<p>PT Bio Farma (Persero) dan dan perusahaan rintisan bioteknologi Nusantics meluncurkan Bio Saliva, alat uji untuk mendeteksi COVID-19 dengan metoda kumur (gargling). / Dok. Bio Farma</p>
Nasional

Bio Farma dan Nusantics Luncurkan Alat Tes COVID-19 Metode Kumur, Seberapa Akurat?

  • PT Bio Farma (Persero) dan dan perusahaan rintisan bioteknologi Nusantics meluncurkan Bio Saliva, alat uji untuk mendeteksi COVID-19 dengan metoda kumur (gargling).

Nasional
Laila Ramdhini

Laila Ramdhini

Author

JAKARTA – PT Bio Farma (Persero) dan dan perusahaan rintisan bioteknologi Nusantics meluncurkan Bio Saliva, alat uji untuk mendeteksi COVID-19 dengan metoda kumur (gargling). Metode ini diklaim jauh lebih nyaman untuk mendeteksi virus corona dalam tubuh pasien dengan atau tanpa gejala.

Direktur Utama BioFarma Honesti Basyir mengungkapkan Bio Saliva merupakan pelengkap dari produk sebelumnya yaitu mBioCov19 yang juga dikembangkan oleh Nusantics.

“Ini merupakan kali pertama Indonesia membangun industri diagnostik. Meskipun kita tertinggal 2-3 dekade ketimbang negara maju, namun Bio Farma telah berhasil mencatat prestasi penting selama masa pandemi,” ujar Honesti, dalam keterangan resmi yang diterima TrenAsia.com, Jumat, 2 Juli 2021.

Menurut Honesti, Bio Saliva memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan alat deteksi COVID-19 lainnya. Sampel yang digunakan dalam proses pengembangan produk, seluruhnya berasal dari pasien Indonesia, sehingga memiliki kesesuaian dengan penduduk Indonesia.

Bio Saliva dapat mendeteksi hingga angka CT 40 dan memiliki performance yang sangat baik untuk CT <35 dengan sensitivitas hingga 93,57%. Hal ini tentunya menjadikan Gargle-PCR sebagai alternatif selain gold standard Swab Nasofaring-Orofaring menggunakan PCR Kit yang memiliki sensitifitas hingga 95%.

“Produk ini menjawab tantangan laboratorium klinis akan kebutuhan testing dengan kondisi lapangan di Indonesia yang umumnya jauh dari fasilitas kesehatan, dengan metode sampling yang nyaman dan akurat,” kata dia.

Gargle-PCR ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas tracing nasional terutama untuk kalangan anak-anak dan lansia yang membutuhkan kenyamanan lebih dalam pengambilan sampel.

Sebab, seperti diketahui, metode PCR yang ada saat ini menimbulkan efek tidak nyaman, karena harus mengambil sampel dari nasofaring atau memasukkan alat ke hidung bagian dalam.

Ke depannya, kata Honesti, proses pengambilan sampel Bio Saliva juga dapat dilakukan di area non-medis dengan pengawasan tenaga kesehatan, sehingga mengurangi kerumunan dan menghindari kontak.

]Proses pengambilan sampel yang praktis juga memungkinkan pengambilan sampel dalam jumlah yang sangat besar tanpa perlu menambah tenaga medis.

“Penggunaan Bio Saliva cocok untuk secreening rutin area pabrik atau kawasan industri, gedung perkantoran, permukiman, dan sekolah untuk kebutuhan pemantauan dan deteksi awal. Hal ini tentunya akan menambah kapasitas dan efisiensi lab klinis mitra Bio Saliva,” ujar Honesti.

Peluncuran Terbatas

Proses pengembangan Bio Saliva melibatkan 400 lebih sampel dari pasien positif COVID-19, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap dan riset validasi selama tujuh bulan.

Uji validasi telah selesai dilakukan bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran Undip, Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND), dan RS Dadi Keluarga Ciamis (RSDK). Produk ini juga telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 1 April 2021 dengan Nomor KEMENKES RI AKD 10302120673.

Honesti mengungkapkan penggunaan Bio Saliva bersama dengan m-BioCov-19 dapat mendeteksi mutasi virus corona ke varian Alpha, Beta, Gamma, Delta, Kappa, Eta, Iota, Lambda, Epsilon, hingga Indonesia.

“Sampai saat ini belum ada produk alat uji CoVid-19 di Indonesia yang dapat mendeteksi sepuluh varian mutasi COVID-19,” ujar dia.

Lebih lanjut, Honesti menuturkan peluncuran Bio Saliva ini masih dilakukan terbatas (limited releases) dengan tujuan mendapat respons demi penyempurnaan produk.

“Pastinya masih diperlukan beberapa penambahan sehingga alat uji Bio Saliva ini akan semakin sempurna. Maka masukan dari berbagai pihak di tahap limited release ini sangat membantu,” tutur dia.

Bio Farma saat ini tengah melakukan uji post market BioSaliva di tiga laboratorium, sejalan dengan limited release, yang ditunjuk oleh Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan.

Ketiga lab tersebut yakni Lab Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lab Biomedik Lanjut Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dan Lab Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Untuk mempermudah akses masyarakat kepada metoda tes yang nyaman ini, mulai 3 Juli 2021, pengecekan dengan menggunakan Bio Saliva dapat dilakukan di laboratorium GSI Kuningan dan Cilandak (limited releases).

Akses kepada metoda tes ini selanjutnya akan diperluas ke lebih banyak laboratorium klinis di seluruh Indonesia yang merupakan mitra dari Bio Farma. (LRD)