<p>Foto istimewa</p>
Industri

Bisnis Aviasi Pertamina Kini Hadir di 47 Negara, Erick Mau Kuasai Dunia?

  • Produsen minyak terbesar Indonesia, PT Pertamina (Persero) makin kencang mengepakkan sayapnya ke pasar global. Kini, bisnis aviasi Pertamina sudah ada di 47 negara.

Industri

Daniel Deha

JAKARTA -- Produsen minyak terbesar Indonesia, PT Pertamina (Persero) makin kencang mengepakkan sayapnya ke pasar global. Kini, bisnis aviasi Pertamina sudah ada di 47 negara.

Adalah PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) yang telah melakukan penjualan produk avturnya di puluhan negara tersebut.

Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, keberhasilan berekspansi ke banyak negara merupakan salah satu bagian dari program utama perusahaan yakni Go Expand.

Program ini adalah program dimana Pertamina Patra Niaga terus mengambil kesempatan memasarkan produknya di pasar luar negeri, salah satunya adalah Avtur.

Kemitraan strategis bisnis Avtur telah dilakukan sejak tahun 2014, dan melalui skema kemitraan strategis tersebut, secara total Pertamina Patra Niaga telah melayani kebutuhan Avtur di 128 lokasi di dunia yang tersebar di 47 negara.

"Kemitraan strategis yang kami jalankan adalah model Contracting Company Delivering Company atau dikenal dengan Conco Delco, di mana ini adalah skema best practice pada industri aviasi. Sejak 2014, melalui skema Conco Delco kami terus meningkatkan penyaluran Avtur di luar negeri, dengan total penyaluran Avtur tertinggi mencapai lebih dari 700 ribu Kilo Liter (KL) pada tahun 2019," katanya dalam keterangan resmi, Rabu, 13 Oktober 2021.

Dia menjelaskan, volume penyaluran Avtur sejak tahun 2014 melalui kemitraan strategis ini pun tidak hanya terpusat di regional Asia Tenggara, namun hingga Eropa dan Timur Tengah.

Tahun lalu, tercatat volume penyaluran tertinggi berada di Thailand yang mencapai 20% dari total penyaluran Avtur di luar negeri, disusul Jepang mencapai lebih dari 14%.

Untuk di Eropa dan Timur Tengah juga cukup tinggi, tepatnya di Belanda dan Arab Saudi dimana penyaluran di kedua negara itu hampir mencapai 8% dari total penyaluran global.

Dilihat dari sisi maskapai, tercatat juga bahwa layanan Conco Delco Pertamina Patra Niaga tidak hanya fokus kepada maskapai dalam negeri yang melayani rute penerbangan internasional. 

Tercatat pada tahun 2020, dari 5 maskapai dengan volume penyaluran Avtur tertinggi, 2 diantaranya adalah maskapai yang berasal dari Filipina dan Jepang.

"Ini membuktikan bahwa jejak layanan Avtur Pertamina telah diakui dan dapat bersaing dengan berbagai perusahaan di industri aviasi," paparnya.

Sejak pandemi, Irto menjelaskan memang terjadi penurunan penyaluran Avtur yang signifikan, hal tersebut dipengaruhi oleh permintaan yang menurun dan terbatasnya jumlah penerbangan. 

Namun, hal ini dimanfaatkan perusahaan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan Avtur di luar negeri.

Salah satu yang dilakukan adalah melakukan penyelarasan bisnis dengan Pertamina Internasional Marketing & Distribution sebagai trading arm di luar negeri dan akan melakukan penyesuaian strategi dalam melakukan ekspansi bisnis Avtur di masa depan.

Hal kedua adalah memperkuat sistem digitalisasi guna memperkuat mekanisme yang menunjang pelayanan penyaluran Avtur.

"Kami harap ke depan bisnis aviasi akan kian membaik, dan kami bisa terus memperluas jaringan bisnis Avtur internasional Pertamina," ungkap Irto.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir memuji kinerja produsen minyak dan gas nasional ini setelah dilakukan konsolidasi.

Erick menyebut bahwa restrukturisasi Pertamina telah membuahkan hasil yang maksimal. Salah satunya dibuktikan dengan penemukan sumber gas baru sebesar 204 juta barel oleh Pertamina pasca konsolidasi.

Tidak hanya itu, kinerja Pertamina juga moncer tahun ini dimana meraup keuntungan atau laba sebesar US$1 miliar setara Rp14,24 triliun.

"Transformasi yang dilakuakn Kementerian BUMN ini terus terjadi. Hasilnya sudah terlihat. Contoh saja, yang selama ini kita kekurangan penemuan seumber gas dan minyak setelah dikonsolidasi, kita buat temuan baru sebesar 204 juta barel dan yang terpenting, hulu sekarang untung US$1 miliar di atas target jauh," ujarnya dalam acara peluncuran produk Warung Pangan di Jakarta, 16 September 2021.

Erick juga memamerkan keunggulan proyek konsolidasi unit bisnis BUMN ini. Salah satunya adalah kinerja Subholding Refinery and Petrochemical yang meraup laba sebesar US$322 juta pada semester I-2021.

"Petrochemical-nya yang tadinya jadi beban sekarang bisa untung US$322 juta. Ini juga terjdi di banyak daripada holding-holding yang kita lakukan," paparnya.*