Bisnis Asuransi Umum Anjlok, Premi Bruto Turun 6,1%
JAKARTA – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat penurunan premi bruto industri asuransi umum sebesar 6,1% year-on-year (yoy) menjadi Rp37,6 triliun pada semester I 2020. Ketua Bidang Statistik, Riset dan Analisa TI dan Aktuari AAUI Trinita Situmeang mengungkapkan, penurunan kinerja tersebut disebabkan oleh anjloknya mayoritas bisnis asuransi. “Beberapa lini bisnis mencatatkan penurunan kinerja dibandingkan tahun […]
Industri
JAKARTA – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat penurunan premi bruto industri asuransi umum sebesar 6,1% year-on-year (yoy) menjadi Rp37,6 triliun pada semester I 2020.
Ketua Bidang Statistik, Riset dan Analisa TI dan Aktuari AAUI Trinita Situmeang mengungkapkan, penurunan kinerja tersebut disebabkan oleh anjloknya mayoritas bisnis asuransi.
“Beberapa lini bisnis mencatatkan penurunan kinerja dibandingkan tahun lalu, antara lain asuransi kendaraan bermotor, properti, pengangkuta, kredit motor, penjaminan, dan aneka” ujarnya di Jakarta, Kamis, 3 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Pertumbuhan asuransi sejatinya memang mengikuti perkembangan kinerja sektor bisnisnya. Apabila lini usaha tersebut turun, maka permintaan masyarakat terhadap asuransi pun juga demikian.
Indutri kendaraan bermotor, misalnya, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, pasar mobil nasional tahun ini tercatat kurang lebih 600.000 unit, turun 42% dari tahun lalu.
Di samping itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Erwin Aksa pun memproyeksi penjualan mobil 2020 hanya mencapai 300.000 unit karena dampak pandemi COVID-19.
Jika biasanya penjualan mobil di Indonesia mencapai 1 juta unit per tahun, kemungkinan besar tahun ini penjualan mobil hanya mencapai 300.000-400.000 unit.
Manufaktur dan otomotif menjadi sektor yang masuk dalam kategori loser atau yang paling terdampak di masa pandemi. Selain otomotif, sektor perhotelan juga terdampak dengan tingkat keterisian hotel anjlok tinggal 10%.
Sebanyak 430.000 karyawan di sektor perhotelan pun terpaksa dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Dari catatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), lebih dari 1.700 hotel melaporkan menutup usahanya.
Kemudian, dari industri properti, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan volume penjualan properti residensial di kuartal I-2020 anjlok hingga 43,19% yoy.
Erwin juga menyebutkan industri lainnya yang mengalami penurunan omzet penjualan yakni industri elektronik hingga 60%. Ada juga industri makanan dan minuman yang jeblok omzetnya hingga 50%.
Sementara industril retail, kata Erwin, Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia menyebutkan hanya 50% dari tenant mal yang bisa membuka kembali setelah tutup 3 bulan.