Ilustrasi Perdagangan Aset Kripto
Fintech

Bitcoin Menuju US$70.000 karena Didukung ETF dan Faktor Politik AS, Siap-siap Sambut ‘Uptober’?

  • Potensi perubahan regulasi kripto di AS turut memanaskan pasar. Spekulasi terkait kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden AS 2024 menjadi katalisator bagi kenaikan harga Bitcoin.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Bitcoin (BTC) terus menunjukkan tren kenaikan yang kuat, melampaui harga US$68.000 atau sekitar Rp1,056 miliar. 

Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya arus masuk dana melalui ETF Bitcoin, serta spekulasi terkait pemilihan presiden Amerika Serikat, di mana Donald Trump diperkirakan memiliki peluang kuat untuk terpilih kembali. 

Jika terwujud, hal ini dipercaya akan membawa perubahan besar pada regulasi kripto di Amerika Serikat, memberikan dorongan tambahan bagi Bitcoin.

Pada Kamis, 16 Oktober, Bitcoin mencatatkan kenaikan sebesar 0,77%, menambah peningkatan 5,36% dari hari sebelumnya. Ini menandai momentum kenaikan beruntun yang membawa BTC menembus angka US$68.000, tertinggi sejak 29 Juli 2024.

Dampak Arus Masuk ETF dan Spekulasi Politik

Fyqieh Fachrur, trader di Tokocrypto, menjelaskan bahwa potensi perubahan regulasi kripto di AS turut memanaskan pasar. Menurutnya, spekulasi terkait kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden AS 2024 menjadi katalisator bagi kenaikan harga Bitcoin. 

Anggota Kongres Bryan Donalds menyebutkan bahwa Trump kemungkinan akan mencopot Ketua SEC, Gary Gensler, pada hari pertama masa jabatannya jika ia terpilih kembali. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan regulasi yang lebih longgar terhadap kripto, memicu optimisme investor.

Selain itu, platform taruhan Polymarket melaporkan bahwa peluang kemenangan Trump meningkat dari 54,7% pada 14 Oktober menjadi 58,5% pada 17 Oktober, mencerminkan meningkatnya keyakinan pasar terhadap skenario ini. 

“Kemenangan Trump dipandang sebagai faktor positif bagi Bitcoin, karena investor berharap adanya regulasi yang lebih ramah terhadap kripto,” ujar Fyqieh melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, dikutip Jumat, 18 Oktober 2024. 

Arus masuk dana ke ETF Bitcoin juga memberikan dorongan signifikan. Pada Selasa, 14 Oktober 2024, pasar ETF Bitcoin spot di AS mencatat arus masuk bersih sebesar US$371 juta atau sekitar Rp5,7 triliun. Arus masuk terus berlanjut hingga Rabu, 17 Oktober 2024 dengan beberapa ETF seperti Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC) dan Bitwise Bitcoin ETF (BITB) mencatatkan arus masuk signifikan masing-masing sebesar US$14,8 juta dan US$12,9 juta. 

Selama tiga hari terakhir, total arus masuk bersih mencapai lebih dari US$65 juta, mencerminkan optimisme besar di kalangan investor terhadap potensi kenaikan lebih lanjut harga Bitcoin.

Waspadai Risiko Penjualan BTC oleh Pemerintah AS

Meskipun tren saat ini menunjukkan kenaikan yang positif, Fyqieh mengingatkan bahwa investor tetap harus waspada terhadap potensi risiko, salah satunya adalah penjualan besar-besaran BTC oleh pemerintah AS. 

Pemerintah AS saat ini memegang lebih dari 203.000 BTC, dan jika memutuskan untuk menjualnya, hal ini bisa memberi tekanan besar pada harga Bitcoin. Namun, sentimen positif yang didorong oleh arus masuk ETF yang kuat serta kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed) membantu meredam kekhawatiran tersebut.

Menurut Fyqieh, jika terjadi perubahan dalam regulasi kripto yang lebih ramah, harga Bitcoin bisa mengalami kenaikan yang lebih agresif. Ia menyarankan agar investor tetap memantau perkembangan kebijakan ini dan memanfaatkan momentum yang ada.

Tren Bullish Aset Kripto dan Saham AS: Efek "Uptober"

Seiring dengan peningkatan harga Bitcoin, aset-aset kripto lainnya dan saham AS juga mengalami kenaikan yang signifikan. Bulan Oktober sering kali dikenal sebagai "Uptober" di kalangan investor kripto, merujuk pada tren positif yang terjadi pada bulan ini. 

Data terbaru menunjukkan bahwa aset-aset berisiko, termasuk saham AS dan kripto, telah mencatat performa yang mengesankan, didorong oleh data ekonomi yang stabil dan kebijakan suku bunga yang lebih longgar dari The Fed.

Sejak pertemuan Federal Reserve pada 17-18 September 2024, di mana suku bunga diturunkan sebesar 50 basis poin, indeks saham seperti Nasdaq dan S&P 500 mencatat kenaikan masing-masing lebih dari 3%. 

Di sisi lain, harga Bitcoin melonjak lebih dari 14% dalam satu bulan terakhir, mencapai US$67.000 atau sekitar Rp1,042 miliar, sementara Ethereum dan Solana juga mencatat kenaikan masing-masing sebesar 7% dan 7,57%.

Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menyatakan bahwa penurunan suku bunga dan data inflasi yang stabil memberikan dorongan positif bagi pasar kripto. 

Data Producer Price Index (PPI) bulan September yang tidak mengalami kenaikan, serta data inflasi konsumen (CPI) yang hanya naik 0,1% lebih tinggi dari ekspektasi, turut membantu meredakan kekhawatiran investor terkait inflasi.

“Namun, meskipun kekhawatiran investor mulai terlihat mereda, saat ini belum terlihat adanya sentimen positif jangka pendek yang cukup kuat baik dari faktor internal di pasar kripto sendiri maupun faktor eksternal. Dengan demikian, fluktuasi masih berpotensi untuk terjadi. Data inflasi Harga Belanja Personal (PCE) yang akan dirilis pada 31 Oktober nanti akan menjadi variabel penting yang dapat mempengaruhi sentimen pasar, khususnya mengingat data tersebut merupakan data inflasi yang digunakan sebagai acuan oleh The Fed,” jelas Fahmi melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, dikutip Jumat, 18 Oktober 2024. 

Sentimen Pasar dan Faktor Penentu

Fahmi Almuttaqin juga menyoroti bahwa sentimen pasar yang positif saat ini dapat dipertahankan jika data inflasi Harga Belanja Personal (PCE) pada akhir Oktober tetap sesuai ekspektasi, yakni 0,2%. 

Jika inflasi PCE lebih rendah dari perkiraan, hal ini bisa membuka peluang bagi The Fed untuk kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin, yang akan mendukung momentum positif di pasar kripto dan saham AS.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa jika inflasi PCE lebih tinggi dari ekspektasi, misalnya mencapai 0,3%, The Fed mungkin akan menahan suku bunga pada level saat ini, yang dapat memicu ketidakpastian baru di pasar.

Potensi Kenaikan Pasar Menjelang Pemilu AS

Selain pengaruh kebijakan ekonomi, pemilu presiden AS juga dianggap sebagai katalis positif bagi pasar saham dan kripto. 

Menurut catatan historis, pasar saham AS cenderung naik setelah pemilihan presiden. Saham AS melonjak 12,74% pasca terpilihnya Joe Biden pada 2020, dan naik 6,01% saat Donald Trump menang pada 2016. Pola serupa juga terlihat pada pasar kripto, di mana Bitcoin mengalami kenaikan signifikan pasca pemilu AS.

Fahmi menambahkan bahwa jika Trump terpilih kembali dan membawa kebijakan yang lebih ramah terhadap kripto, harga Bitcoin bisa melanjutkan tren positifnya. 

Hal ini diperkuat oleh data dari periode pemilihan presiden AS sebelumnya, di mana Bitcoin terapresiasi dari US$13.000 menjadi hampir US$30.000 pada akhir Desember 2020 sebelum mencapai puncaknya mendekati US$70.000 pada 2021.

Strategi Investasi di Tengah Momentum Positif

Fahmi mengimbau agar para investor tetap bijak dalam mengambil keputusan investasi. Ia menyarankan untuk mempertimbangkan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA), di mana investor secara rutin menambah investasi untuk meminimalkan dampak fluktuasi harga. 

Investor juga dapat memantau performa investasi secara real-time melalui fitur analisis portofolio yang tersedia di platform seperti Reku.

Kesimpulannya, kombinasi arus masuk dana ETF, kebijakan suku bunga The Fed, dan spekulasi politik terkait Pemilu AS 2024 memberi dorongan positif bagi harga Bitcoin. 

Dengan potensi perubahan regulasi yang lebih ramah terhadap kripto, serta momentum historis pasca pemilu presiden, pasar kripto memiliki peluang besar untuk melanjutkan kenaikannya menuju level US$70.000.