Industri

Bisnis Hotel Jakarta Membaik, Bali Masih Tercekik

  • Konsultan properti Colliers International menunjukkan kondisi perhotelan Jakarta mulai membaik di kuartal I/2021. Ini terlihat dari tingkat keterisian hotel yang sudah di atas 40% di Januari dan Februari, masing-masing 41,12% dan 41,53%.

Industri
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Bisnis hotel jakarta tampak membaik di kuartal pertama tahun ini. Data dari konsultan properti Colliers International menunjukkan tingkat keterisian hotel yang berada di atas 40% di Januari dan Februari, masing-masing 41,12% dan 41,53%.

Keterisian hotel di Jakarta terbantu oleh masih adanya pengunjung hotel dari sektor pemerintah. Namun pengunjung dari sektor korporasi tampak mulai berkurang.

“Meski begitu, kinerja ini belum bisa dibandingkan dengan 2019 dan 2020 karena kondisinya masih belum normal,” ujar Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam paparan industri properti Jakarta dan Bali, dikutip Kamis, 8 April 2021.

Selain dari sektor pemerintahan, Colliers juga melihat adanya pelonjakan free & independent traveler (FIT) dalam mengisi hotel. Ini adalah orang-orang yang liburan dengan menginap di hotel atau yang biasanya disebut staycation. Orang-orang ini memanfaatkan harga hotel yang masih banyak didiskon.

Hal ini pun membuat pergeseran waktu sibuk perhotelan di Jakarta. Jika sebelumnya hotel bisnis lebih sibuk di hari kerja, kini waktu aktif menjadi akhir pekan.

“Larangan mudik bisa jadi kesempatan buat hotel. Kenapa? Orang yang tadinya lebaran pulang kampung bisa memanfaatkan waktu liburnya untuk menginap di hotel,” jelas Ferry.

Maka dari itu, Ferry memprediksi tren keterisian rendah di masa Ramadan dan Lebaran bisa jadi terbalik di 2021. Dirinya melihat ada kesempatan tingkat keterisian naik di April dan Mei 2021 tergantung bagaimana perhotelan mampu menarik FIT di periode tersebut.

Bali Masih Tercekik

Catatan baik di Jakarta tidak terjadi di Bali. Februari 2021, tingkat keterisian hotel di Bali justru menyentuh 8,99%. Turun 36,99 poin secara tahunan (year-on-year/yoy) dan turun 2,16% secara bulan (month-to-month/mtm).

Hal ini diakibatkan oleh Bali yang masih sangat bergantung pada wisatawan asing. Sementara, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Bali benar-benar rendah akibat pandemi COVID-19.

Adanya larangan mudik atau bepergian jarak jauh pun dapat memperpanjang catatan buruk pariwisata Bali ini.

“Tapi mudah-mudahan rencana pemerintah untuk membuka kembali Bali untuk wisatawan asing berlibur di Bali dapat memperbaiki catatan ini. Semoga kita dapat melihat perubahan pergerakan pariwisata Bali cukup lumayan di kuartal III dan IV,” ujar Ferry.(RCS)