Bio Farma Kerja Sama dengan Takeda Komersialisasi Vaksin DBD
- Di Indonesia, setiap orang berisiko terkena DBD, tidak peduli di mana mereka tinggal, usia mereka, atau gaya hidup mereka.
Nasional
JAKARTA - Induk holding BUMN farmasi, Bio Farma resmi jalin kerja sama dengan perusahaan farmasi terkemuka berbasis nilai dan R&D, Takeda. Melansir situs resmi Bio Farma, kedua perusahaan pada 31 Agustus 2023 menandatangani perjanjian kerja sama komersial terkait dengan pemasaran Vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD).
Melalui kerja sama tersebut Bio Farma akan menjalankan komersialisasi dari vaksin DBD kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), TNI/Polri, Aparatur Sipil Negara (ASN), dan Pemerintah Daerah. Sementara nantinya Takeda akan terus menjalankan komersialisasi di segmen privat.
Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, menilai kerja sama dengan Takeda merupakan wujud peran aktif perusahaan dalam mengatasi salah satu ancaman kesehatan utama di Indonesia.
“Sebagai negara endemis, upaya komprehensif melawan dengue sangatlah penting. Oleh karena itu, kami akan mendorong jangkauan vaksin DBD kepada masyarakat dan perangkat negara,” ujar Shadiq.
- Akuisisi, Strategi Perusahaan untuk Ekspansi Pasar
- 360Kredi Optimistis Bisa Penuhi Modal Minimum Rp7,5 Miliar pada 2024
- Perusahaan Malaysia Bakal Bangun 20 Tower Apartemen di IKN
Shadiq juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Takeda atas kepercayaan pada Bio Farma untuk menjadi mitra memberantas DBD dan mensukseskan target pemerintah nol kematian akibat DBD pada tahun 2030.
General Manager Takeda Indonesia, Andreas Gutknecht menyebutkan kerja sama yang dilakukan dengan Bio Farma tersebut juga menjadi salah satu langkah nyata perusahaan membantu melawan DBD di Indonesia. “Takeda berkomitmen untuk memerangi DBD dengan akses yang luas terhadap vaksin kami dan dengan mendukung kerjasama publik-privat yang komprehensif untuk mencapai tujuan Indonesia yaitu nol kematian akibat dengue pada tahun 2030.” tambah Andreas.
DBD menjadi salah satu ancaman kesehatan serius di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, setiap orang berisiko terkena DBD, tidak peduli di mana mereka tinggal, usia mereka, atau gaya hidup mereka.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, pada tahun 2022, tercatat 143.266 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 1.237 kematian. Hingga minggu ke-33 tahun 2023, kasus DBD telah mencapai 57.884 dengan 422 kematian.
Pemerintah telah bekerja keras melalui program 3M+ (menguras, menutup, mengubur, atau menggunakan kembali) dalam upaya penanggulangan DBD. Selain itu, penerbitan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 bertujuan merancang rencana penguatan pencegahan DBD, terutama pada metode pencegahan inovatif, termasuk vaksin, yang saat ini telah direkomendasikan oleh asosiasi-asosiasi medis.
Melalui strategi nasional tersebut, pemerintah menetapkan target mencapai nol kematian akibat DBD pada tahun 2030 dan mengurangi angka kasus dari 49 menjadi di bawah 10 per 100.000 pada tahun 2030.