Bisa Ubah Sampah Jadi Energi, Progres RDF Plant Bantargebang Capai 83 Persen
- PT Adhi Karya Tbk (ADHI) segera merampungkan pembangunan refuse derived fuel (RDF) Plant Bantargebang yang akan menjadi RDF Plant terbesar di Indonesia
Industri
JAKARTA – PT Adhi Karya Tbk (ADHI) segera merampungkan pembangunan refuse derived fuel (RDF) Plant Bantargebang yang akan menjadi RDF Plant terbesar di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah dalam mengatasi masalah sampah perkotaan dan meningkatkan sumber energi terbarukan. RDF ini diproyeksikan bisa menampung dan mengolah sampah hingga 2.000 ton/hari.
"Progres pembangunan fisik dari RDF Plant per Oktober 2022 telah mencapai 83 persen," kata Farid Budiyanto, Corporate Secretary dalam keterbukaan informasi, Selasa 11 Oktober 2022.
- PLN Segera Pensiunkan Beberapa PLTU Lebih Awal, Mana Saja?
- Tancap Gas, Kementerian ESDM Upgrade Target Penurunan Emisi Jadi 31,8 Persen di 2030
- 9 Emiten Dengan Nilai Rasio Stock Split Terbesar Sepanjang 2022
- Oktober Biasanya Menjadi Momentum Bullish untuk Pasar Kripto, Apakah Tahun Ini Bisa Terjadi?
Perseroan memproyeksikan proyek tersebut bisa menjadi salah satu solusi dari penumpukan sampah untuk diolah menjadi energi yang bermanfaat. Fasilitas ini akan mengubah endapan sampah di TPST Bantargebang menjadi bahan bakar yang mampu menjadi sumber energi layaknya batubara.
Produk yang dihasilkan dari pengolahan RDF ini memiliki nilai kalor yang setara dengan nilai kalor batubara muda.
Farid menjelaskan lingkup pekerjaan pembangunan ADHI meliputi, fasilitas pengolahan sampah, fasilitas Landfill Mining sebagai lahan urug zona sampah terdekomposisi, dan bangunan penunjang lainnya, seperti gudang produk, kantor pengelola, area kelistrikan, workshop dan landscape.
"Fasilitas ini direncanakan akan selesai pada Desember 2022 dan siap dioperasikan di tahun 2023. Sebelumnya telah dilakukan soft opening dari proyek pembangunan RDF Plant Bantargebang oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan."
Dengan pengalaman pembangunan ini, ADHI akan terus menangkap peluang konstruksi berbasis lingkungan yang memiliki potensi cukup besar, mengingat Kementerian ESDM memiliki target energi baru dan terbarukan, hingga 23% di tahun 2025 dan 29% di tahun 2030.