<p>Suasana bangunan apartemen di kawasan Jakarta Pusat/ Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Bisnis Properti Singapura Mulai Kebal Virus Corona

  • SINGAPURA – Bisnis properti di Singapura mulai menunjukkan pertumbuhan positif akhir-akhir ini. Kinerja sektor ini terus membaik meski dihadapkan dengan kondisi sulit dan resesi. Dengan pertumbuhan positif, bisnis properti di Negeri Singa ini dapat dikatakan mulai kebal dari serangan pandemi COVID-19. Perusahaan konsultan properti, Knight Frank Singapura menyebutkan saat ini pasar properti di Singapura tetap […]

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

SINGAPURA – Bisnis properti di Singapura mulai menunjukkan pertumbuhan positif akhir-akhir ini. Kinerja sektor ini terus membaik meski dihadapkan dengan kondisi sulit dan resesi. Dengan pertumbuhan positif, bisnis properti di Negeri Singa ini dapat dikatakan mulai kebal dari serangan pandemi COVID-19.

Perusahaan konsultan properti, Knight Frank Singapura menyebutkan saat ini pasar properti di Singapura tetap tangguh meski ada pandemi. Segmen residensial menjadi produk paling stabil pada kondisi ini.

Kepala Penelitian di Knight Frank Singapura Leonard Tay mengatakan ada sebanyak 3.862 penjualan rumah di pasar primer. Sedangkan di pasar sekunder tercatat ada sebanyak 3.071 penjualan sepanjang semester I-2020.

Penjualan tersebut turut disumbang dari pembeli yang berasal dari negara lain. Leonard menyebutkan persentase pembeli rumah asing pada kuartal II-2020 tercatat sebesar 18,3%. Angka itu tidak jauh berbeda dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 19,9%.

“Persentase kuartal kedua 2020 itu jelas tidak terlalu jauh dibandingkan dengan sepanjang tahun lalu di mana kondisi pasar normal,” kata Leonard dilansir dari laman Property Guru Singapura, Jumat, 4 September 2020.

Warga Negara Asing

Berdasarkan data Otoritas Pembangunan Kembali Perkotaan atau Urban Redevelopment Authority (URA) Singapura, warga negara asing seperti China, Malaysia, India, Indonesia, dan Amerika Serikat mencakup 6,4% dari keseluruhan transaksi perumahan nonpemerintah hingga pertengahan Agustus tahun ini.

Secara rinci proporsi itu meliputi China 4,5%, Malaysia 2,1%, India 1,8%, Indonesia 0,9%, dan Amerika Serikat 0,7%. “Kekuatan pasar juga terbukti dengan kenaikan indeks harga perumahan swasta URA sebesar 0,3 persen pada kuartal kedua 2020,” imbuhnya.

Selain residensial, indeks harga hunian vertikal atau apartemen juga meningkat pada Juli 2020. Kenaikan itu sebesar 1,2% dibandingkan Juni 2020.

Menurut penelitian National University of Singapore (NUS), pertumbuhan itu merupakan kenaikan bulanan paling tinggi dalam dua tahun terakhir.

Sebelumnya, kenaikan tinggi juga sempat terjadi pada Mei 2018. Pada saat itu, pertumbuhan harga hunian vertikal bulanan mencapai 1,7% dibandingkan dengan April 2018.

Kenaikan ini disebabkan oleh harga hunian yang dijual kembali di distrik-distrik utama pada Juli 2020. Penjualan itu melonjak hingga 1,8% dibandingkan dengan Juni 2020.