<p>Presiden Direktur PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), Tri Boewono (kiri) bersama dengan Komisaris MDKA Garibaldi Thohir (tengah) dan Komisaris Independen MDKA M. Munir (kanan) di sela Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST dan RUPSLB) di Jakarta, Rabu, 29 Juli 2020. MDKA mencatatkan kinerja gemilang pada 2019 dengan diselesaikannya proyek ekspansi oksida di Tambang Emas Tujuh Bukit serta produksi emas dan perak perusahaan melampaui target 2019 dibandingkan dari tahun sebelumnya. Dalam RUPSLB hari ini, para pemegang saham MDKA menyepakati untuk melakukan pembelian kembali saham atau _buyback_ sebanyak-banyaknya 2% saham dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan dengan alokasi dana maksimal Rp 568 miliar dilaksanakan secara bertahap sampai paling lama 18 bulan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Korporasi

Bocoran MDKA Soal Lapkeu Kuartal III-2024 dan Proyek Emas Pani, Ini Prospek Sahamnya

  • MDKA memberikan bocoran mengenai kinerja keuangan kuartal III-2024 yang positif. Selain itu, perusahaan juga mengungkapkan rencana pengembangan Proyek Emas Pani di Gorontalo yang akan rampung pada 2025.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten pertambangan emas dan tembaga PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) memberikan pembaruan terkait rilis kinerja keuangan kuartal III-2024 dan rencana pengembangan proyek emas Pani di Gorontalo, Sulawesi. Lantas bagaimana target sahamnya?

GM Corporate Communication MDKA, Tom Malik, menyatakan hasil laporan kuartal III-2024 cukup positif, baik untuk MDKA maupun anak usahanya, yang bergerak di bidang tambang nikel PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA). 

Tom bilang rilis laporan keuangan akan dirilis “Jika tidak ada perubahan, laporan akan dirilis pada hari Rabu, jadi tunggu seminggu lagi,” ujar Tom kepada wartawan di Jakarta, pada Senin, 16 Desember 2024. 

Sebagai informasi, pada semester I-2024, MDKA sukses mencatatkan kerugian sebesar US$12,5 juta atau sekitar Rp189,21 miliar pada semester I 2024, turun dari kerugian US$49,21 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Meski rugi, pendapatan usaha MDKA melonjak 110,33% menjadi US$1,09 miliar atau sekitar Rp16,55 triliun, didorong oleh penjualan emas, perak, katoda tembaga, serta produk turunan nikel. Pendapatan domestik tercatat US$665,85 juta dan ekspor US$430 juta, keduanya mengalami lonjakan signifikan dibandingkan semester I 2023.

Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok MDKA juga meningkat 112,06% menjadi US$1 miliar atau sekitar Rp15,21 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$473,89 juta. 

Kenaikan beban ini terutama dipengaruhi oleh biaya pengolahan yang melonjak menjadi US$750,15 juta, yang merupakan komponen terbesar dalam beban pokok. Selain itu, ada juga peningkatan biaya pertambangan dan biaya penyusutan yang turut mendorong lonjakan beban operasional MDKA pada semester I-2024.

Proyek Emas Pani

Sementara itu, Chief External Affairs MDKA, Boyke Poerbaya Abidin, menargetkan proyek pengembangan emas primer terbesar di Indonesia, yaitu Proyek Emas Pani di Provinsi Gorontalo, Sulawesi, akan rampung pada akhir 2025, dengan produksi ditargetkan dimulai pada awal 2026.

"Proyek ini ditargetkan menghasilkan 300 ribu ounce emas per tahun. Sumber daya tambang ini mencapai sekitar 6,9 juta ounce, yang setara dengan kapasitas produksi perusahaan tambang skala menengah besar," kata Boyke kemarin. 

Pada puncak produksinya, tambang ini diperkirakan dapat menghasilkan hingga 500.000 ounce emas per tahun. “Proyek tahap awal akan dimulai dengan pengolahan heap leach untuk produksi awal emas, yang kemudian akan berkembang dengan metode pengolahan carbon-in-leach (CIL),” jelasnya. 

Ia menambahkan bahwa oengolahan emas dengan metode heap leach direncanakan dimulai pada akhir 2025, dan produksi emas pertama ditargetkan pada awal 2026. Sejalan dengan rencana pembangunan ini,  perusahaan juga akan membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar tambang. 

Prospek Saham MDKA

Dari lantai bursa, saham MDKA pada perdagangan kemarin, ditutup melemah 1,30% ke level Rp1.900 per saham. Sementara itu, jika diukur secara year to date saham ini masih tertekan dengan 29,37%

Kendati begitu, seiring kenaikan harga tembaga sebesar 1,1% dalam lima hari perdagangan terakhir, mencapai US$9.055 per ton, didorong oleh kebijakan stimulus ekonomi China dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed bakal menguntungkan perseroan. 

Analis Samuel Sekuritas, Farras Farhan, mencatat bahwa produksi batang tembaga katoda di China pada November 2024 mencapai 932 ribu ton, naik 8,76% dibandingkan tahun sebelumnya, berkat permintaan dari industri kabel dan kawat di China Selatan. 

“Pengiriman tembaga foil untuk baterai juga meningkat 1,85% menjadi 52.700 ton, didorong oleh permintaan dari sektor otomotif dan penyimpanan energi,” jelasnya dalam riset pada Senin, 16 Desember 2024.

Ia juga bilang bahwa produksi foil tembaga secara keseluruhan turun sedikit menjadi 95.300 ton, tetapi tetap tinggi berkat permintaan ekspor, terutama dari sektor baterai lithium, yang naik 0,94% menjadi 60.900 ton. 

Tak ayal, Samuel Sekuritas pun mempertahankan proyeksi harga tembaga rata-rata 2024 sebesar US$9.150 per ton dan untuk 2025 sebesar US$9.100 per ton, serta merekomendasikan saham MDKA dengan target harga Rp3.000 per saham.