BNI Siap Bentuk Bank Digital, Sea Group Jadi Partner?
- Aksi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengakuisisi bank mini memasuki babak baru.
Korporasi
JAKARTA - Aksi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengakuisisi bank mini untuk membentuk bank digital kini memasuki babak baru.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengakui emiten pelat merah ini telah mencapai kesepakatan awal dengan bank mini tersebut. Dengan begitu, pengembangan bank digital ini bisa lebih cepat dan efektif.
Meski demikian, Royke belum mau menyebutkan partner kerja sama untuk membentuk ekosistem bank digital tersebut.
“Demi menjaga kinerja BNI yang sustainable, kami tengah berkolaborasi dengan partner yang memiliki kapabilitas teknologi, bank kategori BUKU I-II sebagai pemilik ekosistem dan BNI itu sendiri. Jadi ada tiga pihak di sini,” papar Royke dalam paparan publik virtual, Senin, 25 Oktober 2021.
- Naik Lagi, Defisit APBN Tembus Rp452 Triliun per September 2021
- Adaptasi Kebiasaan WFH, Triniti Land Luncurkan Hunian Berkonsep Kreatif di Serpong
- Tolak Opsi Pailit, Serikat Pekerja Garuda Indonesia Kirim Proposal ke Jokowi
Sebelumnya, beredar kabar BNI akan menggandeng induk usaha Shopee, Sea Group Ltd dalam pengembangan bank digital ini. Kendati demikian, Royke engga membuka nama perusahaan teknologi yang diutus untuk memperkokoh digitalisasi di BNI Group.
Royke bilang perseroan juga telah menyiapkan dana untuk proses akuisisi bank mini tersebut. Dirinya menyebut akan membidik bank yang saat ini memiliki modal inti kurang dari Rp3 triliun.
“Alokasi dana, sudah masuk di RBB (Rencana Bisnis BNI) 2021 termasuk penganggaran dana akuisisi target idealnya BUKU I-II . Kami akan pastikan memiliki valuasi yang wajar,” jelas Royke.
Aspek permodalan BNI sebelumnya telah diperkuat dengan menerbitkan penerbitan BNI Additional Tier 1 Perpetual Non-Cumulative Capital Securities atau Efek Modal AT-1 kepada investor asing.
BNI menyasar dana hingga US$600 juta atau setara Rp8,5 triliun (asumsi kurs Rp14.258,50 per dolar Amerika Serikat). Penerbitan AT-1 ini tercatat alami oversubscribed hingga 2,7 kali.
Penerbitan ini merupakan yang pertama dilakukan oleh perbankan di Indonesia. Dengan adanya penerbitan AT-1 ini, modal inti BNI naik 140 basis point sehingga rasio CAR dan Tier 1 BNI per September 2021 meningkat menjadi masing-masing 19,9% dan 17,8%, sudah mendekati rasio bank berdasarkan Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV lainnya.
Berbeda dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melalui PT Bank Raya Tbk (AGRO) yang membidik segmen konsumer sebagai target market bank digital, BNI justru akan fokus menggenjot intermediasi di segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Maka dari itu, Royke bilang calon anak usaha tersebut harus memiliki ekosistem digital serta karakteristik yang mumpuni untuk menyasar pelaku UMKM.
“Selain melakukan digitalisasi pada bisnis eksisting, dengan memiliki anak perusahaan yang fokus sebagai bank digital. Anak usaha bank digital ini kami fokuskan untuk menggarap segmen UMKM, harapannya karena dia digital, jangkauan debiturnya bisa jadi lebih luas,” papar Royke.
Di tengah gonjang-ganjing akuisisi ini, BNI secara konsolidasi mencatatkan kinerja keuangan positif pada kuartal III-2021. Hal ini tercermin dari pertumbuhan laba bersih signifikan 79,33% year on year (yoy) pada kuartal III-2021. Laba bersih emiten bersandi BBNI ini merangkak naik dari Rp4,32 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp7,75 triliun pada kuartal III-2021.
Padahal, pendapatan BNI mengalami kontraksi pada sembilan bulan pertama 2021. Hal ini tampak dari pendapatan bunga BNI yang turun dari Rp42,03 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp37,52 triliun pada kuartal III-2021.
Meski begitu, efisiensi menyelamatkan BNI, sebagaimana dilihat dari beban bunga yang turun menjadi Rp8,6 triliun dari sebelumnya Rp14,6 triliun. Profitabilitas BNI mengalami perbaikan dengan mencatatkan penurunan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 88,99% pada kuartal III-2020 menjadi 80,47% pada kuartal III-2021.
“Pertumbuhan laba ini juga utamanya berasal dari pertumbuhan fee based income 16,8% yoy dan net interest income 17,6% secara yoy,” ujar Royke.
Kinerja intermediasi BBNI tercatat stabil dengan capaian pertumbuhan 3,17% yoy atau lebih tinggi dibandingkan industri yang sebesar 2,2% yoy. Adapun total aset ikut naik dari 891,34 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp919,45 triliun pada kuartal III-2021.