Ilustrasi aset kripto Bitcoin.
Fintech

Bitcoin Menyusut di Awal Kuartal II 2024, Inilah Penyebabnya

  • Pada awal kuartal II, tepatnya pada bulan April, Bitcoin mengalami koreksi dan menempati level US$66.121 atau menurun 7,3% dari penutupan harga pada akhir Maret.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Aset kripto Bitcoin (BTC) menyusut pada awal kuartal II-2024 setelah mencetak kinerja positif pada triwulan awal tahun. 

Maret telah berakhir dengan catatan positif bagi pasar kripto, khususnya Bitcoin yang berhasil mencatatkan kenaikan harga sebesar 16,62%, mencapai US$71.333, sementara Ethereum (ETH) juga menguat sebesar 9,40% dan ditutup di level US$3.647.

Kuartal pertama tahun 2024 juga menunjukkan performa mengesankan, dengan Bitcoin mengalami kenaikan sebesar 68,68% dan Ethereum sebesar 59,66%.

Akan tetapi, pada awal kuartal II, tepatnya pada bulan April, Bitcoin mengalami koreksi dan menempati level US$66.121 atau menurun 7,3% dari penutupan harga pada akhir Maret.

Menanggapi kondisi terkini, Analis Kripto dari Reku, Fahmi Almuttaqin, menyatakan bahwa koreksi Bitcoin belakangan ini dipicu oleh aliran dana (netflow) ETF Bitcoin Spot yang mencatatkan netflow negatif pertama sejak beberapa waktu lalu. 

Namun, Fahmi menekankan bahwa meskipun terjadi koreksi, hal tersebut tidak mengurangi daya tarik Bitcoin sebagai instrumen investasi. Hal ini disebabkan oleh dinamika ekonomi global yang masih terkendala oleh inflasi dan tantangan pertumbuhan.

Fahmi mengatakan, perkembangan ekonomi internasional dan nasional masih dipengaruhi oleh upaya menekan inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. 

“Pasalnya, suku bunga tinggi 5% atau lebih The Fed yang telah berlangsung sejak akhir Maret 2023 atau telah menginjak periode satu tahun saat ini, masih belum mampu menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan,” ungkap Fahmi kepada TrenAsia, Rabu, 3 April 2024.

Sementara itu, di tingkat domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peningkatan inflasi Ramadan tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa masalah inflasi masih relevan dalam ekonomi global maupun nasional.

Fahmi menekankan pentingnya diversifikasi investasi ke dalam kelas aset global yang tidak terkait langsung dengan kondisi ekonomi konvensional. 

Bitcoin menjadi salah satu instrumen yang memenuhi kriteria tersebut. Banyak investor institusi di Amerika mulai mengadopsi Bitcoin dan menyarankan kliennya untuk mengalokasikan sebagian dari portofolio investasi ke dalam Bitcoin.

Pascapandemi COVID-19, penurunan likuiditas dan peningkatan suku bunga menjadi tantangan bagi pelaku usaha.

Uang fiat yang sebelumnya beredar dengan lancar untuk mendorong daya beli, kini mengalami penurunan likuiditas, berdampak pada konsumsi domestik. Hal ini juga membuat investasi di sektor tradisional menjadi lebih menantang.

Melindungi Investor

Sebagai aset yang unik, Bitcoin memiliki potensi untuk melindungi investor dari risiko inflasi dan tantangan pertumbuhan ekonomi. 

Bitcoin tidak terhubung secara langsung dengan sektor perekonomian atau institusi tertentu, sehingga terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil meskipun tekanan ekonomi global meningkat.

Adopsi Bitcoin oleh sejumlah perusahaan global seperti Tesla, Microsoft, dan Paypal menunjukkan bahwa teknologi Bitcoin tidak hanya berguna untuk implementasi teknologi blockchain, tetapi juga sebagai perlindungan nilai aset dan kekayaan perusahaan.

Bagi investor yang belum terjun ke dalam investasi Bitcoin, Fahmi menegaskan bahwa saat ini masih merupakan waktu yang tepat, terutama ketika harga Bitcoin sedang mengalami koreksi. 

Investasi dalam Bitcoin dapat menjadi solusi alternatif di tengah masalah inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Saat terjadi koreksi, investor memiliki kesempatan untuk membeli Bitcoin dengan harga yang lebih rendah.

Selain itu, dengan mendekati halving Bitcoin, nilai kelangkaan Bitcoin berpotensi meningkat karena tingkat inflasi Bitcoin akan dipangkas setengahnya. 

Hal ini secara historis telah menjadi momentum awal bagi pertumbuhan nilai Bitcoin yang signifikan. Namun, investor tetap perlu bijak dalam mengambil keputusan investasi.