BNI Enggan bertransformasi menjadi Bank Digital.
Perbankan

BNI Pede 2 Program Prabowo Ini Bikin Kredit Moncer

  • Royke Tumilaar menyampaikan bahwa program hilirisasi yang diusung Presiden Prabowo bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk atau komoditas di dalam negeri, yang diharapkan dapat memberikan dampak signifikan pada sektor perbankan.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI/BBNI) optimis terhadap masa depan sektor perbankan di Indonesia berkat program pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, dan Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, mengungkapkan bahwa program prioritas seperti hilirisasi industri dan ketahanan pangan diperkirakan akan mendukung pertumbuhan kredit dan kinerja keuangan BNI secara keseluruhan.

Program Hilirisasi dan Ketahanan Pangan Menjadi Peluang

Royke Tumilaar menyampaikan bahwa program hilirisasi yang diusung Presiden Prabowo bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk atau komoditas di dalam negeri, yang diharapkan dapat memberikan dampak signifikan pada sektor perbankan. 

Menurutnya, hilirisasi akan menciptakan kebutuhan modal yang tinggi bagi perusahaan yang memerlukan pendanaan untuk membangun infrastruktur hilirisasi, sehingga bank-bank, termasuk BNI, memiliki peluang untuk menyalurkan lebih banyak pembiayaan.

“Kami yakin program-program utama ini, termasuk hilirisasi dan ketahanan pangan, akan mendukung kinerja sektor perbankan. Banyak perusahaan membutuhkan modal untuk mengembangkan proyek-proyek ini, dan BNI siap untuk menyediakan pembiayaan yang dibutuhkan,” kata Royke dalam konferensi pers Paparan Kinerja Kuartal III-2024 BNI di Jakarta pada akhir pekan lalu.

Pertumbuhan Kredit BNI Didukung Segmen Korporasi dan Konsumer

Selain itu, Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, menyatakan bahwa BNI optimis dapat mencapai target pertumbuhan kredit antara 10% hingga 12% pada akhir 2024.

Fokus utama BNI adalah pada dua segmen utama, yaitu segmen korporasi dan konsumer. Menurut Novita, kedua segmen ini dinilai sebagai segmen bisnis yang sehat, yang dapat menunjang pertumbuhan kredit secara berkelanjutan.

"Kami juga memperkuat peran anak perusahaan BNI dengan manajemen likuiditas yang baik. Hal ini memberikan keyakinan bahwa target pertumbuhan kredit di kisaran 10%-12% di akhir 2024 dapat tercapai," ungkap Novita dalam kesempatan yang sama. 

Dia menambahkan, prospek pertumbuhan kredit yang positif didukung oleh proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang sejalan dengan visi pemerintah baru, yang fokus pada hilirisasi, ketahanan energi, ketahanan pangan, serta dukungan terhadap sektor perumahan. 

"Dengan berlanjutnya tren ini, di tahun 2025 kami memproyeksikan pertumbuhan kredit yang lebih baik dibandingkan tahun ini," katanya.

Pemulihan Ekonomi Nasional Dukung Kinerja Keuangan BNI

Pemulihan ekonomi nasional yang stabil, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% hingga kuartal III-2024, telah berkontribusi pada peningkatan kinerja BNI. 

Kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin pada September 2024 diproyeksikan akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan kredit pada kuartal IV-2024 hingga 2025.

Royke menyampaikan bahwa peningkatan kinerja keuangan BNI pada kuartal III-2024 membuatnya optimistis untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Pada periode sembilan bulan yang berakhir September 2024, laba bersih BNI mencapai Rp16,3 triliun. Laba ini didorong oleh pemulihan pendapatan operasional serta kualitas aset yang tetap terjaga.

Baca Juga: Masyarakat Banyak Utang, Tabungan Bank Ditaksir Melambat Akhir Tahun

Fokus pada Transformasi Digital dan Jaringan Cabang

Untuk menjaga momentum pertumbuhan, BNI terus melakukan transformasi struktural di bidang pendanaan. Pada tahun 2024, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI terutama berasal dari peningkatan tabungan ritel, yang merupakan hasil dari program transformasi struktur pendanaan. 

Hal ini berdampak pada perbaikan Cost of Fund (CoF) BNI dan tercermin pada rasio Net Interest Margin (NIM) kuartal III-2024.

Salah satu program utama yang mendukung transformasi ini adalah digitalisasi melalui aplikasi terbaru, "wondr by BNI." Aplikasi ini membantu memperkuat layanan perbankan digital dan meningkatkan daya saing BNI di era digitalisasi. Selain itu, BNI juga melakukan transformasi jaringan cabangnya dengan lebih berfokus pada budaya penjualan (sales culture).

Kinerja Solid Segmen Korporasi dan Konsumer

Penyaluran kredit BNI tumbuh sebesar 9,5% yoy menjadi Rp735 triliun hingga September 2024, didorong oleh segmen korporasi yang mencatat kenaikan sebesar 15,1% yoy menjadi Rp409,2 triliun. 

Segmen konsumer pun mengalami pertumbuhan positif dengan peningkatan 14,6% yoy menjadi Rp137 triliun. Produk kredit personal (payroll) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi pendorong utama pertumbuhan di segmen konsumer.

Untuk segmen menengah dan kecil, BNI fokus memperbaiki proses credit underwriting sehingga kedua segmen ini diharapkan siap berkontribusi sebagai diversifikasi pertumbuhan kredit pada tahun mendatang. 

"Kami akan terus menjaga keseimbangan pertumbuhan kredit di berbagai segmen untuk memperkuat struktur pendanaan yang sehat," ungkap Novita.

Sinergi Anak Usaha Sebagai Mesin Pertumbuhan Baru

Anak perusahaan BNI, seperti BNI Finance, juga telah menjadi salah satu mesin pertumbuhan baru bagi perseroan. Salah satu kolaborasi strategis adalah pembiayaan bersama (joint financing) antara BNI dan BNI Finance untuk meningkatkan kredit segmen consumer, khususnya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

"Kerja sama ini telah menghasilkan pertumbuhan yang baik, dengan penyaluran KKB mencapai Rp1 triliun hingga September 2024, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini sejalan dengan strategi BNI untuk memperkuat sinergi antar anggota Grup BNI," jelas Novita.

Kualitas Aset Tetap Terjaga

Dengan akselerasi penyaluran kredit pada segmen-segmen berisiko rendah, BNI berhasil menjaga kualitas asetnya. Rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) berhasil dipertahankan pada level 2% pada kuartal III-2024, sedangkan kredit berisiko atau Loan at Risk (LaR) membaik menjadi 11,8%. Ini membantu BNI menjaga Cost of Credit (CoC) pada angka 1%. Selain itu, beban provisi BNI menurun sebesar 19,7% yoy menjadi Rp5,4 triliun, menunjukkan keberhasilan BNI dalam menjaga kualitas asetnya.

Pertumbuhan CASA (giro dan tabungan) yang mencapai 5,5% yoy per September 2024, terutama didukung oleh pertumbuhan tabungan sebesar 7,4% yoy, turut memperkuat penyaluran kredit BNI yang sehat. Hal ini juga menjadi salah satu faktor utama yang menjaga stabilitas biaya dana bagi BNI.

Prospek Positif untuk Masa Depan

Dengan dukungan program pemerintah dan fokus pada segmen-segmen utama yang strategis, BNI optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan positif di tahun-tahun mendatang. 

Royke menyatakan, “Transformasi bisnis yang konsisten memperkuat fundamental BNI, sehingga memungkinkan kami menangkap peluang untuk mempercepat pertumbuhan.”

Melihat tren pertumbuhan kredit yang kuat dan berbagai inisiatif strategis yang tengah dijalankan, BNI berharap bisa terus berkontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional, sekaligus memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan.