<p>AEON Mall Sentul City / Facebook @aeonmallsentul</p>
Industri

BKSL Jual AEON Mall Sentul City untuk Lunasi Utang ke BNI

  • Dana dari hasil penjualan AEON Mall Sentul City ini akan dimanfaatkan untuk melunasi pinjaman ke PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI sebesar Rp900 miliar.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Perusahaan pengembang perumahan PT Sentul City Tbk (BKSL) menjual AEON Mall Sentul City Bogor kepada investor Jepang senilai Rp1,9 triliun.

Presiden Komisaris Sentul City Basaria Panjaitan mengatakan AEON Jepang membeli AEON Centul City lewat PT AEON Mall Indonesia.

“Kami bersyukur akhirnya proses akuisisi bisa berjalan dengan lancar,” kata mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu dilansir Antara, Senin, 19 April 2021.

Ia menjelaskan proses penjualan Aeon Mall Sentul City senilai Rp1,9 triliun itu ditandatangani Presiden Direktur Sentul City Tjetje Muljanto, Direktur Sentul City Iwan Budiharsana dan Direktur Utama PT Aeon Mall Indonesia Daisuke Isobe, pada Kamis, 15 April 2021, di Sentul City, Babakan Madang, Kabupaten Bogor.

Menurut Basaria proses penjualan ini terjadi karena Aeon Jepang sebagai investor asing melalui PT Aeon Mall Indonesia melihat prospek bisnis yang sangat baik di kawasan hunian Sentul City.

Lunasi Utang BNI
CBD Niaga, salah satu proyek komersil milik PT Sentul City Tbk. / Sentulcity.co.id

Bagi perseroan sendiri, kata dia, dana dari hasil penjualan ini akan dimanfaatkan untuk melunasi pinjaman ke PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI sebesar Rp900 miliar.

Ia menambahkan dana dari hasil penjualan itu mengurangi secara signifikan liabilitas perseroan. Selain itu, penjualan mal ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan kuartal II tahun 2021.

“Dan tentunya sangat membantu cash flow kami,” katanya.

Menurut dia perseroan berkomitmen untuk terus mengembangkan kawasan hunian di Sentul City sebagai Kota Mandiri yang modern.

Hal ini, katanya, sejalan dengan pengembangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor yang menetapkan kawasan hunian Sentul City sebagai Central Bussines Districk (CBD).

Pengembangan CBD menjadi prioritas utama perseroan saat ini. Setelah IKEA, AEON Mall, perseroan tengah merancang kerja sama dengan investor asing untuk membangun factory outlet (FO) terbesar se-Asia Tenggara di Sentul City.

“Kita ingin percepatan agar kegiatan bisnis berskala besar di kawasan hunian Sentul memberikan dampak ekonomi kepada pemangku kepentingan,” katanya.

Selain itu, emiten bersandi saham BKSL ini juga bertekad untuk menjadikan kawasan hunian Sentul City sebagai surganya para investor. Karena itu, perseroan juga secara berkesinambungan menyiapkan infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh para investor nasional dan global.

Untuk mendukung kebutuhan jaringan telekomunikasi para investor, kawasan Sentul City sudah dilengkapi jaringan serat fiber optic.

Begitu juga dengan jaringan air bersih, perseroan telah bekerja sama dengan Perumda Air Bersih Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan ini.

Dia menjelaskan, untuk masalah ketersediaan jaringan dan pasok listrik, juga sudah menjalin kerja sama sangat baik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.

Kinerja Sentul City
Konglomerat pemilik Grup Mayapada, Dato Sri Tahir saat dilantik sebagai Dewan Pertimbangan Presiden Joko Widodo. / Foto: Setpres

Emiten properti ini tercatat belum merilis laporan keuangan sepanjang tahun 2020. Terakhir, BKSL merilis kinerja kuartal III-2020.

Dalam periode Januari-September 2020, Sentul City meraup pendapatan Rp247,5 miliar. Jumlah itu merosot 54,23% dari pendapatan tahun sebelumnya Rp540,9 miliar.

Saat yang sama, beban pokok pendapatan mencapai Rp127,12 miliar pada kuartal III-2020. Namun, beban pokok pendapatan itu turun lebih lambat sebesar 43,5% dari tahun sebelumnya Rp225,19 miliar.

Turunnya kinerja pendapatan membuat Sentul City menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp325,52 miliar. Padahal, tahun sebelumnya perseroan justru meraup laba bersih senilai Rp26,25 miliar.

Sentul City tercatat memiliki pinjaman bank jangka pendek senilai Rp138,9 miliar. Sedangkan, pinjaman bank jangka panjang yang jatuh tempo setahun mencapai Rp206,53 miliar.

Adapun, pinjaman bank jangka panjang mencapai Rp2,17 triliun. Total liabilitas mencapai Rp8,21 triliun dengan ekuitas Rp10,5 triliun.

Sementara itu, pinjaman dari BNI dikantongi pada 6 Juni 2017. Total fasilitas kredit investasi senilai Rp812 miliar dan Rp56,7 miliar untuk membiayai proyek AEON Mall. Pinjaman ini jatuh tempo pada 5 Juni 2032 dengan suku bunga 11,25%.

Manajemen Sentul City kemudian mendapatkan restrukturisasi pinjaman dari BNI pada 24 Juni 2020. Masa jatuh tempo diperpanjang menjadi 4 Juni 2033 dengan tingkat bunga dari 11,25% menjadi 10%. Per 31 September 2020, saldo pinjaman Sentul City kepada BNI mencapai Rp854,56 miliar.

Per 30 September 2020, saham BKSL digenggam oleh PT Sakti Generasi Perdana sebesar 42,55%. Kemudian Stella Isabella Djohan mengempit 20,35% dan publik 37,1%.

Pada saham publik, ada nama putra konglomerat Dato Sri Tahir, pemilik Grup Mayapada. Dia adalah Jonathan Tahir yang merupakan komisaris PT Sejahtera Anugrahjaya Tbk (SRAJ). Dia membeli 3.354.177.360 saham BKSL setara 6,07% dengan nilai Rp1,17 triliun. (SKO)