Bitcoin Pulih ke Angka Rp1 M setelah Koreksi di Bulan Juni, Simak Potensi ke Depannya
- Kenaikan ini menandakan pemulihan Bitcoin setelah koreksi yang terjadi sejak awal Juni lalu. Selain itu, ETF Bitcoin Spot juga mencatat aliran dana neto positif selama tujuh hari berturut-turut dengan dua hari perdagangan terakhir, yaitu pada 12 dan 15 Juli, membukukan netflow positif lebih dari US$300 juta.
Fintech
JAKARTA – Menurut pantauan Coin Market Cap, Rabu, 17 Juli 2024, aset kripto Bitcoin (BTC) menempati posisi harga US$65.868 atau setara dengan Rp1,06 miliar dalam asumsi kurs Rp16.203 per-dolar Amerika Serikat (AS).
Kenaikan ini menandakan pemulihan Bitcoin setelah koreksi yang terjadi sejak awal Juni lalu. Selain itu, ETF Bitcoin Spot juga mencatat aliran dana neto positif selama tujuh hari berturut-turut dengan dua hari perdagangan terakhir, yaitu pada 12 dan 15 Juli, membukukan netflow positif lebih dari US$300 juta.
Potensi Reli
Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, mengomentari situasi ini dengan mengatakan bahwa kondisi ini menunjukkan potensi dimulainya reli baru di pasar.
Namun, Fahmi mengatakan bahwa pasar mungkin memerlukan katalis baru yang cukup kuat untuk reli tersebut dapat terjadi.
“Meskipun tekanan jual telah mereda, belum terdapat kenaikan jumlah pemilik Bitcoin dalam jumlah besar (whale) yang signifikan," ujarnya.
- Saham SMRA Melonjak 15 Persen dalam Sebulan, Bagaimana Peluang Capital Gainnya?
- GTV GOTO Diprediksi Menyengat Kinerja Keuangan Semester I-2024
- ADRO Ungkap Perkembangan Laporan Keuangan Semester I-2024
Berdasarkan data dari lookintobitcoin.com, jumlah wallet dengan saldo di atas 1.000 Bitcoin saat ini masih lebih rendah sekitar 96 wallet dibandingkan dengan 27 Februari lalu, ketika harga Bitcoin mencapai US$57.000.
Menurut Fahmi, hal ini menunjukkan bahwa para whales yang telah melakukan aksi profit taking mungkin belum kembali mengalokasikan aset mereka ke Bitcoin.
"Ini berarti pertahanan harga Bitcoin saat ini didukung oleh lebih sedikit whales, yang bisa menghambat reli jika terjadi aksi profit taking yang signifikan akibat kenaikan harga yang terjadi," tambah Fahmi.
Pemahaman para pelaku pasar terhadap situasi saat ini, termasuk pemahaman terkait whales dan suku bunga tinggi The Fed, dapat menciptakan perilaku investasi yang lebih berhati-hati.
"Hal ini terlihat pada momentum ketika wallet pemerintah Jerman melakukan penjualan Bitcoin dalam jumlah besar minggu lalu. Meskipun ada katalis positif dari perkembangan inflasi AS, Bitcoin baru mengalami kenaikan setelah saldo Bitcoin di wallet pemerintah Jerman tersebut habis," lanjutnya.
Distribusi Bitcoin kepada para kreditur exchange Mt. Gox yang berpotensi meningkatkan tekanan jual, terlepas dari besarannya yang belum pasti, membuat skenario di mana investor mungkin lebih memilih posisi konservatif sambil menunggu perkembangan lebih lanjut, tetap terbuka.
"Kenaikan harga Bitcoin ke lebih dari Rp1 miliar ini juga mengubah sentimen pasar dari fear menjelang akhir pekan lalu menjadi greed pada awal pekan ini. Namun, perlu diingat bahwa situasi greed tidak hanya mensinyalir optimisme dan potensi kenaikan lanjutan, tetapi juga bisa menjadi sinyal potensi koreksi layaknya situasi fear yang mengindikasikan kondisi oversold dan potensi rebound," jelas Fahmi.
Baca Juga: Bitcoin Meroket 13 Persen dalam 7 Hari, Pelonggaran Inflasi Jadi Faktor Pendorong
Potensi ETF Spot Ethereum
Di tengah pemulihan Bitcoin, perkembangan dan respons pasar yang positif terhadap peluncuran ETF Ethereum Spot juga berpotensi mempengaruhi pasar secara signifikan dalam jangka pendek.
"Ethereum, meskipun merupakan aset kripto digital seperti Bitcoin, memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Investor mungkin merasa perlu mendiversifikasikan aset mereka selain di Bitcoin. Apalagi, terdapat rekomendasi alokasi Bitcoin yang optimal dalam portofolio oleh Ark Invest yang meningkat dari 6,2% pada 2022 menjadi 19,4% pada 2023, sebagaimana disampaikan pada laporan yang dirilis Februari lalu," jelas Fahmi.
Selain itu, potensi integrasi fitur staking pada ETF Ethereum juga menjadi faktor yang dapat mengubah outlook terhadap potensi ETF tersebut.
Meskipun pasar masih skeptis terhadap disetujuinya fitur ini, namun skeptisisme serupa juga muncul terhadap persetujuan ETF Ethereum Spot beberapa pekan yang lalu.
- Saham GOTO Akhirnya Berdenyut, Sinyal Rebound?
- Kebutuhan Tinggi, Proyek IKN Digadang Genjot Industri Besi-Baja Nasional
- Link Live Streaming Belanda Vs Inggris di Semifinal Euro 2024
"Staking bisa menjadi strategi menarik untuk mendapatkan potensi peningkatan nilai portofolio yang lebih optimal di fase bullish, di mana investor tidak hanya berpotensi mendapatkan pertumbuhan dari capital gain, tetapi juga dari staking reward. Investor perlu memilih platform investasi dan jual-beli aset kripto dengan perizinan staking dari Bappebti seperti Reku. Sebab, staking yang berizin memastikan operasionalnya terjadi di blockchain, bukan melalui mekanisme lainnya," lanjutnya.
Dengan perkembangan positif ini, potensi kedepannya untuk Bitcoin dan Ethereum tampak menjanjikan.
Namun, investor perlu tetap berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi pasar kripto. Kenaikan yang terjadi saat ini bisa menjadi awal dari reli yang lebih besar, tetapi juga memiliki risiko koreksi jika tidak didukung oleh faktor-faktor fundamental yang kuat.