Blinken: Kerja Sama Militer Korut-Rusia Rusak Perdamaian Global
- Prospek kerja sama militer yang lebih dalam antara Korea Utara dan Rusia telah menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu dapat semakin merusak keamanan di Semenanjung Korea dan mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Dunia
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menilai kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia bakal merusak perdamaian global. Ada kekhawatiran terkait kesepakatan senjata yang akan memperkuat Korut serta mendukung operasi perang Moskow di Ukraina.
Hal itu disampaikan Blinken menanggapi pertemuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin awal bulan ini. “Di luar peluncuran (rudal) itu sendiri, ancaman DPRK (Korut) terhadap keamanan yang lebih luas ditunjukkan dengan jelas oleh kunjungan Kim Jong-un ke Moskow bulan ini,” kata Blinken dalam forum aliansi Korea Selatan-AS.
DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea. Menurut Blinken, DPRK sedang mencari bantuan untuk memperkuat dan memajukan program misilnya sendiri.
“Bekerja sama dengan mitra dan sekutu lain untuk menyoroti cara-cara berbahaya kerja sama militer Rusia dan Korea Utara mengancam perdamaian dan keamanan global,” tambahnya.
- Ubah Citra Diri, Meta Perbarui Logo Facebook
- Bank DBS Indonesia Kucurkan Kredit Rp769,15 Miliar ke Anak Usaha Indika Energy (INDY)
- Bahaya! Inilah Makanan dan Minuman yang Harus Dihindari Penderita Diabetes
Menggambarkan perkembangan hubungan terkini antara Moskow dan Pyongyang sebagai “jalur dua arah,” Blinken mengatakan Rusia “sedang putus asa” untuk menemukan peralatan dan pasokan untuk perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
KTT antara Kim dan Putin telah memperkuat spekulasi bahwa Pyongyang mencari kerja sama teknologi militer dari Moskow untuk membangun satelit mata-mata dan sistem senjata lainnya. Sementara Moskow menginginkan lebih banyak pasokan amunisi dari Utara untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
Prospek kerja sama militer yang lebih dalam antara Korea Utara dan Rusia telah menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu dapat semakin merusak keamanan di Semenanjung Korea dan mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB.
- Profil Harvick Hasnul Qolbi, Wamentan yang Diisukan Bersitegang dengan Prabowo
- Fakta Mogok Kerja di AS: Gaji CEO Naik Drastis, Gaji Buruh Justru Turun
- Utang Amerika Capai Rp495.600 Triliun, Perekonomian Negara Terancam
Mengingat slogan seringkali diucapkan oleh aliansi ini, yaitu “Kita pergi bersama,” Blinken menekankan komitmen pertahanan Washington kepada Seoul. “Komitmen untuk saling membela itu sangat kuat,” katanya.
“Itu dimulai dengan pencegahan yang diperpanjang, terutama dalam menghadapi tindakan provokatif DPRK, termasuk peluncuran rudalnya, yang seperti diketahui semua orang di sini, melanggar berbagai resolusi DKPBB dan merusak stabilitas di semenanjung dan sekitarnya.”
Penangguhan yang diperpanjang merujuk pada komitmen AS untuk memobilisasi semua kemampuan militernya, termasuk senjata nuklir, untuk membela sekutu Asia Timurnya. Forum aliansi Korea-AS sendiri digelar untuk membahas peringatan 70 tahun penandatanganan perjanjian pertahanan bersama antara Korea Selatan dan Amerika Serikat pada tanggal 1 Oktober.
Forum juga membahas masa depan aliansi dalam tujuh dekade mendatang. Blinken menilai sekutu telah memperkuat semua aspek kemitraan mereka, termasuk keamanan, perdagangan, dan dimensi ekonomi.