<p>Mitra Driver Gojek menunggu customer di dekat logo Bank Jago di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa, 16 Februari 2021. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Fintech

Booming Tren Daring (Serial 2): Mendadak Kaya Gara-Gara Ekonomi Digital

  • Laporan khusus analisis ekonomi digital yang telah mengantarkan anak muda menjadi konglomerat baru di Indonesia dan dunia lewat unicorn, bank digital, hingga media sosial. Simak selengkapnya dalam laporan serial.

Fintech
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Paradigma bisnis pada abad 21 mulai bergeser ke era digitalisasi sejalan dengan perkembangan teknologi yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini memantik pertumbuhan ekonomi digital secara global.

Sejalan dengan hal tersebut, berbagai perusahaan rintisan berbasis teknologi atau biasa disebut start up mulai menjamur di seluruh dunia. Dalam proses bisnisnya, mereka biasa menawarkan solusi nyata bagi masyarakat dengan fokus utama mencari pertumbuhan.

Sebagai contoh, kehadiran PT Aplikasi Karya Anak Bangsa lewat Gojek dianggap memahami permasalahan masyarakat akan kebutuhan transportasi yang efisien. Tingkah laku dan kebiasaan masyarakat juga menjadi potensi bisnis bagi perusahaan seperti Gojek.

Kemudian di sektor perdagangan, lahirnya e-commerce seperti Tokopedia turut mengubah perilaku pasar saat ini. Pasalnya, kemudahan yang ditawarkan membuat masyarakat tersihir. Tidak hanya konsumen yang diuntungkan, penjual pun dapat melebarkan pangsa pasarnya.

Selain itu, kehadiran financial technology (fintech) juga membuat dampak yang cukup besar bagi industri perbankan. Tengok saja, saat ini telah banyak layanan keuangan berbasis teknologi, mulai dari sistem pembayaran hingga pinjaman berbasis daring.

Tak sampai di situ, perusahaan start up turut melahirkan banyak konglomerat baru di dalam dan luar negeri, sejalan dengan kesuksesan perusahaan yang dirintasnya. Nah, kali ini TrenAsia.com akan mengulas beberapa orang yang “mendadaktajir melalui ekonomi digital.

Mark Zuckerberg
Pendiri media sosial Facebook Mark Zuckerberg / Facebook @zuck

Siapa yang tak kenal nama ini. Mark Zuckerberg adalah pendiri situs jejaring sosial Facebook. Berdasarkan data terakhir yang dirilis Forbes, nilai kekayaannya saat ini mencapai US$126,2 miliar atau setara Rp1,81 kuadraliun (kurs Rp14.350 per dolar AS) dan menempatkannya sebagai orang terkaya ke-4 seantero jagat raya.

Facebook sendiri merupakan salah satu perusahaan paling berharga di dunia dengan valuasi sekitar Rp14,48 kuadraliun. WhatsApp dan Instagram menjadi platform yang tergabung di bawah grup Facebook.

Platform Facebook pertama kali lahir pada 4 Februari 2004 di sebuah kamar asrama kampus Harvard, tempat Mark kuliah. Pada awalnya, Facebook hanya digunakan oleh kalangan mahasiswa Harvard untuk mengetahui profil masyarakat kampus.

Namun, tak ada yang menyangka ketika popularitas Facebook meroket. Hanya dalam waktu sebulan setelah dirilis, setengah populasi mahasiswa Harvard mendaftar menjadi pengguna Facebook. Setahun kemudian, Facebook mulai digunakan di kampus lain di Negeri Paman Sam.

Tak butuh waktu lama, Facebook telah memiliki enam juta pengguna pada akhir tahun 2005. Lalu, pada tahun-tahun selanjutnya, Facebook berhasil mendunia dan menghantarkan Mark menjadi pemuda terkaya di dunia.

Jack Ma
Perusahaan afiliasi Alibaba milik konglomerat Jack Ma, Ant Group, segera IPO dengan nilai tertinggi sepanjang masa / Reuters

Nama satu ini juga cukup dikenal oleh warga dunia. Jack Ma dapat dikatakan sebagai konglomerat yang menginspirasi banyak orang. Pernah menjadi orang paling tajir di China dan salah satu yang terkaya di dunia, Jack Ma terlahir dari keluarga yang sederhana dan bahkan tergolong miskin.

Ia juga bukan tergolong orang yang pintar. Selama hidupnya, setidaknya ia pernah dua kali tidak lulus ujian sekolah dasar, tiga kali tidak lulus ujian sekolah menengah, dan dua kali tidak lulus ujian universitas.

Begitu pun pada perjalan kariernya, Jack Ma sempat 30 kali ditolak saat melamar bekerja. Yang tak kalah menyedihkan, saat ia melamar pekerjaan pada sebuah gerai makanan cepat saji KFC bersama 23 orang lainnya, hanya ia yang tidak diterima.

Setelah sempat menjadi guru Bahasa Inggris dengan bayaran minim, ia mulai mempelajari dan menunjukkan ketertarikannya dengan internet. Pada 1995, ia melihat celah bisnis dan mulai membuat website sederhana yang menyediakan informasi seputar China.

Baru lah pada April 1999, ia mendirikan Alibaba setelah sempat membangun bisnis pembuatan website Bernama China Yellow Pages. Sebagai e-commerce dengan konsep B2B (business to business), Alibaba sangat diminati warga China pada saat itu.

Pada 2003, Alibaba mulai mendunia dengan menggandeng International TrustPass. Pada tahun-tahun berikutnya, Alibaba melebarkan sayap bisnis dengan merilis platform teknologi finansial, Ant Financial dan menjadikannya salah satu perusahaan paling berharga di dunia. Melansir data Forbes, kekayaan Jack Ma sebesar Rp806,2 triliun pada Januari 2021.

William Tanuwijaya
Kolaborasi dua perusahaan Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo Group dipimpin oleh salah satu CEO Gojek, Andre Soelistyo. Pendiri dan CEO Tokopedia, William Tanuwijaya (kanan) masih akan menakhodai startup unicorn e-commerce itu. / Dok. GoTo Group

Tak hanya di luar negeri, di Indonesia juga terdapat beberapa konglomerat baru yang sukses menjalankan bisnis digital. Salah satunya adalah pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya. Ia diketahui memiliki kekayaan sekitar Rp4,95 triliun.

Awal mula lahirnya e-commerce dengan warna khas hijau ini bermula saat William merantau ke Jakarta untuk kuliah. Pada saat itu, ia melihat adanya ketimpangan yang mencolok antara Jakarta dengan kota kelahirannya Pematang Siantar, Sumatra Utara, terutama dalam hal perbedaan harga jual barang.

Sembari menjalankan pendidikannya di Universitas Bina Nusantara, ia sempat mencari pekerjaan sampingan sebagai penjaga warung internet (warnet). Hal ini diakibatkan ayahnya yang jatuh sakit dan mengharuskannya mencari penghasilan tambahan di Ibu Kota.

Empat tahun setelah lulus kuliah, ia melihat peluang untuk mendirikan Tokopedia. Ia mengaku terinspirasi dari perusahaan-perusahaan rintisan berbasis teknologi yang berada di Silicon Valley. Dari situ, berbagai tantangan untuk membangun Tokopedia mulai dirasakan.

Melalui rekanan bos di tempatnya bekerja saat itu, ia diperkenalkan oleh seorang investor. Bukan dana segar yang di dapat, melainkan ucapan yang merendahkan. Investor itu mengatakan bahwa mimpi William terlalu berlebihan.

Namun, ia pantang menyerah hingga pada akhirnya di tahun 2009, mantan bosnya memberikan pinjaman modal pertama untuk mendirikan platform impiannya, Tokopedia. Dengan berbagai rintangan lainnya, akhirnya Tokopedia bisa sebesar ini dan berhasil menyandang status unicorn pada tahun 2017.

Teranyar, Tokopedia menyelenggarakan merger bersama PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek. Entitas gabungan usaha itu bernama GoTo yang juga dikabarkan segera melantai di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Achmad Zaky
Pendiri e-commerce Bukalapak Achmad Zaky dan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin / Dok. Bukalapak

Konglomerat “dadakan” Tanah Air selanjutnya adalah pendiri Bukalapak, Achmad Zaky. Pria kelahiran Sragen 35 tahun silam itu mendirikan Bukalapak pada tahun 2010 bersama rekannya, Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono.

Achmad Zaky diprediksi bakal jadi triliuner muda Indonesia setelah Bukalapak sukses menyelenggarakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Agustus 2021. Kekayaan Zaky diperkirakan bakal menyentuh Rp3,78 triliun setelah IPO nanti.

Adapun tujuan Zaky dalam mendirikan Bukalapak adalah untuk memberi wadah bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia. Melalui perusahaan all commerce ini, Zaky telah membantu jutaan mitra warung yang tersebar di seluruh Bumi Pertiwi.

Terdapat berbagai investor kakap yang masuk ke dalam jajaran pemegang saham Bukalapak, mulai dari anak usaha PT Kreatif Media Karya yang merupakan anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) milik konglomerat Eddy Kusnadi Sariaatmadja, Naver Corporation, hingga Microsoft.

Jerry Ng
Komisaris Utama PT Bank Jago Tbk (ARTO) Jerry Ng / Dok. Bank Jago

Tak cuma bisnis e-commerce, belakangan ini perbankan digital turut membawa Jerry Ng menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Ia menempati posisi ke delapan dalam jajaran ‘Crazy Rich Indonesia‘ sekaligus ke-1.223 di dunia per 29 April 2021.

Per tanggal tersebut, kekayaannya mencapai US$2,7 miliar atau setara Rp39 triliun (asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS). Ia mendapatkan cuan sebesar itu setelah menjadi pemilik bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan kepemilikan saham sebanyak 13,35%.

Pada April 2020, Bank Jago merampungkan pelaksanaan penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue dengan target pendanaan Rp1,34 triliun. Dari aksi tersebut, Jerry menambah jumlah kepemilikan saham di ARTO dengan membeli di harga Rp139 per lembar saham.

Rinciannya, Ia membeli 3.633.225.000 lembar saham ARTO di harga Rp139 per saham. Dari aksi korporasi tersebut, ARTO naik kelas masuk kelompok Bank BUKU II dengan tambahan dana segar Rp1,3 triliun.

Tak sampai di situ, Bank Jago kembali mengadakan rights issue jilid dua. Jerry kembali mengeksekusi haknya sehingga kepemilikannya bertambah dari 4.087.378.125, menjadi 4.129.978.125 saham. Dengan transaksi itu, ARTO kembali naik kelas menjadi Bank BUKU III.

Sejak saat itu, saham ARTO meroket ribuan persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya dengan tercatatnya berbagai investor kakap yang masuk menjadi pemegang saham Bank Jago.

Pertama, PT Dompet Karya Anak Bangsa (GoPay) membeli saham ARTO pada 18 Desember 2020 di harga Rp 1.150 per saham. Dompet Karya Anak Bangsa tak lain merupakan anak usaha Gojek.

Kemudian, lembaga pengelola dana pemerintah Singapura, GIC Private Limited juga ikut menanamkan modalnya di ARTO sekaligus menjadi pemegang saham dengan menyuntik Rp3,15 triliun lewat aksi rights issue II ARTO.

Dua peristiwa itu mendorong peningkatan saham ARTO di pasar modal. Hal itu memberikan berkah tersendiri bagi Jerry hingga kekayaannya melesat dan menjadikannya masuk daftar 10 orang terkaya di Indonesia dari posisi 44 versi majalah Forbes 2021. (SKO)

Artikel ini merupakan serial laporan khusus yang akan bersambung terbit berikutnya berjudul “Booming Tren Daring.”

  1. Booming Tren Daring (Serial 1): Menelisik Motor Penggerak Ekonomi Digital RI