Ilustrasi aset kripto Bitcoin.
Fintech

Bitcoin Diproyeksikan Bullish pada Tahun 2024, Inilah Faktor-faktor Pendukungnya

  • Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan harga BTC cenderung terjadi setelah peristiwa halving, dan puncak kenaikan harga BTC atau all-time high (ATH) diperkirakan terjadi pada tahun 2025.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – PT Crypto Indonesia Berkat (Tokocrypto) memproyeksikan aset kripto Bitcoin (BTC) akan mengalami bullish pada tahun 2024 karena beberapa sejumlah faktor pendukung.

Menurut Yudhono Rawis, CEO Tokocrypto, terdapat beberapa faktor yang mendukung pandangan bullish terhadap tren pasar kripto di tahun 2024. 

Salah satu faktor utama adalah potensi peningkatan adopsi kripto oleh institusi keuangan tradisional, yang dipengaruhi oleh upaya pengajuan Exchange-Traded Fund (ETF) kripto oleh manajemen aset besar di Amerika Serikat. Ini diharapkan akan berdampak positif pada pasar kripto Indonesia.

"Apabila ETF Bitcoin spot akan disetujui diperkirakan kapitalisasi pasar Bitcoin bisa menyentuh US$1 triliun (Rp15,48 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp15.489 per-dolar Amerika Serikat/AS),” kata Yudho kepada TrenAsia, Rabu, 27 Desember 2023. 

Dengan tercapainya kapitalisasi pasar di angka tersebut, Yudho memprediksi hal tersebut mendorong harga BTC melampaui US$50.000 (Rp774 juta) atau bahkan mencapai level tertingginya sepanjang masa di US$68.000 (Rp1,05 miliar) pada November 2021. 

Selain itu, dari segi makroekonomi, potensi penurunan suku bunga bank sentral AS (The Fed) di tahun mendatang juga diprediksi akan memberikan sentimen positif pada pasar kripto. 

Penurunan suku bunga AS dapat mendorong investor untuk beralih ke kripto, dianggap sebagai aset yang menawarkan potensi keuntungan lebih tinggi dibandingkan aset konvensional.

Faktor lain yang turut berkontribusi adalah Bitcoin halving yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2024. Bitcoin halving, atau pengurangan setengah imbalan bagi para penambang BTC, diharapkan dapat berdampak pada jumlah Bitcoin yang beredar. 

Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan harga BTC cenderung terjadi setelah peristiwa halving, dan puncak kenaikan harga BTC atau all-time high (ATH) diperkirakan terjadi pada tahun 2025.

Yudho pun menyampaikan, makroekonomi dan peristiwa Bitcoin halving akan menjadi katalis kuat bagi tren bullish pasar kripto di tahun 2024. 

Penurunan suku bunga The Fed dapat mendorong investor untuk lebih agresif dalam berinvestasi di kripto, sementara Bitcoin halving akan mengurangi pasokan BTC dan memicu kenaikan harga.

Yudhono juga menyoroti peran regulasi dalam membentuk tren pasar kripto di masa mendatang. Di Indonesia, saat ini sedang berlangsung transisi pengawasan dan regulasi aset kripto dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Para pelaku industri kripto di Indonesia menantikan rancangan Peraturan OJK (POJK) sebagai regulasi teknis dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 Tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK).

Menurut Yudhono, regulasi kripto oleh OJK dapat membuka peluang lebih luas bagi pengembangan industri aset digital di Indonesia. 

Ini termasuk potensi kerja sama antara institusi keuangan, seperti perbankan, dan pelaku aset kripto, serta integrasi edukasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko dan peluang di pasar kripto.

"Ketika industri kripto berada di bawah pengawasan OJK, legitimasi sektor ini di Indonesia diharapkan meningkat secara signifikan. Di samping itu, kami juga menghargai upaya Bappebti yang telah memajukan industri ini dengan cepat dalam satu hingga dua tahun terakhir. Langkah ini telah meningkatkan kepercayaan masyarakat dan mempercepat adopsi kripto di Indonesia," kata Yudho

Yudhono berharap bahwa industri kripto di Indonesia dapat terus berkembang. Dia mencatat bahwa nilai transaksi kripto di Indonesia pada Oktober 2023 mencapai Rp104,9 triliun, dengan jumlah investor mencapai 18,06 juta. Meskipun demikian, angka tersebut masih di bawah periode yang sama pada tahun 2022, di mana transaksi mencapai Rp306,4 triliun.