Bio Farma: Harga Vaksin COVID-19 Sinovac Rp28.000 Hoax, Aslinya Rp200.000 Per Dosis
Jika mengacu pada ucapan Honesti, yakni per dosis vaksin Rp200.000, maka total harga 46 juta vaksin bisa mencapai Rp9,2 triliun. Lagi-lagi, itupun belum ditambah dengan harga produksi dan distribusi.
JAKARTA – Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir memastikan bahwa kabar terkait harga vaksin COVID-19 US$1,96 per dosis atau Rp28.812 (kurs Rp14.700 per dolar Amerika Serikat) adalah bohong alias hoax.
Harga vaksin aslinya justru jauh lebih mahal dari itu, yakni sekitar Rp200.000 per dosis. Harga ini kemungkinan bisa jauh lebih mahal lagi karena belum ditambah biaya produksi dan distribusi.
“Karena yang kita beli adalah bahan baku dan butuh proses untuk menjadikan vaksin jadi. Jadi ada biaya produksinya, termasuk biaya distribusinya,” terang Honesti saat dikonfirmasi TrenAsia.com, Selasa 13 Oktober 2020.
Adapun ongkos distribusi vaksin ini diperkirakan sekitar US$2 per dosis atau Rp29.400. Namun terkait harga produksinya, Honesti belum bisa menjawab.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
TrenAsia.com sudah meminta perkiraan harga produksi dan total biaya pembelian vaksin tersebut kepada Honesti. Tetapi hingga berita ini dirilis, Honesti belum memberikan respons.
Kendati demikian, melalui rilis resmi Bio Farma yang dikirimkan ke sejumlah media, Honesti memastikan bahwa harga vaksin COVID-19 yang dibeli Bio Farma ini tidak akan membebankan keuangan negara.
“Intinya, Bio Farma berkimitmen untuk mendukung upaya pemerintah menghadirkan vaksin COVID-19 dengan harga yang terjangkau untuk memberi perlindungan bagi penduduk Indonesia,” ungkap Honesti.
Total Biaya Capai Rp9,2 triliun
Di sisi lain, Honesti juga memastikan bahwa berita terkait ongkos pembelian 46 juta dosis vaksin Sinovac Biotech dengan harga US$90 juta atau Rp1,32 triliun juga tidak tepat. Pasalnya, harga per dosis vaksin yang dibeli Bio Farma tidak sebanding dengan perkiraan harga pembelian itu.
Jika mengacu pada ucapan Honesti di atas, yakni per dosis vaksin Rp200.000, maka total harga 46 juta vaksin bisa mencapai Rp9,2 triliun. Lagi-lagi, itupun belum ditambah dengan harga produksi dan distribusi.
“Informasi harga vaksin COVID-19 di Brasil, telah kami klarifikasi ke pihak Sinovac. Mereka sudah mengirimkan surat elektronik resmi ke Bio Farma, yang memastikan bahwa informasi dalam pemberitaan tentang kontrak pembelian 46 juta dosis dengan nilai kontrak US$90 juta dengan pemerintah Brasil tidak tepat,” kata dia.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, dalam penentuan harga vaksin COVID-19, ada beberapa faktor yang menentukan. Tergantung pada investasi studi klinis fase 3 terutama dalam uji efikasi skala besar.
“Demikian juga dengan penentuan harga di Indonesia, mengikuti prinsip-prinsip tadi. Dengan kata lain, skema pemberian harga vaksin COVID-19 ini, tidak dapat disamakan,” terang dia.
Jaminan Kualitas
Adapun Untuk menjaga dan menjamin kualitas vaksin COVID-19 mulai dari bahan baku dan lainnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan terbang ke Sinovac China untuk melakukan audit secara langsung. Proses pengembangan dan produksi vaksin corona akan ditengok langsung di fasilitas Sinovac di Beijing, China. Dalam hal ini, LP POM Majelis Ulama Indonesia (MUI) diikutsertakan untuk melaksanakan audit halal.
Selain itu, BPOM juga bakal memastikan fasilitas dan proses produksi Vaksin COVID-19 di Bio Farma memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)/Good Manufacturing Practice (GMP).
Saat ini, sambung dia, uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 masih terus dilakukan. Data terakhir menunjukkan sampai 9 Oktober 2020, sebanyak 843 relawan sudah mendapat penyuntikan kedua, Sisanya, 449 relawan dalam tahap pengambilan darah pasca penyuntikan kedua atau masuk periode monitoring.
“Hingga saat ini Uji Klinis tajap 3 berjalan lancar dan belum ada dilaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius akibat pemberian suntikan calon vaksin COVID-19,” pungkas dia. (SKO)