Gelandang Everton, Abdoulaye Doucore.
Gaya Hidup

Bintang Everton: Saya Selalu Cinta Ramadan

  • Selama tujuh tahun berada di Inggris, sang pemain mengaku tak pernah menghadapi kesulitan berarti saat bermain ketika berpuasa.

Gaya Hidup

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Bulan Ramadan menjadi tantangan tersendiri bagi pesepakbola muslim yang bermain di liga top Eropa. Mereka harus menjalankan ibadah puasa di tengah musim panas di Benua Biru. Namun hal itu ternyata tak berpengaruh apa-apa bagi sejumlah pesepakbola, termasuk Abdoulaye Doucoure. 

Bintang klub Liga Premier Inggris, Everton, ini mengaku tak pernah bermasalah dengan penampilannya ketika menjalani puasa di bulan Ramadan. Sebagai informasi, Doucoure adalah gelandang kelahiran Prancis berdarah Mali. 

Pemain 30 tahun itu mengaku sudah terbiasa berpuasa sejak kecil. “Kadang bermain sepak bola bisa menyulitkan, ini karena Ramadan ada di musim panas atau saat pramusim. Namun saya selalu cinta Ramadan,” ujar Doucoure dikutip dari Daily Mail, Jumat 24 Maret 2023.

Doucoure sendiri sudah berkiprah di Liga Premier sejak bergabung dengan Watford tahun 2016. Selama tujuh tahun berada di Inggris, sang pemain mengaku tak pernah menghadapi kesulitan berarti saat bermain ketika berpuasa. “Saya selalu beruntung bisa memjalani ibadah puasa, saya tidak pernah mengalami masalah dengan kondisi fisik. Saya bersyukur akan hal itu,” tutur pemain yang bergabung dengan Everton tahun 2020 tersebut.

Dia mengaku sangat memahami tubuhnya sehingga dapat menjaga fisik ketika puasa. Menurut Doucoure, sahur dengan menu yang baik membantunya melewati puasa Ramadan. Dia bahkan tak pernah melewatkan puasa satu hari pun meski kompetisi masih berjalan. “Ini sudah menjadi hal yang normal dan mudah bagi saya. Saya sudah mulai puasa saat masih 12 atau 13 tahun, sekarang saya sudah 30 tahun.”

Lebih jauh, Doucoure memuji Liga Premier sebagai liga top Eropa terbaik bagi pemain muslim. Dia dapat menyimpulkan hal itu karena pernah berkarier di Prancis dan Spanyol sebelumnya. Doucoure mengaku bebas menjalankan keyakinannya di Inggris. “Saya mengutamakan agama, kemudian pekerjaan. Saya bisa melakukan beriringan dan saya senang dengan hal itu,” tutur Doucoure.