Ilustrasi Perdagangan Aset Kripto
Fintech

Bitcoin Sempat Melonjak ke US$26.000, Indikasi Short Squeeze?

  • Short squeeze adalah kondisi ketika ada trader yang membeli aset dalam jumlah banyak dan memaksa penjual dalam jangka pendek untuk menyerah dalam melakukan aksi short selling.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Aset kripto Bitcoin (BTC) sempat melonjak ke kisaran harga US$26.400 atau setara dengan Rp405,08 juta dalam asumsi kurs Rp15.344 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Lonjakan tersebut terjadi pada perdagangan kemarin, Selasa, 12 September 2023 sekitar pukul 11.30 WIB. Jika dihitung dalam hitungan 24 jam, harga aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar tersebut mengalami kenaikan sekitar 2,54%.

Akan tetapi, menurut pantauan Coin Market Cap, Rabu, 13 September 2023 pukul 10.30 WIB, harga Bitcoin sudah kembali lagi ke kisaran US$25.000-an, tepatnya di US$25.890 (Rp397,25 juta).

Menurut persona Twitter/X @52kskew yang kerap membagikan informasi mengenai analisis dan berita-berita terbaru seputar aset kripto, kenaikan harga Bitcoin dalam waktu singkat tersebut hanyalah sebuah aksi short squeeze.

"Ini hanyalah short squeeze biasa," ujarnya melalui cuitan di platform Twitter/X, Selasa, 12 September 2023.

Untuk diketahui, short squeeze adalah kondisi ketika ada trader yang membeli aset dalam jumlah banyak dan memaksa penjual dalam jangka pendek untuk menyerah dalam melakukan aksi short selling.

Akan tetapi, meskipun telah mengalami short squeeze, namun harga Bitcoin pada akhirnya kembali ke kisaran level psikologisnya di US$25.000-an. 

Pasalnya, pasar kripto secara keseluruhan saat ini masih dibayang-bayangi oleh sejumlah variabel yang menekan kinerja aset-asetnya.

Trader eksternal Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan bahwa saat ini pasar kripto masih dihantui oleh faktor makroekonomi yang membebani aset-aset berisiko.

Ekspektasi akan perpanjangan pengetatan kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed) adalah satu dari sekian faktor yang mendorong pasar kripto untuk masuk ke tren bearish.

Keputusan The Fed akan kebijakan suku bunga mereka disebut Fyqieh akan berpengaruh pada perilaku pasar kripto. Jika inflasi indeks harga konsumen (IHK) AS terbaru mengindikasikan kenaikan, maka semakin besar pula ekspektasi The Fed untuk mengerek suku bunganya lagi menjelang akhir tahun ini.

Menurut data Trading Economics, inflasi IHK AS diperkirakan akan tercatat naik 3,6% secara tahunan pada periode Agustus 2023, lebih tinggi dari 3,2% pada bulan sebelumnya.

Dengan semakin besarnya potensi kenaikan suku bunga, Bitcoin dan aset-aset kripto lainnya pun berpotensi untuk jatuh lebih dalam. Fyqieh bahkan memperkirakan BTC bisa jatuh hingga ke kisaran US$24.000 (Rp368,25 juta).

"Kemungkinan penurunan harga Bitcoin hingga mencapai US$24.000," ujar Fyqieh kepada TrenAsia, dikutip Rabu, 13 September 2023.

Sementara itu, Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha menuturkan bahwa pelaku pasar hari ini masih mengambil sikap wait and see terhadap data inflasi AS Terbaru.

Walaupun inflasi berada di bawah ekspektasi 3,6%, namun potensi penguatan dikatakan Panji belum terlihat dan kemungkinan Bitcoin hanya akan sedikit tertahan pelemahannya.

"Data yang menunjukkan pasar aset kripto di September yang cenderung negatif dan didukung dari kekhawatiran investor terhadap inflasi dan suku bunga Amerika Serikat menyebabkan investor mengambil sikap risk-off sementara terhadap aset berisiko.  Namun, momentum seperti ini bisa menjadi saat yang tepat bagi investor jangka panjang untuk membangun portofolio di aset kripto," kata Panji kepada TrenAsia dikutip Rabu, 13 September 2023.