Bioaditif Berbasis Minyak Atsiri Bisa Jadi Solusi Polusi
- Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin menjelaskan bioaditif dapat meningkatkan kualitas pembakaran Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam ruang bakar mesin.
Energi
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebut penggunaan bioaditif bahan bakar minyak (BBM) berbasis minyak atsiri bisa menjadi solusi menurunkan emisi gas buang pada mesin pembakaran-dalam (internal combustion engine).
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, pada 11 September 2023, menjelaskan bioaditif dapat meningkatkan kualitas pembakaran Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam ruang bakar mesin. “Biodiatif dapat mengurangi emisi gas buang dengan menstabilkan kepadatan (density) dan memperbaiki atomisasi bahan bakar sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna, lebih bersih, efisien, dan mengurangi konsumsi BBM,” ujar Putu.
Ketua Perkumpulan Bioaditif Berbasis Minyak Atsiri Indonesia, Raeti menyampaikan data hasil pengujian produk bioaditif BBM minyak atsiri melalui kolaborasi dengan berbagai laboratorium pengujian terkemuka seperti Trakindo, Petrolab, dan LEMIGAS. Pengujian tersebut melibatkan berbagai jenis mesin, termasuk alat berat, genset mesin diesel statis, dan kendaraan bermotor diesel.
- Saham Radiant Utama Interinsco (RUIS) Melesat 24,32 Persen, BEI Tetapkan Status UMA
- Pertamina Kembangkan Teknologi CCS/CCUS Libatkan Sejumlah Perusahaan
- Bank Raya (AGRO) Catat Transaksi Aplikasi Digital Tumbuh 4x Lipat, Ini Penyebabnya
Hasil uji menunjukkan penggunaan bioaditif mampu menghasilkan penurunan signifikan dalam emisi karbon (COx) hingga mencapai 83,78 persen, emisi nitrogen (NOx) hingga 85,22 persen, kadar pengotor partikel (dengan ukuran 4 micron, 6 micron, dan 10 micron) hingga mencapai 80 – 85 persen, dan juga mengurangi kadar air (moisture) pada bahan bakar sebanyak 10,52 persen.
Raeti menekankan produk Bioaditif BBM telah dikembangkan sejak tahun 1990-an dan telah tersedia secara business-to-business sejak tahun 2006, untuk sektor industri, pertambangan, dan sektor komersial lainnya. Produk bioaditif BBM ini berasal dari bahan organik minyak atsiri yang dibudidayakan oleh petani lokal dan diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi.
"Bioaditif BBM hanya perlu ditambahkan sebanyak 1 per seribu dari volume BBM, tanpa memerlukan proses atau peralatan blending khusus," tambah Raeti.
Putu menambahkan bahwa produk aditif BBM bukanlah hal baru. Sejumlah negara seperti Jerman, Amerika, dan Australia telah mengembangkan produk aditif BBM berbasis petroleum. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan aditif BBM berbasis bahan baku organik dengan harga yang kompetitif dan berkelanjutan.