<p>Karyawan beraktivitas di salah satu cabang Bank Negara Indonesia (BNI) di Jakarta, Rabu, 23 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

BNI Bidik Kredit Tumbuh Double Digit pada 2022, Payroll Loan Jadi Tumpuan

  • PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menargetkan penyaluran kredit pada 2022 menyentuh double digit.
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Akselerasi pemulihan ekonomi pada 2022 menghadirkan optimisme terhadap kondisi penyaluran kredit perbankan. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menargetkan penyaluran kredit pada 2022 menyentuh double digit. 

Direktur Keuangan BNI Novita Anggraini mengatakan pertumbuhan kredit segmen konsumer, terutama  payroll loan sangat solid untuk mendukung target tersebut. Dirinya bilang target pertumbuhan kredit BNI pada 2022 berada di kisaran 7%-10% year on year (yoy). 

“Kredit payroll yang kuat serta upaya pemulihan ekonomi yang terus dilakukan pemerintah membuat tahun depan target kami lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya 5%-7% yoy. Kami melihat kuatnya pertumbuhan payroll loan menjadi katalis positif,” jelas Novita dalam paparan publik, Senin, 25 Oktober 2021.

Hingga kuartal III-2021, payroll loan mencatatkan pertumbuhan paling agresif sebesar 17,05% yoy. Jenis kredit ini pun menjadi katalis utama pendorong segmen konsumtif yang tumbuh 9,9% yoy pada sembilan bulan pertama tahun ini.

Capaian ini terpaut jauh dibandingkan kredit private corporate yang hanya 5% yoy pada sembilan bulan pertama tahun ini. Di tahun depan, Novita melihat adanya potensi penyaluran kredit yang tinggi di segmen manufaktur, pertanian, komunikasi, keuangan, perkebunan, dan perikanan.

“Dengan kapasitas kapasitas bisnis yang dicerminkan kondisi permodalan yang semakin membaik, BNI terus melanjutkan fokus pengenmaban bisnis korpotasoi bagi perusahaan top tier di industrinya,” papar Novita.

Langkah awal untuk memaksimalkan penyaluran kredit pada 2022 telah dilakukan BNI dengan memperkuat aspek permodalan. Pada September 2021, BNI menerbitkan US$600 juta perpetual bond dengan catatan 2,7 kali oversubscribed yang dapat dikategorikan sebagai tambahan modal inti utama bagi BNI.

Dengan adanya penerbitan Additional Tier-1 (AT-1) ini, modal inti BNI naik 140 basis point. Sehingga rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Tier 1 BNI per September 2021 meningkat menjadi masing-masing 19,9% dan 17,8%. Angka ini mendekati bank lain yang masuk kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV.

Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit di seluruh segmen BNI pada kuartal III-2021 menyentuh 3,7% yoy atau di atas rata-rata industri yang sebesar 2,2% yoy. Adapun nilai kredit yang telah dikucurkan mencapai Rp570,64 triliun atau membaik dibandingkan capaian kuartal III-2020 yang sebesar Rp550,07 triliun.

Adapun total aset ikut naik, dari 891,34 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp919,45 triliun pada kuartal III-2021. Novita mengakui penyaluran kredit di BNI sempat mengalami gangguan sebagai imbas dari meningkatnya kasus COVID-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai Juli lalu. Kendati demikian, aktivitas ekonomi yang menggeliat kembali membuat penyaluran kredit berangsur normal mulai September 2021.

“Di kuartal III-2021 ini diwarnai oleh adanya lonjakan kasus COVID-19 dan PPKM. Tapi kami masih mampu mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri,” jelas Novita.

Dari sisi profitabilitas, emiten pelat merah ini mencatatkan peningkatan kinerja keuangan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan laba bersih signifikan 79,33% year on year (yoy) pada kuartal III-2021. Laba bersih emiten bersandi BBNI ini merangkak naik dari Rp4,32 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp7,75 triliun pada kuartal III-2021.

Padahal, pendapatan BNI mengalami kontraksi pada sembilan bulan pertama 2021. Hal ini tampak dari pendapatan bunga BNI yang turun dari Rp42,03 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp37,52 triliun pada kuartal III-2021.

Meski begitu, efisiensi menyelamatkan BNI, sebagaimana dilihat dari beban bunga yang turun menjadi Rp8,6 triliun dari sebelumnya Rp14,6 triliun. Profitabilitas BNI mengalami perbaikan dengan mencatatkan penurunan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 88,99% pada kuartal III-2020 menjadi 80,47% pada kuartal III-2021.

“Pertumbuhan laba ini juga utamanya berasal dari pertumbuhan fee based income 16,8% yoy dan net interest income 17,6% secara yoy,” ujar Direktur Utama (Dirut) BNI Royke Tumilaar dalam kesempatan yang sama.