Ilustrasi pergerakan IHSG di pasar modal. Infografis: Deva Satria/TrenAsia
Pasar Modal

Booming Batu Bara, Mirae Ramal IHSG Pecah Rekor Tahun Ini

  • Rekor IHSG tahun ini masih dicatatkan pada 13 Januari 2021, yang berada pada level 6.435. Pada perdagangan kemarin, indeks saham domestik meroket hingga 2,06% dan nyaris mencetak rekor baru.
Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Sejumlah harga komoditas telah melonjak signifikan dalam beberapa waktu belakangan. Hal ini dipercaya dapat mengerek tren bullish pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga menembus rekor tertinggi pada tahun ini.

Bullish berawal dari kata bull yang artinya Banteng. Bullish adalah suatu kondisi saat pasar saham sedang mengalami tren naik atau menguat. Sebaliknya, bearish berawal dari kata bear. Bearish adalah suatu kondisi ketika pasar saham sedang mengalami tren turun atau melemah. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Martha Christina memperkirakan IHSG dapat merangkak ke atas level 6.441 pada Oktober 2021. Selain naiknya harga komoditas terutama batu bara, faktor pemulihan ekonomi dan meredanya COVID-19 disinyalir dapat dapat meningkatkan optimisme pasar.

“Memasuki kuartal IV-2021, IHSG berada di zona hijau dan siap untuk memecahkan rekor tertinggi di tahun ini. Pada Oktober, secara teknikal IHSG akan menguji support di level 6.202 - 6.286 dan resistance di kisaran 6.441,” ujarnya dalam webinar, Kamis, 7 Oktober 2021.

Sebagai catatan, rekor IHSG tahun ini masih dicatatkan pada 13 Januari 2021, yang berada pada level 6.435. Pada perdagangan kemarin, indeks saham domestik meroket hingga 2,06% dan nyaris mencetak rekor baru. Penguatan tersebut membuat IHSG ditutup pada 6.417. 

Martha mengatakan pasca-membukukan penguatan 2,2% di bulan September, bulan ini IHSG dapat melanjutkan penguatan karena peningkatan mobilitas masyarakat dan semakin mempercepat pergerakan roda perekonomian.

Di tengah optimisme tersebut, Martha bersama Tim Investment Information Mirae Asset Sekuritas turut merekomendasikan tiga sektor saham utama, yaitu energi, barang konsumen primer, dan perbankan.

Untuk sektor energi, saham yang menjadi pilihan adalah ITMG, PTBA, ADRO, dan PGAS. Lalu dari sektor konsumen primer, pilihan sahamnya adalah LSIP, AALI, dan SSMS bersama dengan BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI untuk sektor perbankan.

“Kami menilai saham komoditas energi dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih atraktif, mengingat harga komoditasnya yang terus meningkat dan ekspektasi laporan keuangan kuartal III-2021 yang positif. Begitu juga dengan sektor perbankan, yang berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama menilai naiknya harga komoditas dunia seperti harga minyak mentah, batu bara, CPO, timah, maupun gas alam baru-baru ini turut didorong naiknya permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi.

IMF, World Bank, maupun OECD, lanjutnya, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2021 masing-masing 6%, 5,6% dan 5,7%, seiring dengan komitmen berbagai negara dalam meningkatkan stimulus fiskal dan moneter sekaligus program akselerasi vaksinasi.

Di sisi lain, kata dia, seiring dengan perbaikan ekonomi global, potensi naiknya suku bunga acuan AS pada tahun depan pun diprediksi lebih besar, yaitu ketika sebanyak 9 anggota FOMC memilih untuk menaikkan suku bunga acuan setidaknya satu kali terhadap suku bunga acuan AS pada tahun depan.

Dalam “Dot Plot” terbaru yang dirilis bank sentral AS atau The Fed tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan Dot Plot Juni 2021, di mana proyeksi median anggota FOMC menunjukkan tidak ada kenaikan suku bunga acuan hingga 2023.