<p>Ilustrasi: Serah terima rumah khusus oleh Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Ditjen Perumahan Provinsi Sumatera Barat Nursal kepada penerima manfaat yang diwakili oleh Kapolres Lima Puluh Kota AKBP Sri Wibowo / Dokumentasi Kementerian PUPR</p>
Industri

Bisnis Kredit Properti Syariah Semakin Merekah

  • Sejumlah perbankan mencatat kenaikan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) syariah yang cukup signfikan.

Industri

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA - Keuangan syariah semakin diminati oleh masyarakat Indonesia termasuk dalam pemenuhan kredit. Hal ini berimplikasi terhadap kinerja Unit Usaha Syariah (UUS) sejumlah bank nasional.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mengalami peningkatan kinerja pada kuartal III-2021 termasuk untuk UUS BTN Syariah. Laba bersih BTN Syariah mencapai Rp141,74 miliar pada kuartal III-2021, atau tumbuh 26,17% dari kuartal III-2020 Rp112,34 miliar.

Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo menatap tahun depan dengan optimistis seiring meningkatnya awareness syariah dan intervensi kebijakan regulator. Apalagi, stimulus uang muka (down payment/DP) nol persen untuk kredit properti terbukti meningkatkan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) termasuk untuk pembiayaan KPR syariah.

“Efeknya perpanjangan stimulus Down Payment (DP) 0% oleh Bank Indonesia (BI) akan menimbulkan realisasi KPR semakin meningkat, apalagi bila tingkat vaksinasi terus bertambah,” papar Haru dalam konferensi pers, Kamis, 21 Oktober 2021.

Capaian positif BTN Syariah juga didukung pertumbuhan bisnis yang stabil. Hingga kuartal III-2021, pembiayaan syariah tercatat tumbuh 12,27% yoy menjadi Rp27,35 triliun. 

Tidak hanya itu, kualitas aset pada unit syariah ini juga membaik secara signifikan. Hal ini tercermin dari  Non-Performing Financing (NPF) gross sebesar 4,96% pada kuartal III-2021 atau turun dibandingkan kuartal III-2020 yang menyentuh 6,51%.

Di sisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di BTN Syariah mengalami peningkatan 23,24% yoy dari Rp22,65 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp27,92 triliun pada kuartal III-2021.

Dengan capaian tersebut, aset UUS BTN ini tumbuh di level 11,62% yoy menjadi Rp36,51 triliun per 30 September 2021. 

Sementara, sang induk usaha BBTN tercatat mengucurkan kredit pembiayaan sebesar Rp270,27 triliun pada kuartal III-2021 atau naik 6,03% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp254,91 triliun. 

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit BBTN dengan kenaikan sebesar 11,74% yoy menjadi Rp129,98 triliun pada kuartal III-2021.

Hingga kuartal III-2021, BBTN menguasai 86% pangsa pasar KPR subsidi di Indonesia. Sementara itu,  KPR Non-Subsidi juga turut menunjukkan kenaikan di level 2,11% yoy menjadi Rp81,88 triliun. 

Bank Permata Syariah

BBTN tidak sendiri dalam memanfaatkan adanya perbaikan bisnis perumahan syariah. PT Bank Permata Syariah, UUS dari PT Bank Permata Tbk (BNLI) juga turut mempertajam fokusnya pada pembiayaan perumahan syariah.

Head of Retail Banking PT Bank Permata Syariah Rinaldi Aziz mengatakan pangsa pasar KPR syariah berpotensi menguasai 43% dari keseluruhan pembiayaan perumahan.

Hal ini tercermin dari segmentasi pembiayaan syariah di Indonesia. Riset yang diinisiasi Bank Permata Syariah bersama Nielsen Indonesia itu menyebut masyarakat yang loyal terhadap produk syariah mencapai 8%.

Adapun masyarakat yang cenderung menunjukan ketertarikan ke pembiayaan syariah mencapai 15%. Bila berhasil menarik masyarakat dengan kategori floating atau belum memiliki kecenderungan sebesar 20%, pangsa pasar pembiayaan syariah mencapai 43%.

“Masyarakat yang melek syariah ini semakin tinggi, kami coba maksimalkan dengan menggaet segmen masyarakat yang masih floating. Mereka akan pindah ke syariah, bila mengetahui kelebihan dan kemudahan dan pangsa pasar itu yang kami coba kembangkan,” ucap Rinaldi dalam sebuah webinar, dikutip Kamis, 21 Oktober 2021.

Secara kelompok usia, Rinaldi menyebut, Bank Permata Syariah membidik masyarakat yang masuk dalam generasi Z atau lahir di rentang 1992-2012.

 “Mereka ini baru menginjak umur 23, dengan begitu, kebutuhan rumah itu sebenarnya lebih besar di Gen Z ketimbang milenial," kata Rinaldi.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut sebanyak 27,94% populasi Indonesia berasal dari kalangan generasi Z. Sementara itu, kelompok usia dengan komposisi terbesar berikutnya adalah milenial 25,87%, generasi X 21,88%, dan baby boomer 11,56%.

Permintaan yang tinggi terhadap perumahan juga dapat ditilik dari tingkat kekurangan hunian atau backlog. Menurut Kajian Housing Finance Center BTN, tingkat backlog kepemilikan rumah pada 2021 masih mencapai 7,7 juta atau turun dibandingkan 2015 yang masih 11,4 juta.