Bitcoin Masih Mendominasi di Pasar Kripto, Musim Altseason Belum Terjadi dalam Waktu Dekat
- Panji mencatat bahwa saat ini sebagian besar altcoin kemungkinan akan mengikuti pergerakan Bitcoin, yang tercermin dalam dominasi Bitcoin (BTC.D) yang masih kuat di level 51,23%.
Fintech
JAKARTA – Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha menilai bahwa musim bullish bagi kripto-kripto altcoin atau altseason belum terjadi dalam waktu dekat karena Bitcoin masih mendominasi di pasar hingga saat ini.
Panji mencatat bahwa saat ini sebagian besar altcoin kemungkinan akan mengikuti pergerakan Bitcoin, yang tercermin dalam dominasi Bitcoin (BTC.D) yang masih kuat di level 51,23%.
Ini berarti 50% dari pasar aset kripto masih didominasi oleh Bitcoin, dan belum ada tanda-tanda altseason dalam waktu dekat. Altseason umumnya terjadi setelah Bitcoin mencapai puncaknya dan diikuti oleh penurunan dominasi Bitcoin.
“Periode saat ini sebagian besar altcoin akan mengikuti pergerakan Bitcoin tercermin pada Bitcoin Dominance (BTC.D) masih kuat berada di level 51,23% yang artinya 50% pasar aset kripto masih didominasi oleh Bitcoin, sehingga belum ada tanda tanda munculnya altseason dalam waktu dekat. Altseason umumnya terjadi ketika Bitcoin bergerak naik hingga mencapai level tertingginya dan diikuti dengan Bitcoin Dominance yang turun," ujar Panji kepada TrenAsia, Selasa, 23 Januari 2024.
- Mengenal Demo Rompi Kuning yang Disinggung Dalam Debat Cawapres
- Beijing Kejar Ambisi Jadi Kota Ekonomi Digital
- Menilik Prospek Baterai LFP Dalam Industri Kendaraan Listrik Dunia
Pada pagi ini, Selasa, 23 Januari 2024 pukul 08.00 WIB, harga Bitcoin mencapai US$39.815 (Rp623,4 juta), mengalami penurunan sebesar 3,64% dalam 24 jam terakhir dan terjun 6,65% lebih rendah dalam periode seminggu.
Penurunan ini terjadi setelah Bitcoin mencapai level tertinggi US$48.983 (Rp766,13 juta) pada hari pertama perdagangan Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot di Amerika Serikat pada 11 Januari 2024, yang disetujui oleh regulator setempat pada 10 Januari 2024.
Kenaikan signifikan Bitcoin sebelumnya, sekitar 70% sejak bulan Agustus, terjadi setelah pengadilan federal memaksa SEC untuk meninjau kembali keputusannya yang menolak aplikasi ETF Bitcoin dari Grayscale Investment.
Namun, setelah mencapai puncaknya, Bitcoin mengalami tekanan jual dan ambil untung oleh sebagian investor, mengakibatkan penurunan harga.
- GoTo Financial Luncurkan Hardware Moka Prime untuk Dukung Aktivitas UMKM
- Sulawesi Tengah Berpotensi Jadi Sentra Ekspor Durian
- 5 Alasan Rokok Bentoel Cabut dari BEI, Rugi Terus dan Tak Pernah Bagi Dividen13 Tahun
Panji mengatakan, pada pagi ini BTC bergerak di level US$39.830 (Rp624,03 juta), mendekati dukungan dinamis pergerakan rata-rata dalam 100 hari (moving average/MA-100).
Jika BTC turun di bawah MA-100, potensi penurunan lebih lanjut ke level US$38.000 (Rp594,6 juta) mungkin terjadi. Sebaliknya, jika BTC dapat memantul dari MA-100, potensi kenaikan terbatas menuju resistensi US$40.500 (Rp632,14 juta).
Pada pukul 08.00 WIB hari ini, total kapitalisasi pasar aset kripto berada di level US$1,522 triliun (Rp23,8 kuadriliun), mengalami penurunan 4,34% dalam 24 jam terakhir.
Ethereum (ETH) juga mengalami penurunan sekitar 4,53%, diperdagangkan sekitar US$2.325 (Rp36,3 juta).
Selama beberapa hari terakhir, sebagian besar altcoin mengalami penurunan signifikan dalam periode tujuh hari terakhir. Altcoin seperti Injective (INJ) turun 19,86% menjadi US$33,45 (Rp522.868), Worldcoin (WLD) anjlok 19,50% menjadi US$2,27 (Rp35.452), dan Celestia (TIA) melemah 19,20% menjadi US$15,35 (Rp240.031).
Namun, beberapa altcoin masih mengalami kenaikan, seperti Pendle (PENDLE) yang menguat 18,80% menjadi US$2,06 (Rp32.177), Chiliz (CHZ) naik 4,65% menjadi US$0,0942 (Rp1.473), dan Frax Share (FXS) naik 4,19% menjadi US$9,27 (Rp144.875).