BKPM Optimistis Investasi Manufaktur Akan Melesat
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai investasi pada sektor manufaktur memiliki potensi besar dan dapat jauh lebih meningkat. Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Indriani mengatakan dengan adanya kemajuan teknologi dan internet, proses produksi akan semakin efisien, sehingga potensi pertumbuhan untuk sektor ini cukup besar. “Apalagi, Indonesia juga memiliki keunggulan […]
Industri
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai investasi pada sektor manufaktur memiliki potensi besar dan dapat jauh lebih meningkat.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Indriani mengatakan dengan adanya kemajuan teknologi dan internet, proses produksi akan semakin efisien, sehingga potensi pertumbuhan untuk sektor ini cukup besar.
“Apalagi, Indonesia juga memiliki keunggulan dari letak geografis dan pasar domestik sehingga dapat dijadikan hub manufaktur di wilayah ASEAN,” kata Farah, Selasa, 26 Mei 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dia menyebutkan pasar domestik Indonesia merupakan magnet investasi, khususnya industri makanan dan minuman. Hanya industri makanan yang memiliki angka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) lebih besar dari jumlah Penanaman Modal Asing (PMA).
“Oleh karena itu, kami yakin kalau industri ini akan cukup stabil dari guncangan ekonomi dunia,” ujar Farah.
Meskipun data realisasi investasi BKPM untuk industri makanan dalam lima tahun terakhir menunjukkan adanya fluktuasi, namun secara rata-rata terdapat kenaikan 3% per tahun dan tetap berada pada peringkat teratas total realisasi investasi sektor sekunder.
Pada tahun 2017, industri makanan mencapai puncak tertinggi dengan total investasi mencapai Rp64,8 triliun atau senilai US$4,86 miliar.
Sedangkan untuk realisasi investasi industri logam dasar, meski tidak selalu menjadi yang teratas, namun industri ini menunjukkan adanya potensi besar yang terlihat dari rata-rata pertumbuhannya mencapai 11% per tahun dalam lima tahun terakhir.
“Kenaikan investasi di industri logam dasar juga merupakan sinyal bahwa pembangunan industri di tanah air berjalan dengan cepat. Indonesia tetap dipercaya oleh investor baik dalam maupun luar negeri,” jelasnya
Dalam periode 2015 hingga kuartal I-2020, total realisasi investasi terbesar pada sektor manufaktur dicapai oleh industri makanan dengan realisasi sebesar Rp293,2 triliun, industri logam dasar sebesar Rp266,7 triliun, industri kimia dan farmasi sebesar Rp243,9 triliun, industri mineral non logam sebesar Rp109,3 triliun, serta industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain sebesar Rp 106,4 triliun. (SKO)