Bitcoin Menguat Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed
- Hari ini, Selasa, 30 Januari 2024, BTC menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan mencapai level US$43.200 (Rp681,9 juta dalam asumsi kurs Rp15.796 per-dolar Amerika Serikat/AS), mengalami kenaikan sebesar 2,13% dalam 24 jam terakhir, dan menguat sekitar 8,50% dalam tujuh hari terakhir.
Fintech
JAKARTA - Aset kripto Bitcoin menguat menjelang bank sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserve (The Fed) mengambil keputusan terkait suku bunga.
Hari ini, Selasa, 30 Januari 2024, BTC menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan mencapai level US$43.200 (Rp681,9 juta dalam asumsi kurs Rp15.796 per-dolar Amerika Serikat/AS), mengalami kenaikan sebesar 2,13% dalam 24 jam terakhir, dan menguat sekitar 8,50% dalam tujuh hari terakhir.
Menurut Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha, untuk meraih hasil positif bulan Januari, BTC perlu melampaui level kunci, yaitu US$42.270 (Rp668.729.620). Pada pekan sebelumnya, Bitcoin mengalami penurunan di bawah US$40.000 (Rp633,13 juta), dengan penurunan sekitar 20%, mencapai titik terendah US$38.600 (Rp610,15 juta).
Penurunan ini terjadi setelah lonjakan harga ke level US$48.983 (Rp773,8 juta) saat ETF Bitcoin spot perdana diperdagangkan di Amerika Serikat pada 11 Januari 2024, setelah mendapatkan persetujuan regulator pada 10 Januari 2024.
Namun, pada akhir pekan, Bitcoin berhasil rebound dari Moving Average-100 (MA-100), mencapai Moving Average-50 (MA-50) di level US$42.840 (Rp675,43 juta) pada Minggu, 28 Januari 2024. Sementara itu, total kapitalisasi pasar aset kripto berada di angka US$1,612 Triliun (Rp25,4 kuadriliun), mengalami kenaikan sekitar 2,34% dalam 24 jam terakhir.
- Deepfake AI Memakan Korban Lagi, Kali Ini Taylor Swift
- Bos BRI Sebut Profesi Ini Tak Tergantikan oleh AI
- Reddit Bakal IPO, Calon Investor Sarankan Target Dana Segar Rp75 Triliun
Ethereum (ETH) juga mengalami kenaikan sebesar 4,53%, bergerak di kisaran US$2.305 (Rp36,4 juta) selama 24 jam terakhir. Beberapa altcoin juga mencatatkan kenaikan yang signifikan dalam tujuh hari terakhir.
Contohnya, Manta Network (MANTA) mengalami kenaikan sekitar 52,84% dan berada di level US$3,77 (Rp59.571), Conflux (CFX) menguat sebesar 30,88% dengan harga berkisar US$0,238 (Rp3.763), sementara Solana (SOL) berhasil kembali naik di atas US$100 (Rp1,57 juta), mengalami kenaikan sekitar 19,70% selama tujuh hari terakhir.
Penyebab dari penurunan harga Bitcoin pada pekan lalu mencakup aksi "Sell the News" dan pengambilan keuntungan oleh investor setelah berita tentang persetujuan ETF Bitcoin spot.
“Investor melakukan aksi ambil untung setelah berita ETF Bitcoin spot disetujui. Dimana akumulasi besar telah dimulai sejak Blackrock mengajukan ETF Bitcoin spot sejak Juni 2023,” kata Panji kepada TrenAsia, Selasa, 30 Januari 2024.
Selain itu, penjualan Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) juga berperan, dengan investor Grayscale menjual lebih dari US$2 miliar (Rp31,6 triliun) GBTC sejak diubah menjadi ETF.
Hal ini termasuk penjualan saham senilai US$1 miliar (Rp15,79 triliun) oleh FTX. Namun, menjelang akhir pekan, terlihat perlambatan arus keluar dari ETF GBTC, diikuti oleh peningkatan arus masuk dari ETF Bitcoin spot lainnya seperti BlackRock dan Fidelity.
Berita tentang rencana pemerintah AS untuk menjual sekitar 2.930 Bitcoin senilai US$117 juta - US$130 juta (Rp1,8 triliun - Rp2,05 triliun), hasil sitaan dari Silk Road, juga ikut mempengaruhi penurunan harga Bitcoin.
Sementara itu, keputusan SEC untuk memperpanjang periode pertimbangan terkait aplikasi BlackRock untuk ETF Ethereum spot hingga 10 Maret 2024 juga memberikan dampak.
Mengenai sentimen pasar saat ini, Federal Open Market Committee (FOMC) akan mengadakan pertemuan kebijakan selama dua hari pada Selasa, 30 Januari 2024, dan Rabu, 31 Januari 2024. Investor optimis dengan keyakinan tinggi bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25% -5,50%.
- Saham Bank Mayapada (MAYA) Terus Melemah, Bursa Rilis Pengumuman UMA
- Sasar Generasi Milenial, BSI (BRIS) Tawarkan KPR Tenor 30 Tahun dengan Bunga Flat
- Sumber Mineral (SMGA) Anak Usaha SGER Tetapkan Harga IPO di Puncak
CME Group memperkirakan peluang sebesar 97% bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga pada pertemuan ini, dan kemungkinan akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan Maret atau Mei 2024.
Sementara itu, di Hong Kong, Securities and Futures Commission (SFC) menerima aplikasi pertama untuk ETF Bitcoin, dan 10 lembaga keuangan lainnya tengah bersiap untuk meluncurkan ETF mereka.
Hong Kong berpotensi menjadi negara Asia pertama yang menyetujui ETF Bitcoin spot, dengan rencana peluncuran setelah Tahun Baru Imlek pada 10 Februari.
Selain itu, Google mengizinkan iklan untuk produk ETF di Amerika Serikat mulai 29 Januari, membuka peluang bagi BlackRock, VanEck, dan Franklin Templeton untuk meluncurkan kampanye iklan untuk ETF Bitcoin spot mereka.
Langkah ini bukan hanya membuka peluang baru untuk Bitcoin ETF, tetapi juga mencerminkan peningkatan pengakuan terhadap kripto sebagai kelas aset yang sah. Mengenai prediksi untuk minggu ini, pasar kripto cenderung optimis bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga mereka pada pertemuan FOMC 30-31 Januari.
Oleh karena itu, diantisipasi bahwa keputusan ini tidak akan berdampak signifikan pada pasar kripto. Namun, perhatian tetap tertuju pada petunjuk kapan The Fed berencana untuk memangkas suku bunganya.
Secara teknikal, pada Selasa 30 Januari 2024 pukul 08:00 WIB, BTC bergerak di level US$43.200 (Rp681,9 juta), naik di atas Moving Average-20 (MA-20) dan MA-50.
Potensi kenaikan menuju area resistance US$44.500 (Rp703,8 juta) dan selanjutnya US$45.500 (Rp716,4 juta) dapat terjadi jika BTC dapat bertahan di atas MA-50 atau di kisaran US$42.850 (Rp676,15 juta).
Sebaliknya, jika terjadi breakdown di bawah MA-50, potensi penurunan menuju support dinamis MA-20 di kisaran US$42.000 (Rp663,6 juta) dan support terdekat di US$40.500 (Rp639,2 juta) perlu diwaspadai. Meskipun demikian, investor dan trader perlu tetap berhati-hati dan terus mengikuti perkembangan pasar.
Oleh karena itu, Panji menyarankan untuk melakukan riset mandiri dan berinvestasi sesuai dengan profil risiko masing-masing. Terus memperbarui informasi dan menyelaraskan strategi investasi dengan kondisi pasar saat ini sangat penting.