<p>Bitcoin </p>
Fintech

Bitcoin Sentuh Level Terendah dalam Setahun Seiring dengan Performa Buruk Stablecoin

  • Aset kripto Bitcoin (BTC) menyentuh level harga terendahnya dalam setahun terakhir seiring dengan performa buruk stablecoin yang menemui kegagalan untuk menjaga nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Aset kripto Bitcoin (BTC) menyentuh level harga terendahnya dalam setahun terakhir seiring dengan performa buruk stablecoin yang menemui kegagalan untuk menjaga nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, Bitcoin sempat menyentuh level terendahnya dalam setahun ke belakang di angka US$29.807 atau setara dengan Rp433,5 juta dalam asumsi kurs Rp14.546 per dolar AS.

Namun, berdasarkan data Coin Market Cap, Kamis, 12 Mei 2022 pukul 14.19 WIB, Bitcoin menembus rekor harga terendah tersebut di level US$26.350 (Rp383,3 juta). Di hari yang sama pada pantauan pukul 17.20 WIB, kapitalisasi pasar aset kripto ini pun mengalami penurunan 12,63% ke angka US$529,8 miliar (Rp7,706 kuadriliun).

Penukikan harga Bitcoin terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin atau 0,5% yang diumumkan Kamis, 5 Mei 2022 dini hari.

Dikutip dari Reuters, The Fed masih berkemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan untuk menekan tingkatan inflasi sampai ke 2%. Sementara itu, pada April 2022, tingkat inflasi mengalami penurunan dari 8,5% ke 8,3%.

Selain kebijakan kenaikan suku bunga The Fed, kegagalan proyek stablecoin dalam menjaga nilai tukar terhadap dolar AS pun turut berpengaruh terhadap kemerosotan Bitcoin dan aset-aset kripto lainnya.

Stablecoin yang saat ini tengah menjadi sorotan karena keterpurukannya adalah Tether USD (UST) yang merupakan aset kripto besutan Terraform Labs. Saat ini nilai UST bahkan sudah menyentuh US$0,46 (Rp6.691).

Menurut trader Tokocrypto Afid Sugiono, kegagalan UST dalam menjaga stabilitas harganya dengan perbandingan 1 UST: US$1 pada akhirnya menjadi sentimen negatif bagi Bitcoin dan aset-aset kripto lainnya.

"Reserve asset dari UST membuat sentimen negatif terhadap stablecoin. Tanda-tanda kelemahan dalam stablecoin, sebagai aset kripto yang lebih aman tapi tidak terbukti, semakin menakuti investor," ujar Afid dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 12 Mei 2022.

Dikutip dari TechCrunch, Terraform Labs telah mengosongkan treasury wallet yang berisi sekitar 42.530 BTC atau setara dengan US$1,3 miliar (Rp18,9 triliun) dalam upaya menyelamatkan UST. Namun, upaya itu belum memperlihatkan dampak positif karena harga UST masih di bawah kisaran US$1 (Rp14.546).

Dalam waktu satu minggu, nilai kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 66,38% dari US$1,794 triliun(Rp26,09 kuadriliun) ke US$1,191 triliun (Rp17,324 kuadriliun).

Di saat Bitcoin sedang mengalami pelemahan yang terbilang cukup signifikan, analis Bitcoin, Tone Vays, berpendapat bahwa harga Bitcoin bisa menguat setelah menyentuh level US$25 ribu (Rp363,6 juta).

Tone Vays mengatakan melalui video yang diunggah di kanal YouTubenya, Jumat, 6 Mei 2022, bahwa kemungkinan penguatan Bitcoin akan terjadi pada bulan November 2022.