Lahan sawah mengalami kekeringan pada musim kemarau. (Foto:DPRD Kulon Progo)
Nasional

BMKG Ingatkan Dampak Kemarau Panjang Terhadap Berbagai Sektor

  • Menurut BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia, fenomena El-Nino diprediksi akan terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023-Januari dan Februari 2024. Sementara IOD Positif akan terus bertahan hingga akhir tahun 2023.
Nasional
Khafidz Abdulah Budianto

Khafidz Abdulah Budianto

Author

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan dampak kemarau panjang akibat fenomena El Nino terhadap berbagai sektor kehidupan di masyarakat. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut kombinasi El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif menjadi pemicu terjadinya kekeringan di Indonesia. 

Menurut BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia, fenomena El-Nino diprediksi akan terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023-Januari dan Februari 2024. Sementara IOD Positif akan terus bertahan hingga akhir tahun 2023. 

BMKG menyebut sebagian besar wilayah Indonesia mengalami kondisi curah hujan sangat rendah pada bulan Juli, Agustus September dan Oktober 2023. Menurut pantauan BMKG, beberapa wilayah telah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut antara 21 - 60 hari. 

Beberapa wilayah paling ekstrem mengalami HTH lebih dari 60 hari, bahkan ada yang sampai 176 hari. Oleh karenanya, dampak dari fenomena tersebut menghantui berbagai sektor seperti pertanian, sumber daya air, kehutanan, perdagangan, energi, dan kesehatan.

“Sektor pertanian khususnya tanaman pangan terancam mengalami penurunan akibat terganggunya siklus masa tanam, gagal panen, kurangnya ketahanan jenis tanaman atau penyebaran hama yang aktif pada kondisi kering,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers, dikutip Kamis, 2 November 2023.

Selain sektor pertanian, fenomena alam tersebut juga menghantui sumber daya air di mana kemarau panjang menyebabkan sumber daya ini berkurang. Dwikorita menyebut hal itu akan memicu naiknya harga bahan pangan. 

Kemarau panjang juga menyebabkan sektor kehutanan terdampak dengan adanya kasus kebakaran hutan dan lahan di berbagai lokasi. “Pada sektor energi, situasi tersebut menekan jumlah produksi energi yang bersumber dari PLTA,” ujar Dwikorita. 

Adapun pada sektor kesehatan, Dwikorita menyebut fenomena itu berdampak pada ketersediaan air bersih untuk konsumsi dan sanitasi. Selain itu bagi kawasan yang terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan menimbulkan dampak penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Tujuh Saran BMKG

Terkait dampak yang menghantui berbagai sektor tersebut akibat adanya fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau panjang, BMKG memberikan beberapa saran kepada pemerintah terkait strategi penanganan. “Menguatkan manajemen air yang efisien untuk memastikan pasokan air yang cukup untuk pertanian dan pemenuhan kebutuhan masyarakat,” ujar Dwikorita.

Kemudian kedua, BMKG mendorong pemerintah memberikan informasi kepada petani agar beradaptasi dengan pola musim serta memilih tanaman yang lebih tahan cuaca kering. Ketiga, guna mengadopsi praktek pertanian yang lebih tahan cuaca kering, pemerintah disarankan mengadakan program penyuluhan dan pelatihan kepada petani.

“Penguatan pengelolaan hutan dan lahan untuk mencegah kebakaran hutan yang dapat dipicu oleh cuaca kering,” ujar Dwikorita menyebut saran yang keempat. Selanjutnya, pihaknya menyarankan program rehabilitasi ekosistem dan restorasi lahan yang terdegradasi akibat kekeringan atau kebakaran. 

Adapun keenam, strategi yang dapat dilakukan yaitu memastikan pasokan air bersih dan bahan makanan cukup terutama di wilayah yang rentan dengan menyusun rencana kesiapsiagaan logistik. Terakhir, membangun kesadaran masyarakat tentang praktik konservasi air dan mitigasi bencana dengan melakukan kampanye hal tersebut.