Bisnis Bank BNI di Asia Merugi, Ini Penyebabnya
- Berbeda dengan cabang luar negeri lain, bisnis BNI di Asia mencatat rugi.
Korporasi
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) melaporkan adanya kerugian senilai Rp114,18 miliar atas bisnis perusahaan di wilayah Asia. Hal ini terungkap dalam catatan 47 informasi segmen di laporan keuangan BNI kuartal II-2023.
Salah satu penyebab kerugian BNI di wilayah Asia adalah akibat tingginya beban operasional lainnya yang mencapai sekitar Rp 454,03 miliar jauh diatas periode sama pada tahun 2022 sebesar Rp 176,52 miliar.
Sumber kerugian lainnya adalah anjloknya pendapatan bunga bersih yang hanya Rp194,13 miliar. Sementara pada kuartal II-2022, pendapatan bersih BNI dari bisnisnya di Asia mencapai Rp528,06 miliar. Pada semester I-2022, dari segmen pasar Asia BNI masih mampu mencatatkan laba sebelum pajak sebesar Rp526,99 miliar.
Saat ini, di kawasan Asia, BNI memiliki sejumlah kantor cabang, seperti di Tokyo dan Osaka (Jepang), Seoul (Korea Selatan), Hongkong, Singapura dan Yangon (Myanmar).
Selain Asia, bisnis BNI di luar negeri berada di New York (AS) dan London (Inggris). Berbeda dengan Asia, dua kantor cabang luar negeri tersebut sukses mencatatkan keuntungan. Pada semester I-2023, cabang New York mengantongi laba bersih Rp 94,85 miliar dan London untungRp 99,92 miliar.
Seperti hanya di Asia, bisnis BNI di Eropa juga menurun. Pendapatan bunga bersih di semester I 2023 tercatat Rp 50,89, jauh dibawah penerimaan semester I 2022 yang mencapai Rp 183,89 miliar.
Adapun bisnis di New York relatif stabil. Ini tercermin dari pendapatan bunga bersih di semester I 2023 sebesar Rp 182,39 miliar, tidak berbeda jauh daripada periode sama 2022 senilai Rp 198,17 miliar.
Dari ketiga wilayah operasional di luar negeri, bisnis BNI di Asia tercatat memiliki aset paling besar, yaitu sebesar Rp 60,41 triliun, disusul New York Rp 22,99 triliun dan London Rp 14,20 triliun pada semester I-2023.
Sementara pada periode sama tahun 2022, aset BNI di ketiga wilayah operasi luar negeri masing-masing sebesar Rp 60,04 triliun (Asia), Rp21,76 triliun (New York) dan Rp16,36 triliun (London).
- Geliat Pelaku UMKM Kian Meningkat, BRI Bidik Porsi Loan at Risk Kembali Single Digit
- OJK Tetapkan Saham Mandiri Herindo (MAHA) Sebagai Efek Syariah
- Perbedaan UMR Tertinggi di Indonesia, Kabupaten Karawang Masih Memimpin
Kinerja BNI Semester I-2023
Terlepas dari bisnisnya di luar negeri yang menurun, pada semester I-2023 kinerja BNI tetap tumbuh positif. Perseroan tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp 10,4 triliun, tumbuh 17 persen secara tahunan (yoy) dibanding semester I 2022.
Direktur Utama (Dirut) BNI Royke Tumilaar menyatakan, program yang ditawarkan BNI telah berdampak pada kemampuan perseroan untuk mencetak kinerja positif pada semester pertama 2023. Hal ini diikuti dengan strategi bisnis yang konsisten kepada segmen potensial, serta optimalisasi digital.
“Kami bersyukur semester pertama dapat dilampaui dengan baik. Tentunya ada ruang untuk tumbuh lebih baik lagi dan akan kami akselerasi di semester kedua,” kata Royke saat paparan kinerja keuangan semester I-2023, Selasa, 25 Juli 2023.
Pada semester I-2023, sumber pendapatan BNI paling besar adalah dari pendapatan bunga. Diantara dari bunga pinjaman sebesar Rp 24,42 triliun, bunga obligasi pemerintah Rp 3 triliun dan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia senilai Rp 1,56 triliun.
BNI juga menikmati penerimaan aset yang telah hapus bukua sebesar Rp 1,78 triliun, turun dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp 1,90 triliun.