<p>Transaksi digital Bank BNI. / Facebook @BNI</p>
Perbankan

BNI Kurangi Eksposur Kredit UMKM untuk Menjaga Kualitas Aset

  • Laba bersih BNI selama periode ini mengalami peningkatan sebesar 4% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp10,7 triliun.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI/BBNI) menghadapi tantangan pengetatan likuiditas sehingga Perseroan pun harus berupaya menjaga kualitas aset dengan mengurangi porsi penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). 

Laba bersih BNI selama periode ini mengalami peningkatan sebesar 4% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp10,7 triliun. Pertumbuhan ini sedikit di bawah ekspektasi, karena hanya mencapai 48% dari estimasi konsensus untuk tahun 2024.

Rahmanto Tyas Raharja, Lead Investment Analyst Stockbit, menyoroti beberapa faktor utama yang mendukung kinerja BNI pada kuartal kedua 2024 (2Q24), yaitu pertumbuhan kredit yang kuat meskipun terjadi pengetatan likuiditas, stabilitas Net Interest Margin (NIM), dan credit cost yang tetap terjaga. 

"Manajemen BBNI juga melakukan revisi terhadap guidance pertumbuhan kredit dan credit cost (CoC), namun merevisi turun proyeksi NIM," ujar Rahmanto dikutip dari hasil risetnya, Jumat, 23 Agustus 2024.

Pertumbuhan Kredit Menguat, Likuiditas Mengetat

Pertumbuhan kredit BNI pada 2Q24 mencapai 11,7% yoy, meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 9,6% yoy. 

Angka ini juga melampaui proyeksi awal manajemen yang berada di kisaran 9-11% yoy. "Manajemen BBNI optimis dengan pertumbuhan kredit yang kuat ini, sehingga mereka menaikkan target pertumbuhan kredit untuk tahun 2024 menjadi 10-12%," kata Rahmanto.

Segmen korporasi dan konsumer menjadi pendorong utama peningkatan kredit BNI pada 2Q24. Namun, BNI memilih untuk mengurangi ekspansi kredit pada segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) guna fokus pada peningkatan kualitas aset. 

Hal ini tercermin dari penurunan kredit segmen UMKM sebesar 11,2% yoy. Di sisi lain, Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BNI naik menjadi 94% pada 2Q24, seiring pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hanya naik 1% yoy dan turun 1% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq).

Rahmanto juga mencatat bahwa BNI berencana meningkatkan DPK dengan meluncurkan aplikasi mobile banking terbaru bernama Wondr. Pengembangan aplikasi ini memerlukan belanja modal sekitar Rp1,6 triliun.

Baca Juga: UMKM Kini Bisa Pinjam dari Fintech Modalku untuk Belanja di LOTTE Grosir

Revisi Target NIM

NIM BNI pada 2Q24 dan 1H24 tercatat stabil di level 4%, sedikit lebih rendah dari target awal manajemen yang menargetkan NIM di atas 4,5%. 

Stabilitas NIM pada 2Q24 didukung oleh penurunan cost of fund (CoF) sebesar 7 basis poin secara kuartalan, meskipun terjadi peningkatan pada Time Deposit (TD). 

Loan yield yang stabil di semua segmen juga menjadi faktor pendukung, meskipun loan yield pada segmen korporasi mengalami penurunan tipis secara qoq karena peningkatan porsi kredit dalam denominasi dolar AS.

Credit Cost Tetap Terjaga

Pada 2Q24 dan 1H24, BNI berhasil menjaga CoC di level 1%, lebih baik dari target awal yang berada di bawah 1,4%. 

"CoC yang stabil ini berdampak pada penurunan beban provisi BNI selama 1H24 sebesar 22,2% yoy," ungkap Rahmanto. Manajemen BNI pun telah merevisi naik target CoC untuk tahun 2024 menjadi sekitar 1%.

Secara keseluruhan, Rahmanto menilai kinerja BNI pada 2Q24 sebagai performa yang positif, meskipun terdapat beberapa tantangan seperti pengetatan likuiditas dan penurunan target NIM. 

Namun, pertumbuhan kredit yang kuat dan pengelolaan CoC yang baik menunjukkan bahwa BNI berada di jalur yang tepat untuk mencapai targetnya pada tahun 2024.