencengkram segmen tersebut.

“Perseroan memerlukan sumber pertumbuhan baru ke depan yaitu segmen usaha ultra mikro, sehingga perseroan dapat tumbuh berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, tak terkecuali pelaku usaha ultra mikro dan UMKM,” kata Sunarso dalam keterangan tertulis, Rabu, 1 Agustus 2021.

Namun, bila investor hanya mengeksekusi separuh penambahan modal ini, Sunarso hanya menjanjikan pertumbuhan kredit ultra mikro sebesar rata-rata 10,17%. Sejalan dengan penambahan modal ini, BRI menyebut bakal memperlebar dividend payout ratio hingga lebih dari 50%.

“Nanti dapat peluang pertumbuhan seperti itu, pasti revenue-nya kan ikut naik, income-nya ikut naik,” ujar Sunarso.

Seperti diketahui, investor publik juga bakal berpartisipasi dalam gelaran rights issue bank pelat merah tersebut. Berdasarkan prospektus perseroan, BBRI menawarkan hingga 28,21 miliar saham seri B atau 18,62% dari modal yang disetorkan. Dengan demikian, emiten pelat merah ini bakal mengantongi dana hingga Rp95,92 triliun dari aksi korporasi ini.

Sebanyak Rp54,77 triliun dana yang diperoleh BBRI tersebut berasal dari eksekusi inbreng saham negara Pegadaian dan PNM. Sementara sisa dana sebesar Rp41,15 triliun berasal dari Penawaran Umum Terbatas (PUT) I oleh pemegang saham publik.

Pelaksanaan rights issue ini merupakan langkah terakhir dalam proses pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro (UMi). Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah lebih dulu memberikan restu pembentukan holding melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 73 tahun 2021.

Dalam paparan kinerja semester I-2021, Sunarso menyebut Holding BUMN UMi berpotensi eskalasi postur kredit segmen ultra mikro menjadi 85% dari total kredit BRI pada 2025.

Selain itu, BRI juga bakal mempertebal aset yang berasal dari Pegadaian dan PNM. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2021, BRI setidaknya menambah Rp67,80 triliun aset dari Pegadaian dan Rp38,15 triliun dari PNM.

Maka, total aset BRI berpotensi tumbuh dari Rp1.450,90 triliun per 30 Juni 2021 menjadi Rp1.556,85 triliun usai gelaran rights issue. Kementerian BUMN menyebut tambahan aset ini secara langsung berimplikasi terhadap kemampuan penyaluran kredit UMKM.

Holding ini pun sudah menetapkan target 8 juta pelaku usaha menjadi nasabah baru. 18 juta pelaku usaha mikro tersebut sebelumnya tidak pernah tersentuh layanan keuangan formal.